31 July 2010

BAND ByRoe 2

Band ByRoe 2: Bermoksa ke Nirwana

Cerita sebelumnya: Band ByRoe 1

Bang Prasta meraih kepalaku dan melumat bibirku. Kami pun berciuman. Dua pria bertelanjang dada di atas satu kasur dan hanya memakai handuk. Bibir kami berpagut. Lidah kami saling beradu. Hmmm...

"Bang, aku memimpikan saat ini sudah sejak lama loh..."

Bang Prasta hanya tersenyum.

"Asal kamu tahu saja, aku juga bermimpi melakukan hubungan seperti ini dengan penggemarku, tetapi yang disodor-sodorkan hanya penggemar cewe hahahaha...."

Kami berciuman lagi. Lalu bang Prasta mulai meraba dan membuka handukku. Kubiarkan semua berlangsung secara perlahan. Aku telanjang bulat. Bang Prasta membelai-belai kemaluanku. Mengocoknya dengan lembut. Lalu merabai tubuhku. Aku sangat menikmati momen saat kami lama berciuman ini. Ada nilai lain. Bang Prasta adalah idola dalam hidupku. Sosok yang kuimpikan sejak lama untuk bersatu bersamanya. Bermoksa ke nirwana.

Hembusan nafas nafsu Bang Prasta berhembus di mukaku. Dia menindih tubuh telanjangku. Teman, inilah yang dinamakan 'DREAM COMES TRUE'. Kalian tahu kan ... andai Bang Prasta berhenti pada tahap inipun aku sudah sangat berterimakasih. Andai saat itu nyawaku dicabut aku akan melupakan panasnya neraka dengan kenangan indah itu.

"Raka... abang sayaaanggg sekali sama kamu..."

Gombal, gombal, gombal, gombal, gombal.... ujarku dalam hati. Belum pernah Bang Prasta menyebut namaku dengan benar sekalipun. Namaku sudah berganti-ganti berapa kali? Kenalpun belum. Ketemu baru sekali itupun beberapa jam lalu. Aku kenal Bang Prasta iya tapi apa Bang Prasta tau siapa Dava yang sebenarnya?  Dava kamu jangan percaya! kata hatiku. Senang sih tapi aku tak mau sakit hati dengan mudah percaya kata-kata selebritis seperti Bang Prasta.

"Kok cuma senyum ga percaya begitu? Kamu sayang abang gak?"

"Iya" ujarku

Sangat tidak mungkin menghancurkan nirwana ini hingga berkeping-keping dengan kata ketidakpercayaanku. Aku tak ingin keindahan ini berlalu. Maaf Bang aku belum bisa percaya sama kata-kata Abang. Kalau sayang sudah sejak lama.

Bang Prasta membuka handuknya dan membuang ke samping tempat tidur. Dia meniduriku lagi. Dadanya di dadaku. Perutnya menempel perutku. Kontol tegang kami bersentuhan. Pahanya di pahaku. Kupeluk Bang Prasta, kamipun berciuman lagi. Banyak sekali ciuman di malam itu. Inilah ciuman-ciuman yang telah ada dalam bayanganku bertahun-tahun. Ciuman yang terkadang hanya bisa kulakukan bersama poster-poster di sebelah tempat tidurku. Semoga semua yang kualami ini bukan mimpi. Tapi kalau mimpipun pasti mimpi paling indah di dunia.

"Abang top atau bot?"

"Heh?" Bang Prasta bertanya tak mendengar jelas bisikanku.

"Abang biasa ditusuk atau nusuk, bang?" mungkin dia tak mengerti istilahku.

"Aku versatile... bisa duanya, kamu say?"

"Sama, bang..."

Percakapan intim kami diakhiri ciuman intim. Aku sangat suka momen Bang Prasta menindihku begini. Selama ini hanya guling yang kubayangkan sebagai Bang Prasta. Namun sekarang saat terindah dalam hidupku, ini adalah Bang Prasta betulan. Bukan tiruannya apalagi yang hanya guling mati.

Inilah momen kedua paling kusuka. (Masih ingat momen pertama kan? saat aku mandi bareng. Ada di seri 1, pembaca). Andai aku ada di Hogwarts dan harus mengeluarkan patronus, maka ini adalah momen yang kubayangkan. Pasti akan menghasilkan patronus yang lebih kuat daripada patronus milik Harry Potter hahahaha.....

Bang Prasta mulai menciumi leherku. Sementara tangan kirinya meremasi kontolku yang sudah sangat keras. Enak sekali rasanya. Putingku dijilati dan dihisap. Tidak cuma satu tapi keduanya... bergantian tentu saja.

"Sssshhhh aaahhh ...." erangku.

Enak sekali rasanya. Kuelusi kepala dan leher Bang Prasta sambil menahan gelinjangku. Listrik-listrik cinta menggerayang di punggung dan tenggukku membuatku serasa melayang. Nyawaku terasa lepas... owhhhh.... mau muncrat saja rasanya kalau tidak kuhentikan kocokan Bang Prasta pada kontolku. Aku tak mau semua segera berakhir. Aku mau mencapai puncak dan moksa bersama Bang Prasta.

"Kenapa say..."

"Jangan Bang, nanti keluar... aku mau keluar bersama"

Bang Prasta tersenyum dan mengerti. Dia turun lagi dan menciumi kontolku yang wangi,  sewangi tubuhnya juga. Tadi kontolku juga kuberi pelembab hahaha... aku yakin sekali kalau kontolku akan dicium Bang Prasta. Terbukti kan...

Puas mempermainkan kontolku Bang Prasta jongkok di depanku. Dia angkat kedua kakiku. Ah, rupanya Bang Prasta ingin langsung memasukkan kontolnya yang besar ke dalam lubangku. Aku sudah siap sejak lama Bang... silahkan saja, pikirku.

Ternyata dugaanku keliru. Dia ingin mengulum kontolku lagi. Bukan, bukan kontolku. Dia jilati pahaku. Lalu, Ah apa ini geli sekali dan hangat di lubangku. Kulihat ke sana dan ternyata Bang Prasta sedang jilati lubang pembuanganku. Gila!

"Baanngg ooowwwhhh...."

Ada rasa sungkan. Tapi ini begitu enak. Begitu buatku melayang. Aku baru tahu begini rasanya dirimming. Tanpa rasa jijik sama sekali aku dijilati sampai lama. Bahkan kadang ujung lidahnya terasa ingin menembusku. Lidah yang sering mengeluarkan suara bagus dan berharga milyaran rupiah itu menjilati pembuanganku.

"Enak, say?" katanya tampak tersenyum nakal.

Aku cuma membalas senyum malu dan memalingkan mukaku. Bang Prasta berdiri, berjalan ke arah tasnya dan kembali membawa pelumas dan kondom. Kontolnya tegak berayun-ayun seperti cabang pohon yang terkena angin awal tahun. Ah, andai boleh kurekam pemandangan itu terus diputar dalam gerak lambat. Owh indahhhh sekali. Dipakainya kondom dan dituangkan jeli yang dioleskan ke lubang anusku yang sudah basah oleh ludahnya. Lubangku ditusuk dengan jarinya.

Aku hanya bisa nyengir untuk tindakan yang mengagetkan. Bang Prasta sabar dan pengalaman sekali membuat aku siap. Selama dia tusuk-tusuk walaupun kaget kontolku sama sekali tidak melemas. Justru saat tusukan kontolku jadi menegang kencang sejadi-jadinya.

Dava bukan gay yang sering ML. Hanya beberapa kali saja dan baru ditusuk sekali. Maka dari itu lubangnya masih sempit sekali. Prasta merasa kesulitan menembus lubang Dava. Hampir sama sewaktu menembusi istri... ah bukan, istrinya juga sudah tidak lagi perawan. Ini yang menyebabkan luka mendalam dan akhirnya menceraikannya. Istrinya sudah berbohong, bertahun tahun Prasta coba melupakan penipuan itu. Tapi luka dihatinya dan ditambah cemburunya yang besar membuat Prasta jadi ringan tangan.

Bless! Kontol Prasta masuk dengan kasar.

"Aaaahhhhkkkkk.... sakkiiit sakit Bang aduuuhhhhh...." Dava merintih.

Prasta sadar ini bukan istrinya.

"Owh sori... sori..."

Dia diam lalu mencabut kontolnya. Dava meneteskan air mata sesenggukan menahan sakitnya.

"Sori Raka... sori ya..."

Yah.. tuh kan salah sebut nama lagi. Rama, Rafa, Raka, ... bang namaku Dava, D-A-V-A sama sekali tidak ada unsur 'R'. Jangan-jangan sebentar lagi dipanggil Robby si penulis cerita di onani17 itu... (halah iklan, hehehe...). Tapi aku sama sekali tidak memprotes pada kenyataannya. Apapun nama yang abang berikan Bang... itu nama yang indah buatku.

Bang Prasta menyeka air mata dan menciumi bibirku. Aku tidak sakit hati pada Bang Prasta tapi anusku yang sakit. Gak tahan rasanya.

"Maaf ya. Bang..." kataku.

Bang Prasta mengangguk.

"Kalau begitu kamu saja yang tusuk Abang ya..."

Sekarang aku menindih Bang Prasta. Kulakukan persis seperti yang Bang Prasta lakukan padaku tadi. Kuciumi lehernya. Kusedot putingnya. Bang Prasta pun menggelinjang keenakan. Kuremasi dadanya yang bidang dan kencang. Kujilati perut dan kontolnya. Kulepas kondom itu sebelumnya. Kukulum batang kejantanan Bang Prasta. Batang yang selama ini kuimpikan.

"Oooaaaahhh Ruuddd enak..." lalu Bang Prasta terdiam.

Kok sekarang namaku jadi Rud? Loh jangan-jangan Bang Rudi pernah....

"Kok Rud, Bang?" tanyaku kali ini memprotes nama.

Bang Prasta cuma tertawa kecil karena kekeliruannya.

"Rud siapa Bang? atau kutarik sampai lepas kontol punya abang nih..." kataku menarik kontol Bang Prasta agak keras. Tentu saja sambil tersenyum.

"Ya iya iya iya... Rudi ya Rudi. Basis kita.."

Aku mengendurkan tarikanku dan kuubah dengan remasan lembut. Kudekatkan mulutku untuk mencium Bang Prasta.

"Bang Rudi juga seperti kita ya..." Hmmm boleh neh kalau 3sum sama bang Rudi pikirku nakal.

Kukulum kontol Bang Prasta. Kunikamati batang itu. Aku mau melakukan ini setiap hari Bang. Kapan Abang inginkan aku mau kulum begini. Kontol Bang Prasta besar dan panjang 16 cm... pantas saja aku merasa kesakitan tadi.

Kuangkat paha bang Prasta. Pantatnya putih tapi tetap saja dekat lubang sana seperti kita-kita juga berwarna lebih gelap. Lubangnya agak berbeda karena tampak ada daging-daging menonjol. Ah mungkin kebiasaan disodomi. Aku belum bisa seperti Bang Prasta main jilat-jilat. Meskipun ini adalah idolaku, orang yang paling kuidamkan. Cium telapak kaki masih oke buatku. Tapi kalau ini belum bisa deh...

"Raka sayang. Kamu ambil kondom satu lagi di tas depan sana ya... kita main save, oke?"

Aku sempat melirik jam yang sudah menunjukkan jam 1 dini hari lewat. Lampu kubuat temaram. Tas Bang Prasta terletak dekat jendela. Tirai jendela yang terbuka membuat cahaya bulan menerobos. Tampak terang sekali purnama malam itu. Di bawah sana mobil terkadang masih berlalu lalang dan di depan hotel di atas gedung Bank ada gerombolan pemuda yang mungkin sedang berpesta miras.

"Ada, kan?"

Aku masih mencari dan Bang Prasta mendekat.

"Ini kan, Bang?" kutunjukkan plastik warna perak berbentuk segi empat.

Tiba-tiba saja Bang Prasta memeluk dan menciumiku. Ya, di bawah terang sinar bulan. Ada mitos kalau terang bulan memang menaikkan nafsu sex. Kuciumi leher Bang Prasta. Dia pasrah menikmati setiap sentuhan bibirku. Bang Prasta bersandar di kusen jendela. Kontolku kugesek-gesekkan di kontol Bang Prasta. Sementara kunaikkan paha kirinya. Kuraba-raba anusnya kucari lubang itu.

Di jendela itu ada sedikit ruang untuk duduk tapi harus menyandar ke kaca. (Btw don't try this at home, bahaya kalau kaca pecah...). Kedudukannya pas sekali.... jadi tanpa perlu perlakuan khusus lubang Bang Prasta tingginya tepat di pinggangku. Segera kupasang kondom di kontolku.

Licin sekali anus Bang Prasta. Dia sudah mempersiapkan lubangnya sewaktu aku mengambil kondom tadi rupanya... hahaha... Hangat sekali meski agak longgar, tidak seperti teman-teman MLku yang terdahulu. Mungkin sering disodomi Bang Rudi.

"Sudah masuk ya Bang..?" tanyaku agak kurang percaya.

Aku menggerakkan pinggangku maju mundur. Dua tangan Bang Prasta menopang tubuhnya agar seimbang dan tidak menekan kaca di belakangnya terlampau keras. Uh ah uh ah uh ah...nikmatnya menyodomi idola di bawah sinar purnama. Kerlap-kerlip kota  tampak teduh menjadi seperti lampu diskotik yang seirama dengan lagu. Ini lagu dua pria satu hasrat mendaki gunung kenikmatan untuk mencapai puncak asmara. Di puncak itulah kami berdua ingin moksa ke nirwana.

Kukocok kontol Bang Prasta. Kukulum bibirnya. sementara satu tanganku nakal memelintir puting di dadanya. Aku juga inginkan Bang Prasta menikmati keindahan yang tak terlupa malam itu.

Mmm aaahhh ooouuuwwhhhh ssss..... erang kami bergantian memenuhi ruangan. Tanpa terasa kaca di punggung bang Prasta menjadi basah dan lebih licin karena keringat Bang Prasta.Sementara keringat juga muncul di dahiku... seperti habis main badminton selesai dua set. Hahahaha....

"Kita pindah sana saja, yuk.." ajak Bang prasta.

Dia rupanya kesemutan dengan posisi seperti itu. Kami berciuman lama pada posisi itu. Ya, di depan jendela di bawah sinar purnama. Andai boleh kufoto, Bang... Saat itu sekilas kulihat sesuatu mirip capung raksasa melintas dekat jendela kami. Bang Prasta lalu menutup tirai dan menuntunku ke dekat kasur.

Dia mengambil posisi sujud di atas kasur. Ah aku mengerti. Ini posisi kesukaanku, doggy style. Segera kuarahkan kontol tegangku ke lubang anusnya yang menganga. Bles! kali ini pelumas sudah agak berkurang. Jadi lebih kesat. Kontolku bisa masuk sampai pangkal batang. Perutku menempel pada bongkahan pantatnya yang montok.

Ahh ahh ahh ahh ahh ahh... tubuh Bang Prasta berguncang-guncang menerima sodokan kontolku yang perkasa. Terkadang kupercepat sodokanku kalau lelah hanya pelan. Irama ini kuulang berkali kali... hingga aku menyentuh kontol Bang Prasta... ingin tahu tegang atau lemas. Gila! ternyat kontolnya sedang tegang di dekat pusarnya. Kuat sekali tegangnya.

"Jangan dipegang..." kata Bang Prasta menyingkirkan tanganku.

Kini dia merubah posisi bersandar pada lengan. Bagian tubuh depan lebih rendah dari bagian tubuh belakang. Kadang terasa kedutan-kedutan dia menyempitkan lubang anusnya. Aku rasa ini waktu dia hampir keluar... tapi aku ingin melihat wajah dan ekspresi waktu kami bersama moksa ke nirwana.

Puncak Asmara hampir dekat. Kulepas kontolku...

"Bang, tiduran saja bang..."

Ya kembali ke posisi awal. Ku angkat kakinya dan kusandarkan di bahuku. Sekali lagi kutancapkan kontolku yang tampak tegang mengkilat di balik karet kondom yang tipis itu. Clap! Hilang hingga ke pangkal. Jembutku menyentuh jembut yang melingkar di sekeliling anus Bang Prasta.

Bang Prasta memejamkan mata, menghayati setiap kenikmatan yang didapatkan dari gesekan kontolku. Ouh yesh ouh no! Terkadang dia menggigiti bibir sendiri menahan kenikmatan persetubuhan ini. Entotanku bertambah cepat saja..

"Sssshhh ... oowwhh ah ah... baangg ... yesss..." erangku menahan saat-saat bermoksa.

"Aaaaku jugaa hampir Va..." balas bang Prasta yang terputus-putus.

Hei! Tapi dia menyebutku 'Va'. Yes! betul Bang itu namaku.

Ooohhhh ....

kupegang tangannya. Kami saling menggenggam. Detik-detik bermoksa semakin dekat. Badanku melengkung mendekat ke Bang Prasta. Pantatku menarik keluar kontolku tanpa lelah. Disemangati saat-saat bermoksa yang tinggal beberapa saat lagi.

"Baaaaannggg aku sudah sampai.... aaaahhhhhh"

CROT... Crott.... crooot crot!

Tubuhku ambruk dan bibirku meraih bibir Bang Prasta. Saat itu kurasakan kontol Bang Prasta berkedut di perutku, seiring dengan tekanan keras di anusnya. Kurasa melayang terbang di bawah bulan purnama. Dua tubuh pria telanjang bulat bersama bermoksa ke nirwana. Menikmati kenikmatan orgasme bersama. Di antara bintang-bintang di atas lautan sebuah tempat yang hanya bisa dicapai oleh pria dewasa saja... Sayang hanya berlangsung sekian detik.

Semenit kami berpelukan tanpa bergerak. Bang Prasta memegang kepalaku. Lalu menciumku di keningku.

"Dava, Thanks..."

Aduh Bang, bahagianya diriku akhirnya kamu menyebutkan namaku dengan benar.

"Aku yang harusnya bilang begitu kan, Bang"

Bang Prasta mengulum mulutku lagi supaya aku tidak banyak kata lagi.

Pluk! kontolku yang melemas lepas dari lubang anus Bang Prasta. Aku menggulingkan diri ke samping. Kulihat banyak lendir putih di perutku terutama di perut Bang Prasta. Wow, ngecrot banyak rupanya. Lalu kami sama-sama terdiam menghadap atap. Aku merenungi dan mengingat semua yang baru saja terjadi. Andai ini mimpi tak mau satu momenpun yang terlupa.

Nikmat ke puncak asmara bahkan bermoksa bersama idola yang selama ini kubayangkan. Terasa dingin di perutku. Kupegang, kucium harum mani pria pujaanku. Lalu kujilat. Ada rasa asin dan manis seperti telur mentah. Kucolek lagi cairan Bang Prasta di perutku. Kujilat lagi. Ah, sekarang ada bagian tubuh Bang Prasta di dalam tubuhku. Kucolek dan kujilat lagi. Ada kenikmatan sendiri rasanya memasukkan tubuh Bang Prasta ke tubuhku.

Ada rasa kecewa saat perutku jadi kesat dan mani Bang Prasta tak lagi tersisa. Kutengok di perut Bang Prasta banyak cairan putih kental. Perlahan kujilati dan kutelan semua tanpa ada rasa jijik sama sekali. Bagiku sebagai seorang penggemar adalah tindakan paling membanggakan bisa bersatu dengan idolaku. Tidak hanya yang di perut namun yang di ujung lubang kontol Bang Prasta yang sudah lemas. Kubersihkan semua tanpa tersisa. Bang Prasta sudah tertidur dan sama sekali tak bergerak.

Sebelum aku tidur, kubuang kondom dan kucuci lagi kontolku. Setelah menyikat gigi aku pergi tidur. Kuselimuti Bang Prasta yang masih telanjang bulat. Akupun masuk selimut dan memeluknya. Aku tak ingin terpisah dari Bang Prasta. Aku tak mau Bang Prasta menghilang atau berpindah kamar. Aku ingin malam ini memeluknya. Sampai pagi menjelang paling tidak.

Baru saja aku terlelap dalam tidur saat kudengar hape Bang Prasta yang berdering diangkat.

"Iya, aku di luar... tidur dulu saja lah..." kata Bang Prasta sambil berbisik.

Suara di seberang sepertinya merayu-rayu.

"Hmm sebentar..."

Bang Prasta memandangku. Dengan telapak kiri dia menutup hape.

"Ini Rudi, dia ingin sama kamu juga.. boleh?"

Wow kenapa tidak. Bang Rudi juga ganteng. Meski Bang Prasta yang kuidolakan kenapa tidak kalau malam ini aku dapat dua. Jam menunjukkan pukul 3 lebih waktu itu.

"Bagaimana..?"

Aku mengangguk dan tersenyum.

"Ya sudah Rud. Segera turun saja satu lantai. Aku tunggu di depan pintu"

Aku mengulum bibir Bang Prasta lagi. Lidah Bang Prasta menjelajah nakal dalam mulutku juga. Tenaga baru membangunkan aku juga kontolku. Indahnya malam bersejarah ini.

Dengan tetap bertelanjang Bang Prata membuka pintu kamar sedikit. Itu jadi tanda bagi Bang Rudi. Tak lama, Bang Rudi masuk dan mengajak aku bersalaman. Bang Rudi mengenakan Baju kimono dari hotel saja. Setelah bersalaman pun dia memelukku. Tangannya menggerayangi dan meremas kontolku yang tersembunyi dalam selimut.

Kontolku sudah siap membawa kami kembali bermoksa ke nirwana.


3 comments:

Anonymous said...

Seru neh.... gak kebayang dah kalo diserang peesonil satu band =)

icecone said...

cool... hot... bikin panas dingin....

Robby said...

-anonymus, wah suka yang party gt ya...
-icecone, thx brooo....