22 July 2010

BAND ByRoe 1

BAND ByRoe: PENGGEMAR ByRoe BAND


Sama sekali kutak menduga kalau Band ByRoe akan menginap di hotel tempat aku menginap. Aku tahu memang kalau Band ByRoe besok akan tampil di acara kabupaten. Aku, Dava, adalah penggemar Prasta vokalis Band ByRoe. Prasta seorang duda dan macho sekali tidak kalah dengan vokalis Peterporn itu hahaha....

Sebegitu ngefans ke Prasta, di dinding kamar Dava penuh terpampang poster-poster Prasta dan Band ByRoe. Beberapa poster besar dan selebihnya poster kecil. Dava juga mengumpulkan seluruh album Band ByRoe bahkan semenjak Album 1 sebelum Band ByRoe tenar. Selain itu dia juga adalah anggota Laskar ByRoe nama perkumpulan fans Band ByRoe. Hanya karena sudah bekerja, Dava tidak lagi aktif berkumpul lagi.

Satu khayalan Dava adalah bisa ML dengan Prasta suatu saat. Dava selalu horni saat menyaksikan Prasta tampil. Hanya saja dia tidak berani mengutarakannya. Prasta terkenal sangat macho dan sudah berkeluarga bahkan memiliki dua anak. Kedua anak itu sekarang ikut dengan mantan istri Prasta.

Tidak ada satu gosip pun kalau ... ah sebenarnya ada tapi itu hanya sekali. Itupun dihembuskan oleh Onde mantan basis Band ByRoe yang diberhentikan oleh Prasta. Mungkin Onde begitu dendam sehingga dia menghembuskan gosip kalau Prasta suka laki-laki. Padahal kala itu baru beberapa bulan Prasta menikah. Setelah itu gosip itu menghilang dengan sendiri. Hubungan Onde dengan Prasta pun baik kembali. Gosip itu menghilang sejalan dengan lahirnya putra dan Putri Prasta yang ganteng dan cantik.

Sekarang basis Band ByRoe diisi oleh Rudi yang justru membawa keberuntungan band ByRoe dan meledak lagu-lagunya. Rudi menciptakan beberapa lagu yang membawa Band ByRoe naik ke puncak hit dan menduduki puncak chart dalam beberapa minggu. Ya, Rudi yang ganteng dan masih bujangan membawa keberuntungan bagi Band ByRoe.

Malam itu setelah berkeliling kota kabupaten, Dava pulang ke hotel untuk beristirahat. Tadi Dava juga sempat menengok panggung konser Band ByRoe besok. Belum selesai dibangun, tapi di sanalah dia mendapat info kalau personel Band ByRoe akan tiba di hotel yang sama dengan hotelnya malam ini. Dava tinggal di hotel karena dia mewakili perusahaannya menjadi pembicara ahli dalam suatu seminar yang berlangsung besok pagi.

Meskipun sudah tidak aktif di Laskar ByRoe namun Dava tetap mengkoleksi CD terbaru dari Band ByRoe. Kebetulan dua album terakhir belum ditandatangani oleh Band ByRoe. Saat akan berangkat ke kabupaten ini dia sempat mencomot dua CD itu. Berharap siapa tau di kabupaten sempat bertemu dengan personel Band ByRoe dan sangat berharap bertemu dengan Prasta.

Tapi rupanya dewi fortuna berpihak kepadanya. Tidak hanya satu kota tapi satu hotel. Dava merasa sangat beruntung.

Sore itu Dava sedang santai dan menonton bokep di kamar. Bokep gay tentunya. Saat itulah terdengar kehebohan di lorong hotel yang memaksanya untuk melihat.

Aku curiga jangan-jangan terjadi kebakaran atau pembunuhan atau copet. Aku longokkan kepala dan tak di sangka seseorang mirip... bukan itu memang dia ... berlari membelok dari gang sebelah kanan dan langsung menuju aku. Prasta menubruk pintu dan memaksa masuk. Aku terpelanting dan jatuh terduduk sementara dia segera menutup pintu. Tak lama kemudian terdengar banyak langkah kaki dan jerit abg-abg cewe yang mengejar. Aku dulu juga pernah begitu.

"Huff... eh sori sori" Prasta menghembus nafas lalu berusaha menolongku yang masih berusaha untuk berdiri.

"Prasta.." katanya memperkenalkan diri.

"Dava.." kataku tercekat seakan suaraku malu.

Tiba-tiba Prasta menengok ke arah laptopku.

"wiiiihhh lagi nonton bokep neh..."

Aduh! Aku jadi salah tingkah. Aku yakin sekali wajahku memerah karena pipiku terasa panas. Aku cuma ber aaa eee aaa eee dan berusaha menutupi. Namun Prasta naik ke atas kasur dan melotot memperhatikan adegan demi adegan.

"Duduk sini saja. Kita nonton bareng..." ujar Prasta menepuk kasur di sebelahnya.

"Wahhh kamu homo juga ya..." katanya.

Aduhhh... kalian tentu tak mengerti campur aduknya perasaanku waktu itu. Rupanya gosip kalau Prasta homo benar adanya. Tapi selama ini di tv di tampak sangat macho. Bersama istrinya juga tampak mesra. Kalau di panggung juga sering ajak fans cewe yang cantik-cantik untuk tampil. Belum lagi kadang nakal kepada penari latar yang berbaju sexy.

"Kamu siapa namanya tadi...?"

'Dava' ujarku tak kalah lirih dari yang tadi. Aduuuhh kenapa sikapku jadi begini sih. Kampungan banget deh! kataku memaki diriku sendiri. Tubuhku serasa gemetaran dan lemas. Orang yang selama ini aku puja dan idolakan ada di hadapanku. Di kasurku. Bahkan sekarang ajak aku duduk sebelahnya...

"Rama, kamu mau ... mmm seperti itu tidak..." Prasta memainkan matanya.

Aduuhh Bang Prasta, bagaimana aku menolak apa yang kuinginkan semenjak lama? Bagaimana aku bisa mengatakan tidak kepada Bang Prasta. Bang Prasta sudah ratusan kali menjadi orang yang kubayangkan kalau aku coli. Beberapa kali juga Bang Prasta yang menyebabkan aku mimpi basah. Jadi bagaimana mungkin aku bilang tidak?

"Ah. sori sori kalau tidak mau... aku tau Rama bukan cowo gampangan"

Bang Prastaaa aku mauuuuuuu jerit hatiku tapi tak ada yang terucap. Bahkan belum ada satu kata pun yang keluar dari mulutku. Kedua kakiku serasa dipasang bola besi beratus kilo. Ingin rasanya bergeser dan duduk di kasur. Namun nyatanya sedari tadi aku hanya memandangi Bang Prasta dan mulai berkeringat. Pasti Bang Prasta menganggap aku agak idiot.

Film mencapai puncaknya.. semua aktor memuncratkan maninya. Tentu saja disertai suara jerit puas. Bang Prasta pun berdiri.

"Ya sudah. Thanks ya sudah menyelamatkanku..."

"Iya bang"

Bang Prasta menuju pintu hendak keluar. Aduh, bodohnya aku. Kesempatanku lewat. Aku mulai merasa kesal sekali pada kebodohanku. Dia sudah mengajak. Bang Prasta sudah memberikan kesempatan bahkan istimewa. Ingin kuraih tangan bang Prasta. Ingin agar dia tidak pergi meninggalkan kamar ini. Tiba-tiba satu ide cemerlang muncul.

"Bang, tunggu sebentar bang"

Segera aku menuju ke koperku mengeluarkan dua CD terakhir Band ByRoe dan sebuah spidol.

"Kalau abang tidak keberatan..."

"Ah, penggemar Band ByRoe juga ya?"

Dengan cepat Bang Prasta menggoreskan tanda tangannya di dua CD Band ByRoe.

"Kalau nanti mau nonton, bilang saja Rama adik Bang Prasta ke Panitia... masuk Gratis!"

Yah, iya Bang apalagi gratis. Bayar juga aku biasanya lakukan.

Bang Prasta mengeluarkan handphone.

"Halo... iya... di...."

"Ini kamar berapa?" tanya Bang Prasta sambil berbisik...

"Begini saja. Kita dimana? Nanti aku ke sana saja" ujar Bang Prasta tanpa menunggu jawabanku.

Sebentar kemudian dia menutup teleponnya.

"Rama, mm kamu sendirian di kamar ini?" tanya bang Prasta.

"Iya Bang..." ah beruntung suaraku sudah mulai biasa.

"Tidurmu ngorok tidak?"

Aduh pertanyaan bang Prasta ada-ada saja pikirku. Kujawab sejujurnya kalau aku tidak mengorok.

"Boleh tidak, kalau Abang nanti menginap di sini saja. Si Rudi itu tukang ngorok. Tidak  kuat Abang kalau tidur sama dia..."

"Boleh. Boleh tentu boleh Bang..." kataku sumringah.

Wah tumben nih tidak lagi bodoh seperti tadi. Ini keputusan dan jawaban tepat. Aku senang dan tidak menyesali karena mulutku mengucapkannya. Justru sebaliknya sangat bersyukur.

"Oke. Kalau begitu... abang pergi dahulu. Harus hadiri pentas amal ..."

"Ya, Oke bang" kataku sambil melambaikan tangan rendah. Lalu kututup pintu.

Wajah Bang Prasta berubah agak aneh. Mungkin dia ragu dengan kata-katanya barusan atau dengan lambaian tanganku? Entahlah. Aduh, tampaknya Bang Prasta menyesali kalau dia menawarkan itu kepadaku. Ah peduli apa? Yesh! Aku akan mandi dan membersihkan tubuh sebersih mungkin. Mimpi bertahun-tahun akan jadi nyata malam ini. Yes yes yes! Aku melompat-lompat sendiri.

Kudekap dua cd Band ByRoe dan kurebahkan diri di kasur... kulantunkan lagu terkenal Band ByRoe.

Moksaaa moksa ke nirwana
Sayangku hanya denganmu
Moksaaa moksa ke nirwana
Jiwaku melayang denganmu


***

Menunggu memang sesuatu yang menyebalkan. Jam 8 malam aku sudah mengantuk sekali. Sudah dua bokep lagi aku tonton. Harus menahan horny karena aku ingin memberikan yang terbaik buat bang Prasta nanti. Aku pun ketiduran...

Tok! Tok! Tok! aku terbangun. Sepertinya ada yang mengetuk pintu kamarku.

Tok! Tok! Tok! ya benar. Aku bangun dan menggenggam bbku di meja sebelah tempat tidur. Jam 00.15 dini hari. Astaga! Apa dia bang Prasta ya? Aku jalan menuju pintu dan kubuka. Oh ya aku hanya mengenakan cd
yang kututup dengan baju handuk dari hotel. Tadi sehabis mandi aku hanya mengenakan ini.

"Malam... Rafa... ijin menginap masih berlaku, kan?"

"Ah, iya tentu bang. Masuk Bang..." kataku sambil tersenyum dengan wajah masih mengantuk.

Bang Prasta masuk tercium bau harum meskipun kutahu acaranya padat. Tapi tetap bersih dan wangi.

Bang Prasta membawa sebuah tas hitam yang dicangklongkan menyamping. Saat itu dia mengenakan kaus vneck biru tua ketat dan di balut jas yang tak dikancingkan. Lehernya tebal dan putih. Bagian itulah yang kurasa paling sexy dari Bang Prasta.

"Maaf kemalaman. Kamu sudah tidur ya..."

"Ga papa kok Bang... sori Bang berantakan kamarnya. Tadi aku harus siapkan bahan tambahan untuk seminar besok..."

Memang aku menyiapkan bahan tambahan 45 menit dan dilanjut nonton hampir 2 jam hihihi....

"Mau minum apa Bang? biar kubuatkan.. teh atau kopi?"

Aku colokkan teko pemanas air lalu kusiapkan teh.

"Nanti saja lah, dek... Abang mau mandi dulu..."

Kucabut lagi colokan sebelum air jadi panas.

Bang Prasta mengeluarkan beberapa peralatan mandi. Satu tas sendiri. Benar-benar pria metropolis yang selalu wangi.

"Mau dimandiin bang?"

Aku sampai kaget sendiri saat bibirku berani mengucapkan itu. Dan lebih kaget lagi,

"Ayo... pegal-pegal neh. Enak kalau mandi air panas sambil dipijitin..."

Bang Prasta membuka kaus vnecknya tampak bodynya yang berotot kencang. Pasti dia biasa fitness. Putih dan bersih. Dadanya ada bulu tipis juga di perutnya. Bulu-bulu itu terus bersambung ke dalam celana... ah pasti nyambung ke jembutnya. Lalu dibuka pula celana jins hitamnya. Mataku melotot seperti mau jatuh. Pahanya kencang betisnya pun timbul. Pantatnya menaik kencang dan sexy. Adikku jadi ga tahan mulai berontak. Bang Prasta berlalu dan menutup pintu kamar mandi. Namun aku tahu dia tidak menguncinya.

Terdengar suara shower dinyalakan dari dalam kamar mandi.

"Rafaa jadi mandi tidaak... wihh panas nih... segar..." Bang Prasta berteriak.

Akupun membuka baju dan masuk hanya bercd saja. Kulihat celana dalam putih bang Prasta sudah diletakkan dekat wastafel. Bang Prasta melongokkan kepala melalui tirai shower.

"Ayo, kemari! Katanya mau pijitin.... Buka cdmu nanti basah..."

Waw waw waw... iya iya iya Bang Prastaku. Kalian pasti tidak bisa membayangkan betapa ringan perasaanku. Betapa gembira hatiku. Betapa riang diri ini. Rasanya ingin aku bernyanyi...

Moksaaa moksa ke nirwana
Sayangku hanya denganmu
Moksaaa moksa ke nirwana
Jiwaku melayang denganmu


(tepat saat itu Bang Prasta juga menyanyikan lagu itu. Suaranya persis tepat sama seperti di cd dan waktu konser di tv. Istimewa kan... jangan iri ya!)

Kulangkahkan kaki dan kusingkap tirai shower. Air hangat shower memercik kakiku...

Prasta basah di bawah pancuran. Telanjang bulat dan posisinya membelakangiku. Wow betapa beruntungnya hidupku. Beruntungnya kali aku saat ini. Melihat tubuh Prasta yang polos. Hampir tepat sempurna seperti yang kubayangkan kecuali sebuah tatoo di pantat kanannya yang tak pernah kulihat. Sebuah kalajengking gurun yang cantik. Capitnya mengarah ke lubang anusnya.

Air shower jatuh dan menyusuri lekuk tubuhnya dari punggung menuju tulang belakang. Air bersatu dan turun sebagian melalui lubang tengah dan sebagian menyusuri belahan pantat Prasta yang padat dan putih. Lalu jatuh ke bawah menyusuri paha belakang yang berbulu dan betis yang padat.

Penisku sudah tak tahan dan menegang kencang. Prasta menikmati shower air panas di punggung padatnya. Dua tanganku menyentuh punggung dan memijitnya. Prasta menengok dan tersenyum, sebuah senyum yang manis seperti di poster yang tepat di samping tempat tidurku. Aku hapal benar dengan senyum itu. Setiap akan tidur senyum itu yang terakhir kulihat, ya aku katakan 'setiap' memang begitu nyatanya.

Punggungnya terasa liat dan kencang. Badanku kini juga basah. Hatiku juga basah. Ujung lubang penisku pasti juga basah mengeluarkan cairan bening.

"Woooahhhh enak pijitan kamu Rafa..."

Bang Prasta menggoyangkan kepala perlahan ke kanan dan kiri meluruskan otot-otot dan menghilangkan kelelahan. Menikmati siraman air panas dan pijatanku. Aku merasa gerakannya seksi sekali. Aku melangkahkan kaki sekali dan menempelkan kontolku yang tegang mengacung ke atas ke belahan pantatnya. Aku memeluk dadanya dari belakang. Ini momen yang paling kusuka pertama.

"Awas tergigit kalajengking tuh..."

"Biar saja kalau itu kalajengking Abang, saya rela kok..."

Aku mendekapnya erat dan sangat erat. Merekam segala momen ini supaya tak akan hilang dari pikiranku seumur hidupku. Tinggi Bang Prasta dan aku hampir sama. Daguku bersandar di punggungnya. Sangat tepat, sewaktu Bang Prasta menengok ke belakang bibirny meraih bibirku dan melumatnya. Enak sekali kami melakukannya dengan pelan dan perlahan menikmati setiap momen.

Bang Prasta berbalik. Kami berpelukan berhadapan dan masih di bawah shower. Terkadang kami bergeser supaya seluruh badan kami dihangatkan oleh shower. Aku suka sekali menciumi lehernya yang kekar dan putih. Kutinggalkan beberapa 'cupang' merah di sana. Bang Prasta melenguh dalam saat kuhisap lehernya.

Yang kusuka bang Prasta pun memeluk erat aku. Dia pun bernafsu terhadapku. Dia mengelusi tubuhku. Bahkan meremas kontolku.

"Besar dan panjang juga punya kamu, ya..."

Saat itu dimatikannya shower dan diambil sabun hotel.

"Sabuni aku ya..."

Tak perlu diperintah dua kali. Sabun cair itu aku tuang banyak ke telapak tanganku dan kuusapkan ke dada,leher dan punggung Bang Prasta. Setiap centimeter tubuh bang Prasta kusabuni. Duh aku ini fans Bang Prasta paling beruntung dari sekian ribu Laskar ByRoe. Aku baru tahu bahwa aku adalah orang kedua setelah istrinya (mantan) yang menyabuni Bang Prasta seperti ini.

Perut bang Prasta yang sixpack, pahanya, lututnya, bahkan sampai sela jari kakinya. Kuremas bola-bola bang Prasta dan batang kontolnya yang besar. Kuurut dari batang hingga ujung. Bang Prasta melenguh dan batang kontol membesar dan tegak 90 derajat. Dia membungkuk dan mencium bibirku. Kemudian Bang Prasta membimbingku berdiri dan memelukku. Bang Prasta menyabuni tubuhku dengan tubuhnya yang sudah terkena sabun. Dadaku bertemu dadanya, perutku bertemu perutnya, pahaku bertemu pahanya.

Tangannya menyabuni perutku. Sama gerakannya ketika aku menyabuni punggung Bang Prasta sambil berpelukan. Kubersihkan hingga ke lubang pantatnya. Bang Prasta pun membersihkan lubang pantatku. Kugoyangkan pinggangku. Tapi Bang Prasta menahanku.

"Dek, kita lakukan di ranjang saja kalau kita sudah selesai mandi, ya..."

Bang Prasta kembali menghidupkan shower agar air mengenyahkan sabun-sabun di tubuh kami. Perlahan licin sabun menghilang. Segera Bang Prasta mematikan shower. Bang Prasta mengambil handuk yang masih terlipat lalu mengeringkan air di mukanya.

"Sini Bang, biar aku yang keringkan badan Bang Prasta"

Aku mengambil alih. Kuseka mukanya perlahan, rambutnya, dan juga telinganya. Tak tahan aku cium bibirnya. Tapi tak lama. Kukeringkan dada, kedua lengan dan keteknya. Aku juga sempat mencium keteknya... tentu saja bersih kan baru saja disabun. Perut dan pinggang. Bang Prasta pun membiarkan aku mengeringkan kemaluannya yang setengah menegang.

Nakal aku kulum batang kontol Bang Prasta. Kontol itu membesar dan menegang. Kulirik Bang Prasta tersenyum senang. Tapi itu juga cuma sebentar. Kukeringkan paha dan kedua betisnya. Lalu Bang Prasta keluar dari tempat shower meninggalkanku. Segera kukeringkan tubuhku sendiri.

Di kamar Bang Prasta sedang mengoles pelembab ke seluruh tubuhnya.

"Mau?" Bang Prasta menawarkan pelembab yang dipakainya.

Aku mengangguk. Wah ini kan pelembab merek high class. Aku sendiri tidak terlalu perhatikan merk. Aku pakai merek biasa yang mudah ditemukan di pasaran saja. Tapi memang berbeda dengan yang merek biasa. Merek high class ini dipakai cepat kering dan membuat kulit halus. Wanginya juga keren...

Rambut Bang Prasta basah dan tampak acak-acakan. Untung modelnya mowhawk jadi samping kanan dan kirinya cepat kering.

"Bang, mau nonton lagi tidak?"

Bang Prasta masih mengoleskan kosmetik ini itu di mukanya. Aku tidak terlalu paham.

"Enakan langsung praktek saja yuk..." ujarnya tanpa ekspresi.

Siap deh Bang! Kan itu yang kuharapkan. Aku pun membereskan ini itu supaya melancarkan pertempuran kami nanti.

"Bang boleh foto berdua dulu?"

"Hmm, jangan deh... takut nanti jadi kasus kayak si Ariel..."

Aku cemberut...

"Aduh maaf ya Rama... tapi kamu tau kan profesiku. Kamu mungkin tidak menyebarkan tapi kalau ketemu sama teman kamu? Terus dikopi dan lain lain?"

"Iya deh Bang. Aku ngerti..."

"Abang janji, besok Abang kasih satu kenang-kenangan buat kamu..."

"Aku bukan bayaran loh, bang..."

"Aduh salah lagi deh. Bukan itu. Ini buat pertemanan kita. Terlepas dari malam ini... sayang"

Bang Prasta meraih kepalaku dan melumat bibirku. Kami pun berciuman. Dua pria bertelanjang dada di atas satu kasur dan hanya memakai handuk. Bibir kami berpagut. Lidah kami saling beradu. Hmmm...


(bersambung)

No comments: