21 March 2012

KARMA 8



SIKSA KENIKMATAN

Di tempat tidur yang sudah dirapikan dan dibersihkan Arsyad kembali istirahat.

"Jadi siapa Om yang mengantar kamu pulang?"

"Om Bara"

"Om Bara yang mana?" Jerry terkejut dan sangsi.

"Ya Om Bara bos tempat kerja kamu dahulu itu. Dia sudah cerita semua. Termasuk hubungan kalian"

Suara Arsyad pelan dan melemah. 

"Sorry kalau aku mengganggu hubungan kalian..."

Jerry masih diam.

"Aku berharap terlalu berlebihan. Aku mengharapkan kamu bisa mencintaiku. Yah ini mungkin hanya keinginan anak TK yang sendirian dan tidak punya teman" Arsyad menerawang masa lalunya.

Arsyad bertemu Jerry sewaktu TK. Arsyad sama sekali tak punya teman waktu itu dan Jerry lah yang mendekati dan mengajaknya berkawan pertama kali. Kisahnya ada di Karma 3.

Jerry bingung harus memberi tanggapan bagaimana. Hatinya sudah mulai terbuka untuk Arsyad. Namun kini Arsyad mengetahui semua. Jerry tahu semua pilihan ada padanya, setia dengan Om Bara atau membuka hati bagi Arsyad yang sangat mengharapkannya semenjak lama.

Ponsel Jerry berbunyi tanda ada pesan singkat masuk.

(OMBARA) Bisakah kamu datang ke hotel yang kemarin untuk makan siang? Ada sesuatu yang penting yang harus kita bicarakan.

Jerry sedikit tersenyum lalu mengkerutkan kening.

"Dari Om Bara, kan?" tebak Arsyad.

"Iya. Dia ajak aku ketemu siang ini. Memang kamu kemarin cerita apa saja?"

"Karena dia baik dan dia jujur, aku buka semua tentang kita" Arsyad jujur.

Jerry mendengus tapi mendorong Arsyad meneruskan ceritanya.

"Lalu?"

"Dia menceritakan keadaan kalian dan hanya meminta agar aku bijaksana dalam berhubungan. Dia sama sekali tidak menyuruhku ini dan itu. Aku sendiri yang merasa ini jalan yang harus diambil. Aku harus menjauhi kamu dan membiarkan hubunganmu dengan dia lebih baik. Tadi adalah ML yang terakhir mungkin" Arsyad bersungguh-sungguh memandang Jerry.

"Makasih ya, Jer" ujar Arsyad menggenggam lengan Jerry.

Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Arsyad sebelum ia menolehkan kepala dari mata Jerry.

***

Di hotel yang sama di meja resto yang sama dengan hari sebelumnya.

"Jer, mungkin Arsyad sudah mengatakan semua padamu ya..."

"Iya. Tapi kok Om bisa tahu tentang Arsyad?"

"Begini... tentang itu tidak terlalu penting. Ada masalah yang jauh lebih penting dari sekedar masalah Arsyad. Apakah kamu anak kandung Neti?"

"Ya betul Om. Kenal Ibu saya juga?"

"Siapa nama Ayahmu?"

Jerry menunduk. Om Bara menanyakan sesuatu yang menjadi misteri baginya. Putri memang anak kandung suami ibunya, namun dia bukan. Ibu menikah dengan ayah Putri sewaktu dia sudah lahir, ada foto dia ada di pernikahan ibunya. Jerry bahkan pernah berharap terburuk kalau Ayah Arsyad adalah ayahnya... mungkin ibunya hamil di luar nikah dengan Ayah Arsyad. Seburuk apapun Arsyad masih memiliki ayah, lebih beruntung daripada tidak jelas ayah biologisnya. 

"Kenapa diam?"

"Saya sendiri tidak tahu, Om"

"Shit!" tiba-tiba Om Bara mengumpat cukup keras.

Lalu dia menutupi muka dengan kedua telapak tangan.

"Karma, karma, karma..." bisiknya kesal seperti kesurupan setan.

Satu dua orang di seputar meja menengok sejenak lalu kembali ke obrolan atau ke makannya masing-masing.

Jerry bingung melihat perubahan tingkah Om Bara yang drastis ini.

"Ada apa Om...?"

Setelah cukup tenang Om Bara memandang Jerry.

"Shit! No!" lalu memalingkan mukanya lagi. 

"Begini Jer... pertama maafkan semua kesalahan yang Om lakukan selama ini"

"Aduh apaan sih Om ini. Aku bingung. Om kenapa? Ada masalah apa sebetulnya??" nada Jerry jadi setengah membentak karena semua orang sepertinya menyembunyikan sesuatu darinya.

"Kemarin aku sempat menemui Ibumu setelah peristiwa penusukan itu. Aku di sana dan lihat semua meski dari kejauhan"

"Aku baru tahu kalau Nety adalah ibumu. Kami berkawan waktu muda dahulu. Cukup dekat... bahkan mungkin terlalu dekat untuk anak muda seusia kami"

"Maksudnya, Om?"

"Waktu itu Nety hamil di luar nikah..."

***


Seminggu sudah berlalu. Hari-hari Jerry dipenuhi kebimbangan, ketidakpastian, kecemasan, ketakutan, ketegangan, dan segala yang mungkin terjadi di hari ini.

"Om.."

"Ya..." Om Bara yang menyetir sekilas melihat Jerry di sampingnya.

Sepertinya banyak pertimbangan kata yang akan dikeluarkan.

"Mmm sebelum kita melihat hasil tes DNA, apapun hasilnya, aku ingin kita menikmati hubungan kita yang seperti dahulu sebelum segala norma memisahkan kita" pinta Jerry.

Om Bara diam dan menimbang. Memang segalanya belum pasti sebelum hasil itu keluar dan menyatakan sekian persen bahwa DNA mereka sama. Menyatakan kemungkinan bahwa Jerry dan Om Bara adalah anak dan bapak kandung. Saat ini sebelum mereka melihat hasil itu, mereka adalah dua manusia yang saling mencinta. Bukan cinta Bapak dan anak tapi cinta sepasang kekasih. Tetapi andai nanti hasil tes DNA menyatakan mereka adalah Bapak dan Anak, bukankah sekarang mereka juga adalah Bapak dan Anak?

"Ini yang terakhir, Om" rayu Jerry

"Persimpangan lampu merah ke depan kita belok kanan dahulu. Di situ ada motel" lanjut Jerry.

Di lampu lalu lintas Om Bara tidak menyalakan sen kanan. Sepertinya dia masih bimbang. Hingga 3 detik sebelum lampu hijau akan menyala baru Om Bara menyalakan sen kanan. Mereka berbelok ke arah kanan, ke jalan tempat motel KARIMA berada. Plang nama kuno itu sudah copot huruf 'I' nya...

Setelah mengurus semua persoalan check-in mereka masuk satu kamar yang sederhana yang mereka sewa hanya untuk beberapa jam.

"Aku harus menanggung karmaku sekarang dan nanti" ujar Om Bara yang kini hanya berkaus dalam ketat saja.

Jerry bertelanjang bulat segera mendekati Om Bara yang masih bimbang. 

"Ini aku Om, Jerry..."

Itu yang dikatakan Jerry saat Om Bara coba menghindar beberapa kali saat Jerry mendekatkan bibirnya.

"SHIT! NO KARMA!" Om Bara meyakinkan dirinya sendiri. 

Dia merobek kaos dalamnya dengan marah. Kaus ketat itu sobek dengan suara keras dari atas ke bawah. Om Bara menghempaskan Jerry ke kasur. Dengan buas dia melepas celananya. Kontolnya sudah tegang.  Rupanya marahnya tak dapat mengalahkan nafsunya. Om Bara menindih dan menciumi Jerry dengan sangat  liar. Buas kurang kendali seperti sedang mabuk. Seakan ini MLnya yang pertama dan besok tidak  akan ada hari lain untuk melakukan ini. Faktanya mungkin begitu.

Jerry mendengus dia sangat menikmati permainan Om Bara yang sangat berbeda. Dikuasai amarah dan nafsu sekaligus. Seperti memperkosa seseorang tapi karena dipaksa oleh seorang master. Master yang  bernama nafsu. Ada rasa benci sekaligus keinginan meraih kepuasan. Wajahnya merah dan bulir keringat menghias dahinya.

Tanpa kondom tanpa pelumas... kontol Om Bara ditusukkan ke lubang anus Jerry...

"Aaarrrgghhh... sakit Ooommm..." Jerry menjerit karena sakitnya. 

Jerry menggelinjang mencoba beralih namun Om Bara lebih kuat menahannya. Kontol itu begitu keras dan kuat menusuk lubag Jerry yang sangat menyempit dan semaikn menyempit karena sakit dan ketakutan.

Ini lebih sakit daripada dientot untuk pertama kali. Ada unsur pemaksaan di dalamnya. Hanya karena reflek tangan Jerry kencang menampar pipi Om Bara... rasa asin darah terasa di bibir yang bergetar. Sama sekali tidak menyurutkan nafsu tapi justru tambah buas. Ludah yang mengandung darah diludahkan pada batang kontolnya sendiri. Ada rasa jijik terhadap nafsu sexnya sendiri. 

Puih!

Cairan putih kental itu ikut keluar masuk melumasi batang kontol yang semakin licin.

Puih!

Kini perlahan sakit itu menghilang dan rasa nyaman dan nikmat sodokan kontol buas itu mulai dirasa oleh anus dalam milik Jerry. Ada rasa berbeda daripada sewaktu ML dengan menggunakan kondom. Ada rasa keras dan hangat yang langsung dirasa di anus dan di batang kontol. Tusukan-tusukan ini sangat mantap. Sebuah momen yang sangat berarti.

Air mata kesakitan tadi meleleh hingga telinga Jerry. Tubuhnya terus bergoncang. Air mata lain terus menyusul. Ini akan jadi perpisahan kedua setelah dia dijauhi Arsyad. Tubuhnya merasa nikmat hatinya mulai merasa sakit. 

Om Bara mengangkat kaki Jerry tinggi dan menaruh di punggungnya sendiri. Kontol Om Bara masuk hingga ke posisi yang belum pernah dijamah. Jembut Om Bara menggelitik lubang anus Jerry. Rasa geli, rasa nikmat, rasa pasrah jadi satu. Kenikmatan ini sungguh menyiksa bagi mereka berdua.

"Ssshhh Jeerr mau keluar nih..."

Wajah om Bara merah panas. Peluhnya berjatuhan ke pipi. Jantan. Sangat jantan. Seorang pejantan yang menjantani anak muda yang juga jantan. 

"Aaa aaa aa.." suara Om Bara mengayun seirama gerakannya.

"Oooowwwhhhh Ooommm aku juga...."

"Jer..."

"Om.."

Tubuh Om Bara tumbang di atas tubuh Jerry. Pantatnya masih turun naik beberapa kali. Nikmat dan Siksa itu menyembur dalam tubuh Jerry dari tubuh Om Bara. Hentakan Om Bara menyebabkan Jerry juga  orgasme. Mani hangat seperti lem merekatkan dadanya dan dada Om Bara.

Tangis Om Bara pecah sesenggukan. Dia memeluk Jerry erat-erat. 

"Maafkan Papa Jer..."
***

Mereka merapikan diri dan keluar dari hotel. Sekali lagi Jerry dan Om Bara berciuman bibir di mobil. Lalu mobil menuju ke rumah sakit tempat hasil test DNA diuji.

Setelah menunggu beberapa saat. Mereka masuk ke ruangan dokter.

"Pak Bara ya... hmm" Dokter tua itu mengamati hasil uji DNA yang tadi di dalam amplop coklat.

Wajahnya sumringah lalu dia berdiri dan tersenyum. Om Bara dan Jerry ikut berdiri. 

"Selamat ya... hasil DNA kalian menunjukkan kekerabatan yang sangat dekat. Bisa dipastikan kalian adalah Bapak dan Anak. Selamat ya..."

***

KARMA apa lagi yang harus ditanggung Bapak dan anak ini? Mungkin akan melibatkan 7 turunan di bawah mereka.

TAMAT

4 comments:

Anonymous said...

Suka,,,,,tpi kok dah tamat ya??? Lanjutin seson selanjutnya dung,,,,,,,, apa jerry tetep bisa ML sama om bara ayahnya setelah mereka tau kalo mereka ayah-anak???
Jd penasaran deh heheheh

barkah said...

gw suka,, tp? mirip nonton sinetron yah... cerita nya...

Anonymous said...

Iyah, ada kelanjutannya ngga ?

Robby said...

@anonymus, menurutmu bagaimana?

@barkah, oh ya?