12 February 2007

Kisah TEJO dan PARNO bag 1



(Diceritakan oleh Ripin, Si Tukang Kebun)


Awalnya Tejo dahulu yang jadi asistenku, sebulan kemudian Parno menyusul. Musim kemarau ini saat banyak tanaman memancarkan bunganya. Saat banyak pelanggan jalan-jalan sore dan membeli tanaman. Saat kemarau seperti ini juga banyak orang kaya butuh tukang taman untuk memelihara tanaman yang lupa disiram. Mereka ingin tanaman mereka tetap tampak hijau tanpa peduli air tanah yang dikonsumsi.

Tejo dan Parno pemuda desa polos yang menginjak usia 17an. Nafsu sex mereka sedang tinggi-tingginya. Aku tahu karena mereka sering beronani ketika mandi. Baik mandi pagi maupun mandi sore. Kebetulan dari jendela kamarku di bagian atas aku bisa melihat semua kegiatan mereka tanpa mereka ketahui. Awal-awal perkenalan mereka sih mereka mandi sendiri-sendiri tapi belakangan mereka lebih sering mandi bersama, baik pagi maupun sore.

Badan Parno dan Tejo sebenarnya hampir sama agak berotot. Bedanya cuma rambut, Rambut Tejo ikal sedangkan Parno lurus. Mungkin kalau digundul tidak ada yang bisa membedakan. Hitamnya sama, tinginya sama, bibirnya pun mirip, mungkin memang mereka masih saudara jauh kali....

Menjelang musim hujan di bulan September pekerjaan mereka mulai berkurang. Kegiatan paling melelahkan adalah menyiram tanaman. Kini hujan menggantikan mereka. Namun kurangnya kegiatan akan segera diganti dengan banyaknya langganan yang direpotkan dengan rumput liar dan tanaman yang tumbuh lebih cepat. Sore hari setelah mandi Parno dan Tejo sering pergi berdua entah kemana. Mungkin seperti pemuda yang lain, jalan-jalan atau sekedar ngeceng (bukan ngaceng!).

Malam sebelum kejadian itu, aku mendengar Tejo dan Parno mengobrol sampai malam. Kamar mereka adalah ruang tamu yang merangkap kantor di bawah. Oh ya jangan membayangkan bangunan tempat tinggalku itu mewah seperti milik kalian, para pembaca. Dindingnya terbuat dari bambu anyam sedang untuk memisahkan ruang bawah dan atas hanyalah papan, itu pun papan bekas yang tambal sana-sini. Jadi tak aneh kalau aku bisa mendengar bisik-bisik dan cekikik mereka di bawah.

Rasa kantukku menyerang sangat dahsyat sehingga aku ketiduran. Entah sampai jam berapa mereka ngobrol. Sekitar jam 3 pagi aku terbangun dan ingin kencing. Aku turun dari kamarku. Sebelum ke sumur, aku sempat menengok kalau-kalau mereka belum tidur. Pamandangannya sungguh ajaib Mereka tidur di lantai. Padahal biasanya Tejo sebagai senior memilih tidur di sofa yang lebih empuk. Tangan kiri Parno terselip di perut Tejo. Aku tak berpikir jauh mereka mungkin kedinginan sehingga tidur berpelukan.

Setelah aku kencing, sekelebat aku kembali tengok mereka. Posisi mereka belum berubah. Aku melihat lebih jelas karena tadi dari tempat yang gelap. Ada sebuah majalah di atas sofa. Tergeletak terbuka. Tepat gambar seorang pria sedang menyodomi seorang pria. Kontolnya kelihatan separuh cukup besar. Pria yang disodomi menampakkan kenikmatan (atau kesakitan). Majalah itu aku ambil. Di halaman lain banyak terdapat gambar-gambar pria berotot yang bugil alias telanjang bulat. Halaman depannya hilang dan bahasanya pun tak dapat kumengerti mungkin bahasa Jerman atau Belanda, entahlah.

Melihat majalah itu aku jadi ngaceng berat. Majalah itu kukembalikan ke posisi semula. Sebelum aku berbalik, bila kuamat-amati si Parno tidak memakai celana di balik sarungnya. Jangan-jangan Tejo pun begitu. Mungkin mereka telah saling memberi kenikmatan tadi.

Kuberanikan diri mengangkat sarung Tejo. Dasar anak puber, tidurnya pulas sekali. Kulihat peler si Tejo dalam kegelapan. Sewaktu kuangkat lebih tinggi lagi ah.. ada tangan, ya tangan si Parno masih menggenggam kontol si Tejo yang sudah mengkeret. Beberapa detik cukup merekam segala detail bentuk itu, masih kuingat, buktinya aku bisa cerita. Aku jadi penasaran dengan kontol Parno. Aku angkat sarung Parno tetapi sayang sarung itu tersangkut dan tidak bisa diangkat lebih tinggi tanpa membangunkan pemiliknya.

Aku kembali ke tempat tidur lagi setelah itu. Aku jadi tak dapat tidur teringat segala adegan yang telah aku lihat di dalam majalah tadi. Kontolku ngaceng berat dan terasa ngilu. Ah, daripada besok lemas karena kurang tidur aku memilih untuk onani. Seperti biasa akhinya aku mengocok sambil membayangkan segala yang terjadi antara Tejo dan Parno serta adegan-adegan di majalah tadi.

***

Jam setengah enam pagi aku dengar ada orang menimba sumur. Hmm rupanya memang benar Tejo dan Parno telah saling onani semalam. Buktinya mereka akan mandi junub pagi-pagi begini. Hari belum terang benar sehingga aku tidak berani buka jendela lebar-lebar. Aku hanya bisa mengintip mereka dari balik kain bekas iklan penutup jendela kamar.

Tejo telah telanjang bulat dan sedang mandi. Sedang Parno menimba sumur untuk memenuhi bak yang ada. Bunyi keletek timba dan deburan air ke dalam bak berganti-ganti. Sekarang Tejo mulai menyabuni tubuhnya dengan cepat. Tiba-tiba Parno membuka seluruh pakaian dan menyiramkan air di dalam timba ke tubuhnya.

"Berikan sabunnya" pinta Parno kepada Tejo yang masih menyabun.

"Nanti dong! atau kalau butuh sabun gesekkan aja badanmu ke badanku." kata Tejo menantang.

Parno tampak ragu. Dia mulai menggosokkan lengan ke punggung Tejo. Lalu punggungnya ke punggung Tejo. Pantatnya ke pantat Tejo. Mereka tampak lucu, seperti dua badut beradu pantat. Ingin rasanya aku tertawa sendiri. Tejo tampak cuek dan tetap menyabun bagian kakinya. Namun karena bagian belakang sudah habis sabunnya Parno berpindah ke depan dan memeluk Tejo dari depan dan mulai menggosok dadanya ke dada Tejo. Otomatis semua menempel termasuk kontol mereka.

Sekarang Tejo yang tampak kaget menghadapi pelukan Parno tak tahu harus bagaimana. Tiba-tiba tangan Tejo yang ada di samping pinggang Parno mulai memeluk Parno dan menggosokkan sabun ke punggung Parno.

"No, terusin No, enak No!" ujar Tejo.

Rupanya Parno pun menikmati gesekan mainan jadi gesekan kenikmatan. Pantatnya tidak lagi ke samping kanan dan kiri namun menekan lembut ke atas dan bawah. Parno menggosokkan kontolnya ke perut Tejo, atau ke ke kontol Tejo aku kurang jelas. Yang jelas mereka berdua tampak kenikmatan.

Kejadian itu berlangsung entah beberapa puluh menit. Aku yang memandang mulai meremas kontolku sendiri. Kontolku mengeras melihat adegan itu. Kubuka kausku dan kupelorotkan sarungku. Aku telanjang dan ngaceng di kamar sendiri. Nafasku jadi cepat tanganku bergerak mengocok seirama dengan hentakan pantat si Parno.

Sabun di kedua tubuh anak muda mulai mengering. Tangan Tejo mendorong tubuh Parno. Tejo mengambil air dan mulai membasahi sabun di tangannya. Sabun dikocok sampai berbusa. Kontol Parno yang menganggur ditariknya mendekat. Lalu didekatkan pula kontolnya ke kontol Parno. Kedua kontol disabuni biar licin lalu disatukan dan pantat mereka bergerak untuk mencari kenikmatan masing-masing. Inikah onani bersama?

Kontolku kugenggam sendiri dan aku bergerak seperti mereka bergerak. Tubuh mereka membentuk huruf C bolak-balik seperti merek dompet mahal.

"Terus No. Enak No... ahhh uuuhhhh... " lenguh Tejo.

"Huuusssy.. jhhaa ngaan ber ri sikhhh ntiihh Mashh Rpinhh bangun..." timpal Parno

Ah mereka rupanya tak tahu kalau aku sebenarnya sudah bangun dan ikut beronani seperti mereka. Selain buku semalam dan adegan ini, aku belum pernah melihat laki-laki bersama mengumbar kenikmatan. Kalau gambar kartu remi laki dan perempuan aku pernah lihat, itu semasa aku jadi kondektur.

"Johh, kocokin aaahhh kontol kita hhh biar cepat keluar..." kata Parno.

Kali ini mereka tak membentuk huruf C saling terbalik lagi. Tejo memeluk pundak Parno dan meletakkan dagunya di sana. Sementara tangan kanannya mengocok kedua kontol itu. Matanya terpejam pejam keenakan. Aku pun berdiri tegak seakan ikut meraksakan kehangatan pelukan itu. Herannya aku suka.

"Trusshh Jooo aku hamp ... aaahhhhh..." Parno muncrat.

Tejo melepaskan kontol mereka namun masih mengocok kontol Parno tapi semakin pelan tapi mantap. Tangan Parno menepis tangan Tejo dan dia menyelesaikan kenikmatan itu sendiri. Sementara itu Tejo mengocok pelan kontolnya supaya tetap tegang tapi tak segera keluar. Tejo sabar menunggu Parno menyelesaikan hajat nikmatnya beberapa saat.

"Sekarang kamu kocokin punyaku lagi ya..." ujar Tejo saat tampak Parno akan mengambil air.

Rupanya benar semalam mereka telah saling onani. Segera tangan Parno meraih kontol Tejo menggantikan tangan Tejo. Parno berlutut di depan kontol Tejo, sangat dekat. Kukira Parno akan mengonani kontol Tejo dengan mulutnya. Ternyata tidak. Dia memandang lekat kontol yang berdenyut dan tampak kaku dan kencang itu. Sementara si empunya membiarkan dengan kepala tengadah menikmati setiap kocokan.

Kuikuti gerakan tangan Parno di kontol Tejo. Sehingga aku merasa akulah yang dionani. Kutambahkan efek suara sendiri. 'Ahh sshhhh shhhh...' jadi terasa lebih nikmatnya. Seperti lihat adegan film xxx.

Aku mengintip lagi. Kulihat Tejo memegang kepala Parno dan mendekatkan ke kontolnya. Rupanya dia minta dioral. Tapi rupanya Parno tidak mau. Dia mempertahankan kepala masih di depan kontol Tejo dan masih mengocoknya. Dia mengocok lebih cepat supaya Tejo cepat keluar.

Akupun demikian, kukocok kontolku yang telah mencapai panjang maksimal dengan cepat. Rasanya aku hampir keluar.. kurebahkan tubuh telanjangku ke atas kasur. Kubayangkan kontolku sedang menyodomi salah satu model di majalah telanjang semalam. Si model yang berotot itu merasa keenakan menikmati kontolku dalam anusnya.

Terasa enak sekali. Aku rasa maniku hampir keluar. Aku bangun lagi dan mengintip ke sumur di bawah. Belum sempat kubuka kain itu sedikit maniku muncrat. Aaaahhhh nikmat dan tubuhku berkedut kedut tak terkendali. Sebentar setelah reda, ternyata spermaku muncrat ke kain jendelaku. Ah sudah biar saja. Toh tak akan ada yang tahu. Nanti juga kering.

Saat kupandang ke bawah. Tejo dan Parno masih mandi. Langit sudah terang benderang. Kontol-kontol pemuda itu sudah lemas tapi masih tampak panjang menggantung. Tejo dan Parno menyelesaikan mandinya. Lalu mereka menutupi kemaluan mereka masing-masing dengan handuk. Sekarang Parno mencuci baju sedangkan Tejo menimba air untuk memenuhi bak.

***
(bersambung)

Tukang Kebung Gatal 1 <<<< Sebelum                                             Sesudah >>>>Kisah Tejo dan Parno 2

1 comment:

Jack said...

mas/om robby, cerita2nya bagus, jadi tolong ditambahin ceritanya...