30 April 2006

MENGANTAR KATERING MENUAI NIKMAT

Seri 1: Streaptease

Sebal. Aku sangat sebal karena harus mengantar pesanan Pak Jo di Puncak. Mana hari Sabtu, macet lagi! Kenapa sih Pak Jo nggak pesan di daerah puncak atau di Bogor sekalian, toh dekat situ kan banyak rumah makan. Batal deh acara chating semalam suntuk yang jadi kebiasaanku menghabiskan malam minggu.

Sebenarnya bukan kebiasaan. Aku hanya berharap kalau-kalau di antara teman chat ada yang ngajak nginap di rumahnya atau di kosnya. Sebagai selingan kesendirian di rumah boleh juga kan? Tapi selama ini itu hanya harapan. Tidak ada sosok yang cocok yang aku temukan di berbagai ajang ngobrol lewat internet. Ah mungkin belum jodoh.

Sore itu dengan mengendarai mobil Jeep warisan mendiang Bapak. Aku berangkat sendiri ke Puncak. Makanan akan digunakan jam 7 atau 8 malam. Tapi awal-awal aku harus sudah di sana, selain memperhitungkan macet juga memikirkan siapa tahu ada temanku yang mengajakku menginap di sana. Malam minggu memang biasanya aku gunakan untuk menghibur diri setelah 5 hari sibuk dengan bahan-bahan skripsi, buku berdebu di perpustakaan dan dosen yang sok sulit dihubungi.

Acara Pak Jo adalah acara selamatan pembangunan hotel (hmm aku gak bisa sebutin namanya). Letaknya cukup di puncak melewati beberapa villa milik orang kaya di negeri ini. Sampailah di ujung jalan berbatu dan belum di aspal. Musim kemarau begini debu di situ cukup tebal. Aku harus berhati-hati sekali memilih jalan supaya makananku tidak rusak susunannya. Jalanannya sepi dan memang daerah itu jauh dari rumah penduduk. 

"Semua jumlahnya 52 kotak dan 3 kotak bonus. Ini bonnya mohon ditandatangani di sini. Untuk penyelesaian bisa Pak Jo transfer seperti biasa saja." Kusodorkan nota itu.

Pak Jo menekennya dan memberikan lembar putihnya padaku. 

"Kalau Jon nggak ada acara sore ini, ikut kami berpesta di sini. Kalau takut pulang malam tidur saja di villa saya di bawah sana." Pak Jo menawari.

Dengan sesopan mungkin aku menolaknya. Lagian aku kurang kenal dengan Pak Jo. Orangnya baik tinggi besar sekitar, ah ternyata tidak terlalu tua dan sebenarnya kurang pantas dengan sebutan 'Pak'. Ya, dia seumuran dengan aku. Dan tampan juga tampangnya. 

Sesudah semua makanan diturunkan dari mobil, dan diserahterimakan dengan yang bertanggung jawab. Aku mulai mengarahkan mobil ke arah aku datang. Tapi aneh mobil terasa berat sekali. Mesin sudah digas sekuat tenaga tapi jalannya tetap lambat. Yah! Ban belakang sebelah kanan bocor, mana aku nggak bawa ban cadangan lagi.

Kuhubungi Pak Jo untuk minta tolong, tapi katanya diapun tidak ada mobil di villa. Mau urus tambal ban harus turun ke sana, paling tidak 50 sampai 100 ribu bakalan melayang. Akhirnya karena Pak Jo merasa kasihan aku akan ditolong kalau mobilnya sudah datang besok pagi. Ah nginap juga. Habis deh acara chating dan surfingku! 

"Sudahlah Jon! Kita....." Pak Jo menghiburku dengan kata-kata panjang. Aku rasa dia juga senasib denganku terdampar di puncak gunung di hari libur begini. Lama-lama kami merasa akrab juga. Hatiku terasa tentram, entah oleh kata-katanya entah oleh beberapakali rangkulan tangan ke pundakku. Aku mulai menikmati malam minggu yang lain.

***

Pesta selesainya bangunan utama itu selesai jam 9 malam. Pestanya dilanjutkan dengan acara yang cukup mengagetkanku striptease cowok dan cewek. Aku jadi merasa sangat beruntung karena banku meletus tadi.
Dua pasang penari dengan baju berbulu-bulu norak, yang pria memakai seragam pelaut seperti Popeye. Mereka menari meliuk-liuk dari gerakan sopan sampai yang merangsang. Semakin lama gerakan mereka semakin panas saja. Si pria sekarang hanya mengenakan celana pendek putih ketat dan si wanita keduanya berbikini. Tariannya salsa yang menyentuh-sentuhkan alat vital ke pasangannya. Terkadang mereka bertukar pasangan. Terkadang pria dengan pria dan wanita dengan wanita. Rupanya mereka mencoba membangkitkan gairah semua orientasi seks.

Saatnya saweran yang paling seru. Sambil memasukkan uang limaribuan, Jo mengobok-obok payudara dan memek penari wanita. Gelak tawa dan teriakan menjadikan acara itu makin seru. Apalagi ada rekan Jo yang coba menarik bikininya. Karena kebetulan mayoritas (malah semua, kecuali penari itu) pengunjung adalah cowok, maka penari cowok kurang mendapat sambutan. Tapi tetap saja mereka yang berperan penting membuat penari wanita berbusana seminim mungkin.

"Siapa yang berani sawer saya, saya akan lakukan keinginannya" tawar salah satu penari Pria. Jo maju dengan nekatnya. Dia mencoba memasukkan uangnya ke dalam celana si Pria, tapi dengan nakalnya penari itu membuat gerakan pinggul meliuk sehingg Jo susah memasukkannya. Gelak tawa pecah di seluruh ruang yang sebenarnya belum jadi itu.

Karena gemas dikerjai. Jo memegang pantat orang itu dan menguncinya ke tubuhnya. Dengan cepat dimasukkan unang lembaran itu ke dalam celana. Pria itu melenguh, pengunjung tertawa menggelegar sekali lagi. Menurutku cukup lama tangan Jo ada di dalam sana. Pria itu menari lagi tapi kali ini lebih erotis dengan menggesek-gesekkan gundukan kontolnya ke penari wanita. Merangkul dan brak ... penari wanita pun bertelanjang dada juga. Mula-mula gunungnya ditutupi dengan kedua tangannya. Tapi ternyata ada pengunjung lain yang berani menyawer penari pria satunya untuk membuka tangan itu. Wah pemandangan yang panas!

Adegan-adegan berikutnya semakin panas. Tapi pengunjung semakin berkurang sekarang tak lebih dari 20 orang yang masih bertahan dalam ruangan itu. Yang lain entah punya kegiatan apa. Sekarang giliran penari pria yang ditelanjangi. Celana pendek ditinggalkan dan penari pria keduanya memakai celana bikini yang sepertinya tidak muat lagi menahan tonjolan kontol-kontol mereka. Pantat mereka hanya tertutup seutas benang. Belum lagi saat payudara si wanita digesek-gesekkan dengan liar ke seluruh tubuh pria pria kekar berotot itu.

Keringat mereka bercucuran dan keseksian mereka berempat semakin tampak. Wah ini lebih seru dari situs-situs yang aku kunjungi. Hmm rupanya tidak hanya mereka yang beraksi. Beberapa orang di pojok ruang mulai membuka celana dan merangsang kontol mereka masing-masing. Ada juga yang berpasangan. Karena tidak ada wanita lain pria membantu pria lain.

Gesekan berubah jadi jilatan. Pria pria itu pasrah dikerjai wanita pasangannnya. Pria-pria itu ditelanjangi habis. Mereka melenguh melewati batas, seakan nikmat yang tiada banding. Si wanita pun tak kalah serunya.Ruangan jadi ramai lenguhan. Jo sendiri juga beberapa kali memasukkan tangan ke kantongnya. Hmm rupanya dia terangsang juga.

Hah!! Sekarang pria dengan pria. Mereka main pedang-pedangan menggunakan kontol mereka yang seksi itu. Sementara wanitanya ber69 saling menjilati memek mereka masing-masing. Uhhh giliran aku yang gak tahan. Aku masukkan tanganku untuk membetulkan kontolku dan sekalian mengocoknya sedikit. Ah, kenapa malu toh disekitarku juga melakukannya.

Sesaat gerakan berubah kali ini kontol si pria dikocok dan dikulum-kulum dengan nikmatnya. Pria-pria itu berkayang untuk memberikan keleluasaan bagi wanita dan pengunjung untuk menikmati kontol mereka. Panjangnya hampir sama. Tapi lebih besar milik pria yang badannya lebih kurus. Rambut kemaluan mereka dicukur rapi membentuk pola tertentu. Si pria yang kekar ada tatonya di bawah pusar. Mereka sudah ereksi penuh. Andai aku yang menikmati jilatan dan lumatan bibir-bibir itu ah... 

"Sini aku bantu Jon" Jo mengulurkan tangan ke arah gundukan kontolku. Semula aku berniat melarangnya tapi rejeki pantang ditolak, jadi kubiarkan saja. Tidak hanya gundukanku dielusnya tapi resletingku mulai dibukanya.

Kubantu untuk melepaskan ikat pinggangku dan kubebaskan kontolku dikocok Jo. Sementara mataku masih terpaku pada adegan-adegan di depanku. Baru kali ini aku melihat sebuah persetubuhan yang dikoreografikan. Gerakan mereka seirama dan ritmis sesuai dengan musik. Meskipun bersetubuh tapi gerakan mereka lebih memancarkan seni dari pada vulgar dan kemesuman. Walau dalam birahi yang membara mereka tak terkuasai emosinya dan mereka memberikan suguhan yang indah. Sungguh profesional mereka itu.

***

Posisi penari striptis itu merupakan gerakan yang baru sekali ini aku lihat. Selama aku surfing atau melihat film porno, belum pernah aku melihat posisi seperti yang mereka peragakan. Selagi si lelaki kayang si wanita memasukkan kontol itu ke dalam memeknya. Tetap dalam keadaan kayang si wanita turun naik sambil berdiri. Wah ini gerakan yang sangat sulit untuk ditiru (Don't try this at home!). Tubuh mereka begitu lentur. Sementara di atas si wanita melenguh-lenguh menikmati sodokan kontol. Sesekali menjerit dengan centil dan sangat menggairahkan.

Kontol pria-pria itu terlihat mengkilat oleh cairan memek. Kontol itu memukul perut mereka sendiri saat dilepas. Adegan berikutnya adalah partisipasi penonton. Memang kami tinggal bersepuluh yang duduk di sofa melingkari penari. Tidak ada satupun yang tidak ikut membuka celana. Termasuk Jo. Tangan kiri Jo meremas kontolku sementara tangan kanannya mengocok miliknya sendiri.

Kedua pria itu dengan kontol mengacung dan berdenyut-denyut membagikan kondom pada para tamu. Masing-masing memakai dikontolnya. Termasuk kedua penari pria tadi. Kedua pria itu memasukkan kontolnya ke pantat masing masing pasangannya. Lalu dengan membopong wanita menghadap depan. Memek-memek itu dibiarkan bebas sementara kontol mereka sendiri dijadikan tusukan di pantat. Memek kedua wanita itu digilir dari satu tamu ke tamu yang lain. Lamanya tergantung tip yang diberikan. Karena kebetulan aku tidak memberikan tip yang cukup, baru saja masuk kontolku sudah dicabut lagi. Uh kesel jadinya.

Lain dengan Jo, dia sempet merem melek sampai menumpahkan pejuhnya. Aku rasakan genggaman yang sangat erat di kontolku saat dia orgasme. Bagian memek dinikmati para tamu sedangkan bagian pantat dinikmati para penari. Memek itu berputar kurang lebih lima kali sampai uang di kantongku benar-benar ludes. Untung bayaran katering ditransfer jadi tidak habis untuk beginian. Kalau habis juga mati aku!
Sekali lagi memek itu dilelang bagi yang belum orgasme. Masih ada 4 orang termasuk aku. Dua orang menyerah dan angkat tangan. Jadi walaupun aku tidak ada uang aku bisa menikmati lubang itu bersama para penari pria. 

"Mas, salome dong!" kataku. Aku minta ngentot di memek yang sama barengan. Aku berusaha memasukkan kontolku yang berbalut kondom ke memek penari wanita itu. Si penari pria pun memindah kontolnya dari pantat ke memek. Lubang itu terasa sangat sesak.

Untung saja aku kebagian pria yang kekar. Bodinya lumayan seperti model, perutnya rata dan berkotak. Kontolnya panjang tapi tidak besar masih kalah denganku. Aku ingin model ini karena ingin menikmati kontol si penari pria juga. Akhirnya masuk juga ah ah... enak sekali.

Si pria rupanya juga mengerti menyenangkan orang. Dia coba meraba-raba daerah sensitifku yang lain. Kubiarkan saja karena aku juga sibuk meraba-raba payudara dan kadang jariku ikut masuk ke memek juga. Memek itu jadi sempit sekali. Tapi karena licin kami bergantian keluar masuk dengan leluasa. Untung cairannya banyak.

Penari itu mempercepat gerakannya. Lalu tiba-tiba ditariknya kontolnya dan dilepas kondom itu. Tampaklah detail urat-urat kontol bersunat itu. Kontol besar itu dikocok di antara pahaku dan paha penari wanita. Tak tahan dia mengocok dan menyemburkan mani di perut hingga ke muka si penari wanita itu. Melihat orang orgasme kupercepat gerakanku. Lalu kulepas juga kontolku dan kulepas kondomku dan aku mengocoknya dengan cepat. 

Penari wanita sedang membersihkan kepala kontol dari sisa sperma. Saat itu spermaku muncrat di pipinya dan ada juga yang mengenai jembut penari pria itu. Badanku terasa hilang tenaga dan jatuh ke atas penari pria yang kepala kontolnya sudah bersih dan agak mengecil. Karena regangan orgasme kupeluk pria itu. Ahh nikmatnya.

Saat aku membuka mata kembali, tepukan membahana. Puluhan orang sudah kembali berkumpul untuk menyaksikan finalnya. Jo mendekati kami dan memberikan pakaianku. Aku memakainya. Acara itu diakhiri toast bir bersama. Ternyata di acara itu ada sayembara Siapa yang keluar terakhir mendapatkan sejumlah uang. Ah lumayan kenikmatan dapat uang pun dapat.

"Jon, kau hebat! Malam ini sekali lagi ya..." Kata Jo. 

Aku tidak menangkap maknanya sama sekali tapi aku tahu di depan sana satu kenikmatan lagi menanti.

No comments: