08 February 2007

Tukang Kebun Gatal 1

_______________
Aku seorang bujangan beruntung. Jenjang karirku di sebuah perusahaan perminyakan maju pesat. Dua bulan pertama bergabung di perusahaan ini aku telah melampaui target pemasaran yang ditetapkan manajer. Sebuah mobil Inova sekarang sudah menjadi inventarisku. Bulan kelima mobilku diganti dengan sedan Honda (aku tidak berniat menyebut jenisnya, sekarang aku masih memakainya). Tepat setahun, setelah mendapat bonus tahunan yang nilainya ada 7 angka nol.

Sebulan kemudian aku naik pangkat tetapi pindah di daerah ditambah sebuah rumah inventaris. Semula aku menolak karena aku sendirian, lebih baik kost pikirku. Tapi pimpinan tidak setuju karena tidak sesuai dengan visi perusahaan dalam menyejahterakan karyawan. Setelah sekali aku melihat rumah itu, aku langsung setuju untuk menempatinya. Rumahnya terletak di perumahan elit di kota dengan tetangga kanan kiri minimal pemilik perusahaan.
_______________


==============
Usaha selalu usaha. Kerja keras dalam arti harafiah sudah jadi nafasku. Semenjak masih balita aku sudah mencuci bajuku sendiri di kali bersama emak. Remaja sambil bersekolah SMP yang ada di balik gunung, aku harus mencari rumput dan kayu bakar untuk kebutuhan ternak dan rumah tangga. Lulus SMP aku diikutkan bu Lik yang jadi pembantu di kabupaten. Bertahan satu tahun aku kemudian ikut tetangga menjadi kondektur angkutan pedesaan.

Tak lama kemudian ada rombongan dari desa yang bekerja sebagai buruh bangunan di Jakarta. Aku ikut bekerja untuk berdirinya beberapa gedung pencakar langit dan mall. Bekerja di bangunan aku tidak bisa mengumpulkan hasil akhirnya aku kembali ke desa dan sempat menganggur. Sambil mencari pekerjaan lain, aku mencoba mengembangkan hobi menanam tanaman hias. Suatu ketika ada orang kota yang memborong, uang itu aku jadikan modal untuk mencari tempat berjualan tanaman hias. Selain berjualan sekarang aku menerima proyek pembuatan taman dan perawatan.
===============
_________________
Dua bulan pertama aku mulai beradaptasi dengan kesendirian. Selama tidak ada keperluan keluar bersama customer aku lebih suka di rumah mengumbar segala fantasi liarku, sendiri. Kini aku sudah biasa bertelanjang bulat di rumah. Pernah sekali ada bibi tetangga yang usil melongok lewat atap rumah tetangga. Waktu itu aku sedang berenang di kolam belakang. Tapi kemarin kabar itu telah kudengar hingga warung rokok dekat satpam sana. Dasar tukang gosip!

Bulan pertama dan kedua sempat sesekali aku bersihkan sendiri seluruh taman. Tetapi sebulan setelah musim penghujan ini aku tak sanggup lagi. Rumput liar di mana-mana. Kalau begini harus ditangani ahlinya, tukang taman. Kini mengendarai sedanku aku melambat dan berhenti di sebuah penjual tanaman. Paling tidak dia pasti tahu di mana tukang taman.
__________________



================
Selain koleksi tanaman mahalku semakin banyak dan beragam, maka bisnis perawatan taman pun berkembang. Aku punya Tejo dan Parno sebagai asistenku. Tetapi saat musim hujan begini mereka juga kewalahan memenuhi jadwal pembersihan. Terkadang aku terpaksa harus turun tangan ikut membantu. Sementara ini pembuatan taman baru aku tolak. Sebetulnya sayang, namun daripada kacau atau pelanggan tidak puas.

Sebenarnya aku sudah menelepon Pak Lik minta tolong mencari tenaga desa yang mau jadi tukang taman. Tapi para pemuda di kampung sudah sedikit, banyak yang berangkat ke Malaysia dan Brunei jadi TKI.

Sampai sekarang aku masih sendiri. Belum satu gadis pun yang aku rasa cocok denganku. Terkadang aku ditanya apakah aku suka wanita atau tidak. Tubuhku dan sifatku memang lelaki, namun belum satu wanita pun yang bisa membuat aku greng (ngaceng) gitu. Yu Jamu yang berkebaya dengan dada rendah tidak terlalu menarik minatku. Malah aku lebih senang kalau melihat Tejo dan Parno mandi bersama. Kontol mereka yang panjang membuatku greng apa lagi kalau memergoki mereka sedang saling mengonani kontol. Rasanya ingin ikut, tapi kan aku jauh lebih tua dan pimpinan mereka lagi.
==================

____________________
Aku turun dari mobil dan mulai mengamati beberapa pot bunga. Aku berjalan-jalan sambil menunggu pemiliknya muncul. Aku tertarik bunga Euphorbia yang bunganya bisa bertumpuk tumpuk. Ada juga beberapa bonsai Ficus yang mirip wanita tidur.

"Bisa dibantu pak?" tanya suara di belakangku.

Ahh pemilik toko tanaman ini mungkin. Wajahnya langsung menarik perhatianku, ketampanan khas pemuda desa. Mungkin seumuran denganku atau lebih tua sedikit. Mengenakan celana pendek hitam dengan kaus yang sudah digunting tangannya. Bisepnya terbentuk baik mungkin sering latihan angkat beban juga.

"Oh ya, saya butuh tukang taman untuk merawat taman rumah, apa mas tahu?" tanyaku

"Ada pak. Saya biasa merawat taman di perumahan elit." katanya langsung berpromosi.

Ah senyumnya manis ada lesung pipit di wajah jantan itu. Kulitnya kecoklatan terbakar matahari. Dan, yaa dadanya mengkilat karena keringat. Tampaknya dia sedang bekerja cukup keras dan menguarkan ah .. bau keringat pria. Aku suka.
__________________

================
Ah itu dia tampaknya pelanggan pertama hari ini datang. Seorang pria dengan kaus ketat dan kacamata hitam. Celananya jins warna terang. Pria yang bersih dan berbau harum saat kudekati.

"Apa ada yang bisa saya bantu pak?" tanyaku.

Dari balik kacamata hitam tampaknya pria itu mengamatiku. Aku suka badan pria ini. Dia kekar, bersih dan terang. Tampak dia orang kantoran berduit padahal masih muda. Ah, beruntungnya dia.

"Saya butuh tukang taman, apa ada?" katanya berbalik tanya.

Ah sewaktu berbicara pun nafasnnya harum.

Lalu dia kuajak ke gubuk tempat aku tinggal untuk merundingkan tentang waktu dan biaya. Aku jadi ingin menangani proyek ini sendiri. Entah kenapa aku agak tertarik dengan pria ini. Mungkin aku tertarik dengan kesuksesannya. Aku ingin seperti dia.
==============
________________
Masuk ke gubuknya yang sempit. Ruang tamu merangkap ruang resepsionis dan ruang pelayanan pelanggan. Kubuka kacamata hitamku. Ruangan dibuat seadanya. Bahkan sebelum aku duduk, si pemilik toko tanaman sempat merapikan sarung dan beberapa celana dalam kotor yang bertebaran di sana sini. Dia tampak malu dan sungkan.

Akhirnya kami berbincang duduk berhadapan. Tampaknya dia memang seorang profesional di bidang pertamanan. Dengan beberapa referensi pengerjaan yang ditunjukkan dan juga biaya yang tidak terlalu mahal akhirnya aku setuju dia untuk mengerjakan tamanku. Kami menentukan hari pada waktu ada hari libur kejepit. Karena menurutnya minimal dia perlu waktu 2 sampai 3 hari untuk mengerjakan tamanku yang cukup luas itu. Aku minta dia langsung yang mengerjakan, jangan orang lain. Aku tidak mau hasilnya melenceng dari yang dipromosikan. Aku tidak ingin repot mencari tukang taman dua bulan sekali.

Ripin (nama aslinya Arifin) dan aku bertukar nomor hape untuk mempermudah komunikasi berikutnya. Akupun permisi pulang. Tapi tiba-tiba sebelum berpisah keinginan untuk memegang beberapa bagian berotot milik Ripin tak dapat kutahan.

"Oh ya Pin, sekalian aku dibawakan Euphorbia merah di sana itu. Pilihkan yang bagus ya" sambil menunjuk tangan kananku memegang pundaknya dan mendekatkan tubuhku ke tubuhnya. Tapi aku tak mau berlama-lama karena kontolku tiba-tiba langsung mengeras minta diremas.
________________

==============
Di dalam rumah kujelaskan segala sesuatu tentang perawatan tanaman dan biaya yang dibutuhkan. Banyak yang dia tidak mengerti tentang taman. Mungkin dia orang kaya baru. Tetapi karena aku suka orang ini aku tidak mau memberi harga yang terlalu mahal. Harga yang kuberikan malahan 75% dari harga standar perawatan. Dan yang aku senang dia setuju. Hatiku teriak 'hore!' sewaktu dia dan aku sepakat tentang waktu.

Satu lagi yang membuatku senang, Pak Robby-nama pelanggan itu, orangnya bersahabat dan tidak angkuh seperti penampilan awalnya. Aku senang merasakan hangat dan wangi tubuhnya yang berotot. Ingin rasa memeluk tapi sepertinya kurang sopan. Jadi kutahan. Lagian Pak Robby hanya memeluk sebentar untuk menunjukkan bunga yang diinginkan.
===============

_________________
Sekitar jam 8 malam hari minggu itu. Seperti biasa aku online untuk membalas beberapa email dan mengecek friendster. Plus seluncur di beberapa situs-situs gambar pria telanjang. Situs favorit adalah situs yang menampilkan pria-pria sexy yang berotot. Tut...tutut (tidak menggunakan 'i'), sms masuk. Kulihat nama di paling atas RIPIN KEBUN.
_________________

===============
Tadi sore menjelang maghrib saat hari masih cukup terang, Tejo dan Parno mandi bersama lagi. Kamar mandi kami ada di bagian belakang rumah, bersebelahan dengan sumur sumber air untuk menyiram.Atapnya terbuka dan segala tampak jelas dari jendela kamarku di lantai atas.Mereka sekarang sudah lebih berani. Bukan sekedar saling ngocok lagi. Kali ini Tejo sudah ditusuk oleh si Parno. Terasa deg degan menyaksikan adegan mereka. Mungkin tiap malam mereka melakukan persenggamaan sehingga mereka lebih maju dalam ilmu seks.

Ada keraguan tersendiri. Ingin menegur mereka karena yang mereka lakukan itu tidak wajar. Tapi jauh di lubuk hati aku tidak mau munafik karena aku menikmati yang mereka lakukan. Aku suka dan tidak ingin mereka berhenti melakukannya. Hampir dua jam aku risau dan ingin berkonsultasi dengan seseorang yang cukup pintar tapi tidak terlalu dekat.

Ah, kenapa tidak kucoba menelepon Pak Robby saja? Mungkin dia punya saran tentang hal ini. Tapi bagaimana memulainya ya? Sepertinya terlalu panjang untuk dijelaskan melalui telepon , pasti banyak pulsa. Lebih baik aku sms saja.

PAKABAR P ROBBY? INI RIPIN. SY MO BRTAHU KLO BUNGA BP SUDAH SAYA PISAH SENDIRI. DAN SKRG SY ADA MSLH. BLH TDK KLO MINTA BANTUAN?

Dalam beberapa menit smsku sudah dibalas:
BANTU APA? PERLU UANG MUKA ATAU UNTUK BUNGA?

Lalu kubalas lagi:
BUKAN ITU! SY MHN INI BP SAJA YG TAHU. BGMANA CARA MENEGUR BAWAHAN YANG SALAH SPY MRK TDK TERSINGGUNG BERAT?

Pak Robby lalu membalas:
OO.. ITU. GAMPANG! BICARA 4 MATA. KATAKAN KESALAHAN, BILANG KALAU KM TDK SUKA. BILANG SPY MEREKA TIDAK ULANGI.

Pak Robby belum memberi penyelesaian:
BKN BEGITU PAK. MRK SALAH TAPI SY SUKA KESALAHAN ITU. SY BINGUNG.
===============

_________________
Rupanya sms Ripin yang membahas masalah manajemen. Setelah beberapa kali kubalas, aku jadi tambah bingung dengan maksudnya. Akhirnya kuputuskan untuk menelepon membantunya. Mungkin dia tidak punya banyak pulsa untuk menelepon, aku harus maklum.

"Bagaimana Pin, kok malah jadi bingung" kutanya Ripin di ujung telepon.

"Begini Pak. Ah, saya harap Bapak menyimpan rahasia ini ya.. "

"Oke. Langsung ke masalahnya saja Pin." kataku memotong.

"Anak buah saya kumpul kebo, ah bukan, kumpul apa sih namanya kalau laki sama laki.."

"Ha.. maksudmu anak buahmu melakukan praktek homoseks, begitu?"

"Nah itu pak. Apa .. homo apa?"

Ripin menjelaskan kejadian tadi sore cukup rinci (BACA: Cerita Ripin). Ini membuatku tambah tertarik. Penjelasan Ripin seperti gambaran cerita seru yang suka kubaca di blog salah satu teman friendsterku.

"Kok kamu tahu semua itu Pin?"

"Saya kebetulan di depan jendela kamar saya. Dari jendela itu nampak semua yang terjadi di sumur itu." jelas Ripin.

"Dan .. kamu suka?" tanyaku teringat sms terakhirnya.

"Emmm..."

"Suka kan?" desakku

"Sejujurnya iya. Tetapi..."

"Oke. Begini kalau kamu suka, lebih baik jadikan itu rahasia perusahaan kamu saja. Ingatkan mereka kalau sudah keterlaluan atau mengganggu kinerja perusahaan. Jadi selama mereka masih menjaga semangat kerja dan itu menjadi semangat mereka, biarkan saja. Yang penting tidak merugikan perusahaan." saranku.

Ripin mengerti dan tampaknya dia menerima pandanganku. Dia mengucap terimakasih dan menutup teleponnya.

Setelah kututup telepon aku baru sadar kalau kemungkinan besar si Ripin juga homo. Mana ada orang straigth yang suka melihat adegan homo? Tetapi bisa juga si Ripin itu biseks dan suka melihat adegan itu sebagai pelampiasan kesepian dari istrinya.
_________________

===============
Tak kusangka nasehat dari Pak Robby mampu melegakan pikiranku sedikit. Aku jadi sadar kalau selama ini aku terkungkung dengan kekunoan. Di jaman ini semua orang maju berpikir terbuka terhadap segala sesuatu. Bahkan terhadap yang tabu dan yang dulu tak mungkin. Itulah mungkin kunci kemajuan orang-orang berduit sekarang.

Dulu sewaktu masih jadi kondektur tak terbayang menerima bayaran sampai lebih dari satu juta seperti sekarang. Namun dengan pikiran terbuka, sekarang bagiku omset sampai sepuluh juta per bulan sudah biasa. Untuk membayar Parno dan Tejo saja sejuta. Tak ada yang tak mungkin kalau kita berpikir maju dan terbuka.

Malam itu aku putuskan untuk tidak melarang Tejo dan Parno melakukan aktifitas pribadi mereka. Tetapi kuputuskan juga untuk menegor mereka supaya tidak terlalu sembarangan dengan melakukan di mana-mana seperti orang gila.
===============

(Bersambung)

No comments: