04 March 2012

KARMA 7B

KAMAR 7b

[Judulnya KAMAR 7b. Kalau serialnya KARMA 7B. Jadi memang bukan salah ketik]

Sudah datang pagi, kuliah kosong. Dosen tidak masuk karena ada seminar di luar kota. Kutelpon Bang Shandy sekalian sarapan di warung Bu Dani saja.

"Wah, sori.. sori Bang... ganggu tidurnya ya..."

Ternyata Bang Shandy masih tidur.

"Main sini saja Dik kalau mau..."

Wah sinyal positif nih... tapi aku janji setelah sarapan dulu. Akhirnya kulangkahkan kaki ke Warung Bu Dani di belakang kampus. Setelah membungkus dua rames aku menuju belakang warung ke rumah yang ciri-cirinya sudah diberikan. Ke kamar nomer 7 dari tangga di lantai 2. Langsung masuk saja, begitu petunjuk Bang Shandy.

Bedengnya bersih dan banyak tanaman. Sepi karena banyak yang kerja. Semenjak masuk hingga di tangga atas ini tak kujumpai kehidupan. Ada suara beberapa pesawat tv tapi tak ada yang di luar. Kamar nomer 7... yah ini pastinya. Hampir aku mengetuk tapi tak jadi. Kubuka sepatuku dan masuk perlahan ke kamar yang agak gelap karena tak ada lampu yang dinyalakan. Di dalam lebih hangat dan baunya khas bau lelaki.

Kututup pintu lagi dan kamar jadi lebih gelap lagi. Aku harus membiasakan diri dengan kegelapan ini. Hingga kulihat sosok yang tertidur di ranjang. Pasti itu Bang Shandy. Kudekati dan duduk di tepi tempat tidur. Bang Shandy diam saja rupanya dia sudah terlelap lagi. Pasti dia mendapat giliran hingga pagi ini. Tubuh Bang Shandy lebih kekar dari nampaknya. Mukanya ditutupi bantal hanya tampak janggutnya saja. Janggut yang ditumbuhi bulu kasar itu menjadikanku ngaceng.

Timbul ide buat mengusili dia. Toh dia sudah tau kalau aku suka lelaki. Pula, dia undang aku ke sini. Kuelus dadanya yang montok.Dada yang bidang dan berotot sepertinya terlatih.  Lalu menelusuri luar selimut aku turun dan merasakan sixpacknya. Begitu nyata meski dia sedang tidur terlentang. Bagus, sepertinya Bang Shandy memang layak jadi bintang bokep Falcon di US. Lalu aku turun lagi dan terus ke bawah merasakan tonjolan yang cukup besar. Wah, satpam ini punya aset yang lumayan rupanya. Aku begitukan juga tidak bangun. Wah kalau sampai tidur di tempat tugas pasti ada maling atau ada kebakaran lewat sudah.

Tiba-tiba naluriku berkata ada sesuatu yang tidak beres. Hapeku bergetar, telpon dari bang Shandy! Cepat-cepat hape kumatikan sebelum sempat berbunyi. Astaga! ini kamar siapa? Gawat! Harus segera keluar sebelum orang ini bangun atau akan jadi masalah. Aku berjingkat dan menutup pintu..

"Woy... terusin napa? Sange nehh..!"

Klik. Pintu sudah kututup. Tapi kata-kata itu sudah terngiang. Kutelepon balik Bang Shandy setelah memakai sepatuku.

"Aku sudah di lantai dua nih bang..."

Pintu kamar sebelah tempat tadi aku salah masuk terbuka.

"Masuk Dik..." Bang Shandy yang mempersilahkanku.

"Loh, kata Bang Shandy kamar nomer 7..."

"Iya, ini kamar nomer 7"

"Tadi aku hitung dari tangga ini adalah pintu ke 6"

"Pintunya iya ke 6, kan pintu kamar nomer satunya menghadap ke barat"

Jadi tadi aku salah kamar. Ow ow!

"Kubawakan rames nih..."

Aku masuk dan Bang Shandy menutup pintu di belakangku

"Wah bagus. Tau saja kalau Abang ini lapar...." Bang Shandy beranjak mengambil sendok.

Kami pun makan bersama dan Bang Shandy memanaskan air dengan pemanas listrik untuk membuat teh dan kopi. Aku memilih teh dan Bang Shandy membuat kopi untuk dirinya sendiri. Kami pun menikmati sambil mengobrol. Menikmati sarapan bersama.

"Tadi aku sempat masuk ke kamar sebelah tapi kok sedang tidur lalu Bang Shandy telepon. Untung saja aku belum bangunin orang itu" ujarku sedikit merekayasa kejadian.

"Oh jadi sempat ke kamar sebelah? Dia sedarah sama kita juga kok..."

"Maksudnya Bang?"

"Dia juga sakit, suka lelaki juga, seperti kita..."

"Mmm sebenarnya Abang tau dari mana kalau aku suka lelaki? Apa ada yang memberitahu abang tentang hal ini? Atau adakah gerak-gerikku yang menunjukkan itu, Bang?" tanyaku serius.

"Manusia seperti kita ini diberi kelebihan khusus, mempunyai pemancar dan penerima gelombang dari sesama kita. Makanya Abang tidak menyesal menjadi seorang gay, walaupun Abang dikucilkan dari keluarga dan tidak diterima di kampung Abang. Kelebihan begini pasti dari Alloh. Jadi menurut Abang, Tuhan pun akan menerima kita asalkan kita tidak lupa sholat dan menyimpang dari ajarannya"

Aduh! Mau membantah tapi aku juga tidak tahu lebih banyak tentang agama. Ya sudahlah, aku hanya mengangguk saja. Aku juga kurang suka topik agama, hanya menimbulkan perdebatan yang bisa berujung pada pertumpahan darah. Padahal sama-sama hanya keyakinan saja.

"Memang kamar sebelah kerja apa, Bang?"

"Dia kerja di minimarket, merangkap gigolo.." Bang Shandy berbisik pada info terakhir.

"Ow... " mataku terbuka lebih lebar.

Makan kami selesai. Bang Shandy membereskan bungkus dan aku mulai menyeruput teh yang masih panas. Lalu dia pergi ke kamar mandi sepertinya untuk cuci muka atau menggosok gigi.

"Abang pernah main sama dia, Bang?" tanyaku sewaktu Bang Shandy masih di pintu dan menggantungkan handuknya.

"Hahaha... ya kalau sama-sama membutuhkan saja. Upss.." Bang Shandy berpura-pura keceplosan.

"Wow, jadi pernah ya Bang...?"

"Hmm mau bermain bertiga? kebetulan Abang juga sudah lama ga main sama dia..."

Tanpa persetujuanku lagi Bang Shandy mengetuk tembok samping dengan kode tertentu. Pintu sebelah terdengar terbuka dan tertutup lagi, lalu pintu kamar kami terbuka. Seperti jin lampu saja, cukup kocok eh gosok lalu keluar. Penghuni kamar 7b masuk dan melihatku.

Tampilannya waktu masuk seperti malaikat tanpa sayap. Ada sinar terang di belakangnya. Badannya sempurna berotot, tidak sebesar binaragawan. Dia tak memakai apa-apa kecuali kain yang melilit auratnya.  Wajahnya tampan dan sangat jantan. Sangat mempesona. Sangat mengagumkan. Namun latar suara berubah dari bunyi harpa yang gemerincing jadi ciuiiit dengan nada akhir merendah. Dia menutupi selakangannya.Pintu tertutup dan sinar terang menghilang.

"Eh, ada tamu Shan...ga bilang-bilang..." katanya salah tingkah.

Ya dia hanya memakai boxer kain katun, tonjolannya menggunung. Masih sange berat rupanya.

"Ini Jerry, temanku. Jer, Ini si Ucrit.." kami bersalaman dia mengganti tangan kiri yang menutup selakangannya. Mataku tak tahan untuk tidak melirik selakangan dan dia pasti tau.

"Kok Ucrit?? Aku Saat..." empunya nama protes.

"Kan sering ngecrit... hehehe..." Bang Shandy memang usil.

Bang Shandy condong ke telinga Saat dan membisikkan sesuatu yang cukup bisa kudengar.

"Dia ingin kita trisom...."

"Wah kebetulan nih... (Mas Ucrit memandangiku) tadi aku mimpi ada yang ngeremes-remes kontolku. Nih sampe sekarang masih ngaceng dan butuh pelampiasan"

Aku merasa tertuduh dan langsung pasang akting polos yang sangat buruk. Padahal mau juga.

Bang Shandy melihatku seakan minta persetujuan, dan aura mesum pun menyergap kami. Bang Shandy mendekati Mas Ucrit dan memelorotkan celananya itu. Kontol Mas Ucrit terlihat panjang dan besar. Bang Shandy berlutut dan menggenggam dan menjilati kontol itu. Aku merasa seperti melihat adegan bokep tapi ini live alias secara langsung.

Bang Shandy menjilati kontol Mas Ucrit dan mengecupi dengan bibirnya. Mas Ucrit terpejam dan kepala menengadah merasakan kenikmatan. Tangan kekarnya mengelusi rambut Bang Shandy. Tangan Bang Shandy menarik gasperku supaya aku mendekat. Tak sampai setengah meter jarakku dengan mereka. Mas Ucrit melihatku dengan tatapan mesum dan mendekatkan bibirnya pada bibirku. Aku merasa tak berdaya antara jengah dan sangat ingin. Aku diam dan coba menikmati dengan memejamkan mata, membayangkan...NO! bayangan yang muncul kenapa Arsyad?

Kurasakan celanaku mengendur dan melorot ke lututku. Itu kerja Bang Shandy rupanya. Kontolku yang setengah tegang di genggam dan dilumatnya. Sementara Mas Ucrit dengan nafasnya yang memburu menciumiku dengan bernafsu. Aku menggenggam kontolnya yang keras dan mengacung ke depan itu. Sangat keras dengan ukuran cukup besar 17 cm dia 4 cm dan jembutnya juga lebat.

Mas Ucrit menciumiku dan memelukku erat. Kontolnya yang tegang digosok-gosokkan ke pahaku, terasa hangat dan keras. Sementara Bang Shandy sangat menikmati kontolku. Sambil tetap mengulum bibirku Mas Ucrit menelanjangiku dan kini telanjang bulat seperti dia.

Tubuh Mas Ucrit berotot dan kencang. Sixpack terlukis jelas, membuatku seperti sungguhan bertemu malaikat tampan. Wajah Mas Ucrit cakep juga sih... modal gigolo gitu deh. Aku meraba-raba Mas Ucrit sementara Bang Shandy menikmati kontolku yang semakin menegang. Lalu Mas Ucrit melepaskanku dan tiduran di kasur Bang Shandy.

"Shan, rimming aku dong..." pintanya.

Bang Shandy melepaskan kontolku dan mendekati Saat. Kaki Saat yang sudah mengangkang dinaikkannya lagi. Lubang pantat yang montok itu dibelah dan tampak lubang mengkerut di sana. Bang Shandy meludah di sana lalu jari telunjuknya diusapkan. Mas Ucrit (Saat) memejam dan mendesah. Jari Bang Shandy lalu lincah menusuk-nusuk lubang itu.

Aku dekati mereka. Kujilati kontol Mas Saat yang masih menegang keenakan berdenyut. Kugenggam lalu kujilat. Ada rasa asin, rupanya dia sudah precum. Aku tiduran di samping Saat dan mengambil posisi paling pas untuk bisa mengulum kontol Mas Ucrit. Kontolku digenggam Mas Ucrit dan dia juga menikmati kontolku, menjilati dan mengulumnya.

Bang Shandy mengambil kausnya sendiri lalu mengeringkan lubang pantat Mas Ucrit. Lalu dia mendekat dan aku lihat dari dekat Bang Shandy mulai menjilati lubang pantat Mas Ucrit. Mas Ucrit mendesah. Panggulnya sedikit terangkat. Kulirik ekspresi wajah Mas Ucrit, mata setengah terbuka, mulut mendesis, tampak nikmat sekali. Cukup lama Bang Shandy melakukan itu, bahkan beberapa kali lidahnya berusaha menembus lubang itu.

"Ssshhh Shan... fuck me!" ough! permintaan luar biasa dari si gigolo.

Maklum sebagai info tambahan, Mas Ucrit adalah gigolo buat tante-tante berduit. Kerja di minimarket hanyalah sebagai kedok saja. Tunggangan motor sport. Nongkrong lebih sering di Fitnes Centre mahal yang biaya bulanannya tak terbayar dengan standar gaji seorang karyawan minimarket.

Dia rindu difuck juga rupanya. Bang Shandy berlutut dan memelorotkan celananya. Wow! Besar... ugh bakal ada yang robek kayaknya. Ini kontol terbesar dari yang pernah kulihat. Panjangnya juga lumayan. Tidak memalukan walau masih lebih panjang milikku dan milik Mas Ucrit. Gemuk dan cukup sempurna, kayaknya kalau kontes bakal jadi idaman nona-nona gatel lah...

Bang Shandy mengocoknya pelan supaya maksimal tegangnya. Tak tahan aku lihat barang baru, kulepas punya Mas Ucrit. Aku berjongkok mengangkangi Mas Ucrit dan menjilati kontol Bang Shandy sambilmengocoknya perlahan. Genggaman tangan kananku terasa penuh. Memang benar-benar besar kontol Bang
Shandy ini. Mengerikan kalau ditusuk kontol segede itu. Anehnya kenapa justru Mas Ucrit memintanya? Kalau aku sudah kupastikan aku ga mau difuck Bang Shandy, mengerikan.

Kukocok kontol Mas Ucrit supaya dia tidak merasa disepelekan sementara lidahku menjilati kontol Bang Shandy. Hebat! Tegangnya pun bisa keras begini. Memang mantap pentungan satpam ini. Kulihat Bang Shandy tersenyum senang karena tampak sekali aku mengagumi kontolnya. Ya benar, ini kontol terindah yang pernah kulihat. Mantap benar-benar mantap besarnya pas tidak kurus seperti punyaku. Mungkin kontol Bang Shandy ikutan fitnes juga. Mungkin aku bakal ketagihan.

Lelah mengocok, aku lebih fokus dengan kontol Bang Shandy yang gemuk ini. Mantap sekali pas di mulut. Mas Ucrit tangannya tidak diam dia mengelusi dan memelintir putingku sesekali. Pantatku diremas-remas dengan gemas olehnya. Sesekali kontolnya disentuhkan ke bagian bawah bola pelerku. Posisi wajah Mas Ucrit tepat di bawah kontol Bang Shandy yang sedang kuoral. Dia menikmati pemandangan indah dari bawah. Mas Ucrit juga mengelusi dan menjilati paha Bang Shandy. Dia sangat bergairah rupanya.


"Sebentar ya, Dik..." Bang Shandy minta ijin.

Dia mengambil kondom dan pelumas lalu memasangkannya. Sementara itu kontolku kembali dilumat oleh Mas ucrit yang sangat haus kontol. Lalu kurasakan ada gerakan tubuh mas Ucrit. Posisi waktu itu aku masih mengangkang di dada mas Ucrit dan kontolku terus dikeluarmasukkan. Nikmat sekali.

Bang Shandy mengangkat kaki Mas Ucrit. Kontol besarnya di arahkan ke lubang itu. Mas Ucrit berhenti mengoral tapi tidak melepaskan kontolku. Dia menahan sakit, matanya terpejam. Siapa yang tidak sakit ditusuk kontol segede milik Bang Shandy. Mungkin janda yang biasa kawin juga akan kesakitan (tapi setelah itu ketagihan). Kami diam, menunggu Mas Ucrit terbiasa dengan kontol gemuk bang Shandy.

Aku melihat wajah Bang Shandy sangat nikmat saat memasukkan kontol itu ke lubang hangat. Kurasa sekarang kontol itu sedang diremas-remas oleh lubang pantat Mas Ucrit di dalam sana. Saat membuka mata Bang Shandy tersenyum lalu dia mencium bibirku. Ah! Ini momen terganteng seorang pria, sewaktu sedang bersetubuh. Aku menikmatinya.

Kontolku serasa dihisap. Ah Mas Ucrit sudah mulai aktif lagi dan ingin aku memasukkan kontolku lebih dalam lagi. Kulepaskan ciuman nikmat dengan Bang Shandy dan aku mulai menggenjoti mulu Mas Ucrit yang ganteng ini. Banyak gumaman 'mmm' keluar dari mulut mas Ucrit. Antara gumaman enak, sakit, nikmat, tahan, dan lain sebagainya. Terjemahkan sendiri saja.

Beberapa menit berlalu dalam posisi yang sama. Dua orang pria bergerak maju mundur menggesekkan kontolnya dalam lubang hangat seorang pria. Suhu kamar terasa meningkat cepat. Mungkin juga karena sudah menjelang siang. Suasananya serasa di sauna yang mengundang keringat untuk lari dari pori-pori kulit kita. Wajah Mas Ucrit dan Bang Saat hampir mirip, agak merah dan peluh mulai menetes. Wajahku kuyakin juga tak jauh berbeda. Badan Mas Ucrit nampak berkilat oleh keringat, memancarkan keseksiannya. Padahal sebenarnya justru Mas Ucrit yang paling sedikit bergerak.

"Pindah posisi... panas neh..." pinta Mas Ucrit setelah lepas dari kontolku.

Bang Shandy dan aku menjauhi Mas Ucrit. Tak tahan aku memeluk Bang Shandy dan menggosokkan kontolku ke pahanya. Mulut kami berciuman.

"Wooy... jangan dianggurin dong!" Mas Ucrit berseru pada kami yang mulai lupa.

Mas Ucrit mengambil posisi seperti main kuda-kudaan. Dia memberi tanda agar aku duduk di kasur tentu saja untuk posisi terenak baginya menikmati kontolku. Bang Shandy sudah tau dia beralih ke belakang dan mulai sekali lagi menusuk pantat Mas Ucrit. Posisi Doggy style. Kontol Mas Ucrit tegang berayun-ayun. Bang Shandy mengocok kontol Mas Ucrit seiring dengan genjotannya yang dahsyat. Aku menikmati semua sambil kontolku juga dilumat Mas Ucrit dengan sangat gemas, sesekali kontolku juga dikocok.

"Jerr.. kamu fuck aku juga dong... dari bawah" ujar Mas Ucrit.

Bang Shandy rupanya mengerti posisi yang diinginkan Mas Ucrit. Dia melepas tusukannya dan mengambil kondom lagi.

"Pakai Jer, jangan sampai kamu kena HIV" ujar Bang Shandy asal bicara.

Tapi deg! sempat membuatku agak takut juga. Bang Shandy menangkap keraguanku. Iya bagaimana tidak siapa yang mau kena penyakit yang masih susah obatnya itu.

"Kalau ngomong, jangan asal bacot kamu Shan! Aku bersih kok Jer..."

Kupakai kondomku. Benar, waspada lebih baik daripada lengah. Aku menggelosor ke bawah Mas Ucrit seperti seorang teknisi bengkel memposisi diri hendak memeriksa mesin mobil bagian bawah. Mas Ucrit turun dan menempelkan lubang pantatnya di kepala kontolku yang masih tegang. Bles! mudah saja masuk ke lubang yang hangat dan lembab. Dengan keahlian seorang gigolo, Mas Ucrit meremas dan memijat kontolku. Aku ragu kalau dia hanya gigolo untuk tante-tante, mungkin om-om juga.

"Ssshhh... mmmm... oowwwhhhh... " kuekspresikan sambil menggigit bibirku.

Enak banget tau...

Posisi tubuh Mas Ucrit membentuk sudut empat puluh lima derajat dengan tubuhku yang sedang dilanda kenikmatan birahi. Bang Shandy mengambil bantal lalu disorongkan ke bawah pantatku. Bentuk tubuhku seperti busur panah dengan ujung anak panah tepat menembus anus Mas Ucrit.

Kudengar batang kontol Bang Shandy yang besar dipukul-pukulkan ke pantat Mas Ucrit. Lalu Mas Ucrit memperkecil sudut di antara tubuh kami. Dia meraih bibirku dan mengulumnya. Kami berciuman. Saat itu aku merasa kontolku seperti ditekan dan dijepit.

Astaga! Rupanya Mas Ucrit akan didobelfuck. Mataku membelalak memandang wajah Mas Ucrit yang menggigit bibirku. Aku yang jadi korban. Reflek kujambak dia dan kujauhkan dari wajahku.

"Aaakkkhhh..." teriak Mas Ucrit ditahan.

Kontolku serasa ikut masuk lebih dalam ke dalam lubang itu. Tiga orang pria menggeram nada bass oleh nikmat birahi. Lalu diam. Seperti jeda pada musik yang hanya sebentar ketiganya berkolaborasi dalam lenguhan menikmati setiap hentakan mengakselerasi kenikmatan yang akan dikonversi menjadi orgasme nikmat berkepanjangan.

(maap. penulis agak stres!)

Terus terang aku merasa kurang nikmat dengan double fuck ini. Tapi sensasinya itu buatku tetap ngaceng. Entah apa yang dirasakan oleh Mas Ucrit karena aku belum sempat menanyakannya. Ditusuk kontol satu saja sakitnya bukan main apalagi ditusuk berdua seperti ini. Tapi bagi bot sejati mungkin ini adalah kenikmatan.

Kepala kontol Bang Shandy menggesek batangku di dalam sana. Jadi rasanya kontolku hanya ditekan tekan bagian batang saja berkali-kali. Tapi bagi Bang Shandy sepertinya ini akan mengantarkannya pada orgasmenya dahulu. Aku khususnya, menunggu Bang Shandy menyelesaikan hajatku. Kontol Mas Ucrit melempem lembek di atas perutku. Pasti hanya kesakitan yang dia rasakan.

"Owwh owwh... aaahhh... Crit aku mau keluar...." ujar Bang Shandy mempercepat rojokannya.

"..mulutku saja Shan..."

What! Ini muka Mas Ucrit kan di atas mukaku. Bakal kena juga kayaknya... tapi aku pasrah. Terasa kontolku diurut ke bagian pangkal. Lalu terasa sedikit agak bebas. Dengan tergesa Bang Shandy melepas kondomnya dan memposisikan kontol di depan mulut Mas Ucrit mengangkangi kepalaku.

Beberapa kedutan, aku memejamkan mata. Terasa sedikit seperti hujan. Ya hujan benih kehidupan seorang pria jantan. Perlahan kubuka mata, saat itu cairan putih menetes dari bibir Mas ucrit dan jatuh di bibirku. Asin rasanya sewaktu di jilat. Mas Ucrit dengan usilnya mencium bibirku. Kami berbagi pejuh Bang Shandy...

Muka Mas Ucrit tambah terlihat sexy dengan pejuh di wajahnya. Bulu kasar dan pejuh putih, ah perpaduan macho seorang pria tampan. Mas Ucrit tersenyum padaku dan terasa dia memainkan otot anusnya sehingga kontolku yang masih tegang dan di dalamnya seperti diremas-remas. Aku menggerakkan kontolku keluar masuk. Agak susah dan lelah di posisi ini.

Aku berbalik di atas sedang Mas Ucrit kuentoti seperti seorang wanita. Lubangnya terasa agak longgar membuatku leluasa memasukkan kontol panjangku sampai ke dalam dalam. Ada cengiran saat kontolku menyentuh daging dalamnya. Dia merasa nikmat. Kuamati kontolnya menegang kencang dan berkedut.


"Mmmm ssshhh enak Jer... lebih cepat Jer..." erang Mas Ucrit.

Semakin cepat semakin enak rasanya. Tanpa komando dari kontol Mas Ucrit menyemprot pejuh banyak ke dadanya sendiri dan banyak meleleh di perut juga. Aku tak mempedulikan karena aku juga merasa sudahdekat dengan kepuasanku. Terus kuhentak hentak. Mas Ucrit beberapa kali menyemprotkan pejuhnya lagi. Kontolnya terus berdenyut-denyut.

Tangannya menahanku agar aku diam tapi aku tak mau. Terus kugenjot anusnya dengan kontolku. Mas Ucrit meremas tanganku kencang sekali. Lalu crot.... Mas Ucrit orgasme yang kedua kali disusul tepat dengan orgasmeku di dalam liangnya.. Dia tidak merasakan karena spermaku tertampung di ujung kondomku.

Kami berpelukan dalam basahnya sperma. Merkekatkan tubuhku dan tubuh seksi Mas Ucrit yang baru kulihat dan kenal dalam beberapa menit. Aku mencium bibirnya dengan sayang. Dia membalasnya.

"Sudah sana bersihkan diri... sayang-sayangannya dilanjut nanti" ujar Bang Shandy memotong keasyikan kami.

Kami berdua menuju ke kamar mandi. Madi berdua dan saling menyabun hingga bersih dari sperma. Bang Shandy menyodorkan handuk yang tadi dipakainya... agak basah kami pakai untuk mengeringkan badan kami.

"Tuh, tadi hape kamu bunyi Jer.."ujar Bang Shandy saat kami berkumpul lagi dekat kasurnya.

Kubuka sms dari seseorang yang harus segera kutemui. Aku berpakaian dan segera berpamitan pada Bang Shandy dan Mas Ucrit yang masih telanjang bulat. Sepertinya mereka akan menghabiskan siang ini dengan ML sekali lagi. Sayanya aku tidak bisa ikut.

4 comments:

Anonymous said...

~ (づ ̄ ³ ̄)づ~~~♡ suka banget.....
seru!!! gag banyak penulis yg bisa menceritakan serunya 3some...

Anonymous said...

♏♏♏ªªªªñÑñ†††ªªªªªPPPP banget ceritanya ß​ƦƠ, apalagi klo ini jadi kenyataan

Anonymous said...

♏♏♏ªªªªñÑñ†††ªªªªªPPPP banget ceritanya ß​ƦƠ, apalagi klo ini jadi kenyataan

Robby said...

Sangat susah menceritakan trisome... lebih mudah melakukannya...