15 January 2010

KISAH ALFOND: Ayahku Hebat

Kisah Alfond: Ayahku Hebat (Sungguh mati aku jadi penasaran)


Baru saja aku pulang dari makan-makan bersama teman-teman SMP merayakan ulang tahunku yang ke 25. Tiba-tiba teringat satu kisah. Ini ceritaku dan terjadi sepuluh tahun yang lampau. Waktu itu aku masih bocah yang ingin tahu segalanya.

Ibuku adalah pengurus dharma wanita yang sibuk ditambah sebagai pejabat di beberapa yayasan. Ayahku adalah ayah tiri yang menikahi Ibu saat aku berumur 5 tahun. Aku memanggilnya Pa'cek. Ayahku orang yang ganteng dan berwibawa. Meskipun dengan Ibu tidak memiliki keturunan, namun beliau tidak menceraikan Ibu. Sadar diri kalau dia yang mandul. Aku anak bungsu dari 4 bersaudara. Kakakku wanita semua dan pada saat itu kakakku sudah tidak tinggal di rumah. Dua orang sudah menikah sedang kakakku tepat di atas sedang kuliah di Jawa.

Menjadi anak tunggal di rumah ada enak dan tidak. Ayahku sangat sayang dan memanjakanku. Kalau dia mendapat rejeki dia selalu membelikan apa saja yang kuminta. Aku mendapat TV dan VCD di kamarku sendiri. Justru ibu kandungku yang sering protes. Memang efeknya aku jadi jarang belajar dan agak bandel. Meskipun demikian ibuku tidak bisa berkutik karena tiap semester aku selalu berada dalam 10 besar terbaik meskipun bukan yang nomer 1.

Aku sering mendapat pinjaman VCD bokep dari teman-teman SMP kadang bahkan anak SMA kenalanku.  Aku menonton di komputer di kamarku. Alasanku lebih mudah diklik dan aman. Orangtuaku jarang  di rumah.

Namun hari itu aku benar-benar ceroboh atau mungkin sial. Hari itu aku tidak  menonton bokep di komputer tetapi di VCD. Aku ingin gambar yang lebih lebar, pikirku.

"Alfond!!" tiba-tiba ayahku sudah di dalam.

Mati aku! Kok bisa masuk? Padahal... ah aku lupa mengunci pintu. Untung saja aku tidak sedang onani. Tapi tetap saja gambar orang yang sedang bersanggama tidak bisa hilang sekali klik. Mana remote entah kemana lagi... Aku panik. Aku tidak cepat menemukan remotku.

"Sudah, sudah. Kalau mau nonton ya nonton saja. Kamu kan sudah besar..."

Aku masih menduga-duga kemana keinginan Ayah. Walau Ayah sangat memanjakan dan tak pernah marah namun ini mungkin akan lain.

Ayah masuk dan menutup pintu lalu menguncinya. Dia duduk di kasurku dan ikut menonton. Ayah diam akupun diam. Terkadang aku melirik mata ayah yang seakan sedang menonton film biasa. Kucoba tenang seperti Ayah. Namun aku tetap saja tidak tenang karena ada Ayah waktu itu. Setelah beberapa lama kami dalam diam, aku merasa bosan dan makin gelisah saja.

"Fond, kamu tahu tidak, kontol Pa'cek lebih besar dari itu..." katanya dengan muka serius.

Aku memandang tidak percaya dengan perkataan yang baru saja kudengar. Aktor porno yang di VCD sebesar kontolku 17 cm 4 cm. Aku sudah bangga karena di antara teman-temanku, kontolku tampak paling besar. Aku sering sombong bahwa ukuran kontol menentukan kepandaian. Tentu saja itu sangat tidak berdasar.

"Owh ya?" kataku asal saja tidak tertarik.

Aku sama sekali tidak melirik ke gundukan di selakangan. Aku lebih tertarik milik wanita. Ayah membiarkanku mengira-ngira dan tampaknya memang besar. Kontol Ayah kandungku juga pasti besar buktinya aku keturunannya. Ayah tiriku tidak ada pertalian keluarga dengan almarhum ayah. Tetapi entah bagaimana Ibu begitu beruntung selalu mendapat pria dengan kemaluan yang besar. Ah pemikiranku terlalu jauh sampai ke asal-usulku.

Waktu itu aku yakin aku normal. Aku lebih suka menonton payudara dan vagina yang memerah. Aku suka lihat lekuk tubuh perempuan. Sekarang pun begitu. Namun peristiwa berikut ini telah mengubahku. Mengubah hidupku.

Wajah Ayah tiba-tiba mendekat lalu mencium pipiku. Kurasakan pipinya yang kasar dan aroma foam bercukur yang begitu maskulin. Bukan ciuman singkat tapi lebih ke .... ah aku tidak mengerti cara untuk menggambarkannya. Dia memelukku dengan erat dengan lengan yang kekar dan bisep yang menonjol. Aku meronta minta dilepas.

Meski sewaktu kecil Ayah tiriku sering memeluk dan memangkuku namun aku tidak suka dipeluk sekarang. Aku sudah besar bukan anak kecil lagi. Pelukannya juga lain. Nafasnya mendengus dan agak memaksa. Aku meronta namun apa daya badan kekar Ayah menelikungku sehingga aku yang kurus ini tak bergerak. Ayah semakin bernafsu dia menyedot dan mengulumi bibirku. Rasanya manis terasa nikotin Ayahku di mulutku.

"Pa'cek jangan. Jangan yo..." pintaku sambil terus meronta.

Entah bagaimana aku sudah telanjang bulat. Bahkan dengan badan yang masih ditindih begitu.  Kontolku yang sedari tadi menegang karena rangsangan video bokep menjadi lemas.  Namun Ayah tidak peduli dan tetap menciumi tubuhku. Menjilati leherku. Bahkan menggigit putingku.

Aku terus meronta sampai berkeringat. Rasa takut mulai menjalariku. Rambutku basah. Matakupun terasa mulai basah. Aku merasa sangat benci dengan Ayah. Aku sangat jijik dengan ciuman-ciuman itu. Geli saja rasanya.


"Jangan ya Pa'cek...." antara takut tetapi mulai penasaran.

Ayah membuka resleting dan memelorotkan celana. Segera tampaklah kontol Ayah yang superbesar  itu. Suatu kali di lain waktu aku pernah mengukurnya, 20 cm panjang dan hampir 4,5 cm tebal nya. Aku kalah besar. Di sekitar kontolnya tampak rambut yang lebat.

"Aaahhh..." Ayahku melenguh pelan dan tersenyum tampak menikmati.

Kini badan Ayah yang kekar menindihku. Badan Ayah berotot dan perutnya sixpack. Dia memang rajin ke gym dan renang. Di perutku terasa kontolnya yang keras mengganjal digesekkan dengan keras. Aku merasa takut dengan yang Ayah akan lakukan.Tiba-tiba saja ayah mulai mengelusi  badanku. Pungggungku, dadaku, lalu pantatku. Aku tidak menyangka sama sekali kalau ayah  menginginkan menusuk aku. Duh!

Aku mengalihkan badanku menjauh dari jangkauan Ayah. Terutama anusku yang dia inginkan. Aku membalik badanku dan menutupi kontolku dan mataku. Aku merasa malu melihat Ayahku telanjang bulat begitu di depanku. Dia menciumi bibirku. Lidahnya mencoba menerobos deretan gigiku. Ludahnya terasa membasahi bibirku.  Aku merasa sesuatu yang enak tapi sama sekali tak terpikir olehku untuk merespon.

Nafas Ayah mendengus-dengus keras tanda nafsunya sudah terbakar. Dia menciumiku berkali-kali lalu berbalik menindihku. Dia memegang kedua lenganku lalu menggosok-gosokkan kontolnya ke kontolku. Entah mengapa kontolku menegang lagi. Namun tak lama Ayah merobah posisinya jadi agak berdiri. Lalu turun ke lubang kontolku.

"Pa'ceeeekk.. jangan. Tolong..." kataku meronta tapi tidak menjerit.

Terus terang tiba-tiba aku menjadi ketakutan. Aku tidak mau jadi wanita yang disanggama. Aku kan bukan wanita. Tetapi di pihak lain aku tak mampu melawan tubuh Ayah yang kekar. Tubuhku yang kerempeng begini tak sanggup melawan cengkeraman Ayah. Di sisi lain aku juga bertambah penasaran apakah nikmatnya kontol sehingga wanita di vcd itu mengerang-erang keenakan.

Aku mulai merasakan ada suatu benda keras menusuk anusku perlahan.

"Aa pa'cek jangan lakukan ...yaahhh..."

"Sudah kamu menurut saja Fond... " Ayah meludah lalu membasahi ujung kontolnya dan lubang anusku.

Ayah menusukkan kontolnya ke tubuhku kembali. Aku mengejan memaksa menutup lubangku. Namun  desakan kontol Ayah tak dapat kulawan. Benda keras itu sangat memaksa menembus masuk ke tubuhku. Tubuhku bergetar namun menjadi pasrah. Air mataku mengalir entah mengapa. Bahagia atau sedih atau kecewa aku tak mengerti. Seakan setengah nyawaku melayang dari tubuhku dan aku menjadi rileks. Bukan pingsan hanya begitu pasrah. Kurasakan ada yang mengganjal di anusku.

[Sebagian pembaca mungkin akan menanyakan mengapa aku tidak meronta dan melakukan perlawanan dengan keras. Aku sudah mencobanya dengan melarang Ayah. Namun aku yang tahu sifat Ayah dan ada sebagian peristiwa yang tak akan kuceritakan, yang membuat aku tak melawan. Tambah lagi ada rasa penasaran yang membuatku tak menyakiti Ayah. Aku tak menyesalinya. Pembaca akan tahu kalau mengikuti ceritaku]

Sementara Ayah bergerak-gerak di atas tubuhku. Kesadaranku benar-benar turun. Aku menjadi setengah sadar. Aku tak merasa apapun di sana. Sebelum tak sadar aku merasa ada gempa bumi hebat di kamarku.

"Ohh asssshhhhh..." Ayah mengkspresikan nikmatnya.

Ayah benar-benar dikuasai nafsu waktu itu. Aku menjadi sangat jijik sekaligus terpenuhi rasa dipuaskan rinduku. Aku sangat kesal dan sangat ternoda.

"Ooooaaahhhh.... " lenguh ayah dan rambut kemaluannya tepat ada di kemaluanku yang lunglai.

Aku tau kontol Ayah memasuki anusku tapi setelah beberapa waktu aku baru sadar kalau sedalam itu ayah sudah memasukiku. Ayah menciumiku lagi. Badannya yang kekar berkilat karena keringat.

Sementara di layar televisi sudah masuk adegan berikutnya. Aku kapok dan tak tertarik lagi dengan tayangan bokep itu.

Ayah mencabut kontolnya. Sesuatu yang kosong dan pegal aku rasakan di sana. Di bawah sana tepat di anusku. Pegal dan perih. Aku lihat ke sana ada darah mengalir di pahaku.

"Pa'ceeek sakit...."

Ayahku mengambil air hangat setelah mengenakan celananya. lalu dia membersihkan luka di anusku dengan penuh kasih sayang. Dia mengenakan kembali celana pendekku lalu menidurkan aku di kasurku. Persis seperti yang dia lakukan waktu aku masih kecil.

"Maafkan Pa'cek, Fond. Pa'cek khilaf!" ujarnya sambil mencium keningku. Tetes airmata yang panas jatuh di keningku.

Ayah berdiri mendekat ke televisi lalu mengambil keping vcdku. Ayah keluar kamar lalu  menutup pintu kamarku.

Aku merasa lelah dan sakit baik secara fisik maupun psikologis. Aku tertidur dan baru terbangun malam saat Ayah memberikan obat untuk diminum dan satu obat ambien yang disumpalkan  pada lubang anusku. Semua berlangsung tanpa kata-kata. Walau masih benci tapi aku tahu kalau Ayahku tidak berniat menyiksaku apalagi menyakitiku. Aku tahu ada sesal yang dalam di wajahnya.

Keesokan paginya aku tidak berangkat sekolah. Ayah sempat berdebat dengan ibuku yang mengatakan kalau aku baik-baik saja. Sedang Ayah bersikeras kalau aku sedikit demam. Akhirnya Ayah memenangkan perdebatan dan aku diijinkan tidak sekolah hari ini. Ah, apa kata dunia kalau aku sekolah dengan jalan seperti anak habis disunat? Akan banyak pertanyaan. Bisa sih aku beralasan kena bisul di pantat atau di selakangan. Ah, tetapi tidur di rumah seperti saran Ayah lebih enak dan nyaman.

Hari itu aku merasa jenuh alias bete bin sebete-betenya. Ayah pergi karena ada urusan. Keping VCD disita. TV membosankan acaranya. Tidur bosan. Di rumah sendiri, baru setelah  makan siang nanti Ayah kembali. Sedang Ibu mungkin sampai malam karena harus kunjungan keluar daerah.

Dengan langkah yang masih tertatih-tatih dan terkangkang-kangkang aku mencoba mencari  makanan di meja makan atau kulkas. Jalan ke belakang dan depan. Lalu terbersit ide mencari VCDku yang disita ayah kemarin. Aku tahu kunci kamar ayah dan ibu.

Tak perlu lama aku mencari-cari. Aku menemukan laci penyimpanan kondom. Aku mengambilnya satu. Aku ingin mencobanya. Aku mencari di kolong lalu mencoba membuka lemari pakaian. Namun tidak kutemukan VCD itu. Sekilas aku melihat ada bayangan pantulan plastik di atas lemari pakaian. Aku mengambil bangku dan menaikinya.

Ini dia!

Bukan cuma satu yang aku temukan. Sepuluh keping vcd termasuk milikku salah satu yang disita Ayah kemarin. Kuambil semua dan aku mau coba semua sebelum Ayahku kembali nanti. Segera saja adegan sanggama berbagai versi melintasi mataku masuk ke otakku. Koleksi ayah lengkap tidak hanya pria dan wanita berbagai bangsa namun juga wanita dengan wanita. Bagian lesbi selalu kulewati aku merasa jijik melihatnya. Sebaliknya bagian pria dengan pria selalu aku nikmati lebih lama. Bahkan aku terkadang mengulangnya.

Tak terasa jam-jam membosankan menjadi jam-jam menggairahkan. Lapar pun tak kurasa lagi yang ada aku menikmati rasa tegang di kontolku karena adegan-adegan di atas.

DE JAVU


"Alfond!!" tiba-tiba ayahku sudah di dalam.

Mati aku! Kok bisa masuk? Padahal... ah aku lupa mengunci pintu. Untung saja aku tidak sedang onani. Tapi tetap saja gambar orang yang sedang bersanggama tidak bisa hilang sekali klik.  Mana remote entah kemana lagi... Aku panik. Aku tidak cepat menemukan remotku.

"Sudah, sudah. Kalau mau nonton ya nonton saja. Kamu kan sudah besar..."

Ayah masuk dan menutup pintu lalu menguncinya. Dia duduk di kasurku dan ikut menonton.



Cerita berikut:

No comments: