06 January 2011

TUKANG TAMBAL BAN MACHO DAN BIRAHI 3

DIA PERNAH DENGANNYA


"Al ini nama dan tempat untuk kamu melamar. Siapkan semua dengan benar. Nanti kalau sudah biar aku yang antarkan surat lamaran kamu" ujar Aan.

Aldi, ponakan Jono, menerima kertas itu dengan berseri. Sudah hampir sebulan dia tinggal di gubug Jono. Dia pikir mudah mencari pekerjaan di antara ribuan kantor Jakarta. Aldi telah bertemu Aan beberapa kali. Aan yang menginformasikan kalau TU di kampusnya membutuhkan staf yang bisa mengoperasikan komputer untuk entri data.

"Mas Aan, terimakasih loh sudah membantu ponakan saya" ujar Jono sewaktu Aan mengambil berkas lamaran yang sudah disiapkan.

"Sama-sama mas. Kan kita harus saling membantu" ujar Aan tersenyum penuh arti.

Singkat cerita Aldi mendapat panggilan wawancara dan diterima bekerja di kampus tempat Aan kuliah. Sebagai pegawai baru dan juga high quality jomblo, nama Aldi segera meroket ke seantero kampus. Tidak hanya cewek-cewek yang memperbincangkan pegawai TU baru tapi juga para mahom (mahasiswa hombreng). Banyak yang pura-pura nanya ke TU hanya untuk melihat tampang Aldi. Aldi sendiri tidak menyadari semua hingga Aan memberitahukannya.

"Masa sih mas sampai sebegitunya?" Aldi bertanya tidak percaya.

"Iya Mas. Aldi kan hanya cowok desa begitu..." Jono juga ikut tidak percaya.

"Bener Mas" kata Aan sambil memandang Jono.

Lalu Aan melanjutkan.

"Malah ni mas, ada seorang cewek yang jadi model tuh meminta saya agar saya membujuk Aldi agar melamar sebagai model di tempatnya. Kamu mau, Al?"

Aldi hanya tersenyum.

"Mau nggak Al? Jangan cuma senyam-senyum begitu"

"Walah Mas Aan ini bercandanya keterlaluan. Tampang pas-pasan begini kok jadi model."

"Kalau kamu ga percaya, begini saja. Sabtu nanti kamu kuantar ke tempat manajemen temanku
itu"

Jono memandang ponakannya yang dianggapnya sangat beruntung. Mengapa aku tidak seberuntung dia? Namun kebahagiaannya juga kalau bisa mengantarkan ponakannya hingga ke jenjang lebih tinggi dalam kesuksesan.

"Ya sudah nanti sabtu berangkat saja sama mas Aan" Jono ikut mendorong.

***

"Menurut Pak Lik, apa iya saya ini pantas kalau jadi model?"

"Yaaa kamu cukup ngganteng sih" Jono tidak bisa memberi pujian lebih dari 'lumayan'.

Jono sendiri tidak paham dengan kriteria ganteng. Di wajahnya sama sekali tidak terkesan bule. Hidungnya juga tidak mancung. Aan pernah mengatakan kalau wajahnya khas pria Indonesia yang tampan. Orijinal, katanya. Memangnya spare part sehingga di sebut orijinal. Nanti jangan jangan ada wajah KW 1 dan KW 2 lagi... Tapi memang Aldi enak dipandang. Ah ya, dia ingat pernah mengandaikan jika di Jakarta mungkin Aldi jadi artis. Mungkin yang kuasa mendengar doa baiknya.

Sabtu sore itu juga, Aldi pulang dengan wajah berseri.

"Pak Lik. Kabar gembira...."

Jono yang sedang membersihkan mesin motor pada cairan minyak tanah yang sudah menghitam mendongak sebentar.

"Apa? Main film ya...?" ujar Jono ikut senang.

"Yeee Pak Lik. Belum lah..."

"Lah terus apa?"

"Aku akan ikut sesi foto ke Ujunggenteng minggu depan"

"Hah, foto seksi? sama cewek?" Jono kini memperhatikan Aan yang tersenyum-senyum.

"Bukan foto seksi, Pak lik. Ini mau foto-foto dan aku dibayar. Aku jadi model"

"O begitu. Pak Lik kira mau jadi model bokep begitu" Jono tertawa

Aldi dan Aan ikut tertawa. Lalu secara bersama,

"Dasar Omes!"

"Apa?" Jono melihat Aldi dan Aan

"OTAK MESUM!!" teriak mereka seperti anak kembar sambil menunjuk Jono.

Mereka tertawa bersama. Meriah dan akrab sekali suasana bengkel Jono sore itu.

"Mas, aku mau ajak Aldi nginap di kosku. Boleh kan?"

Sejenak Jono merasa bimbang. Aan mungkin akan mengajarinya jadi... ah tidak! Tidak boleh berprasangka buruk pada orang lain. Bukankah selama ini Aan sudah baik membantu mereka. Bukan dalam hal materi, namun persahabatan yang tulus.

"Ya sudah sana. Tapi titip Aldi ya Mas, dia masih polos. Jangan diajari nakal" kata Jono.

"Sebentar ya Mas Aan. Aldi mau mandi dulu"

Aldi segera berlalu menuju ke pemandian UMUM yang tak jauh dari gubug Jono. Percakapan berlanjut sesudah Aldi cukup jauh.

"Benar loh mas. Saya ndak mau ponakan saya itu rusak. Maaf loh mas, bukan maksud saya buat menuduh Mas" Jono menarik nafas cukup panjang.

"Saya mengerti, Mas. Hmm kayaknya sudah sayang beneran ya..."

"Ya dari dulu juga sayang, Mas. Namanya juga sama ponakan sendiri"

"Hmmm tiap malam tidur bareng... apa...?"

"Duh Mas Aan ngomong apa sih? Ya nggak lah mas..." Jono mengerti arah pembicaraan Aan.

Aan tidak melanjutkan topik pilihannya. Dia tahu Jono tidak suka membicarakan ini. Akhirnya dia memilih menceritakan proses casting yang tadi dilakukan Aldi di manajemen. Dan sedikit topik bengkel sampai Aldi datang.

"Maaf mas, agak lama. Antri tadi"

"Pak lik saya tinggal dulu ya..."

Senang rasanya Aldi bisa bersosialisasi dan menemukan teman di Jakarta.
***

Minggu ini jadwal ML dengan cowok.

Begitu Aan menulis status fbnya yang bernama Mitchel XXX. Nama samaran tentunya. Ya, Aan berhasil membujuk Aldi menginap di kosnya.

"Masuk Al" Aan selalu memanggil 'Al' dan bukan 'Di' seperti Jono.

Dari sorot matanya Aldi terlihat kagum dengan kos Aan yang bersih rapi dan sejuk. Jauh berbeda dengan gubug Jono yang panas dan ada sarang laba-laba di sudut.

"Aku mau mandi dulu. Kamu mau baca majalah atau nonton?"

Aldi suka baca tapi dia juga ingin menonton.

"Ya sudah kalau mau baca ini majalah politik dan yang di sana ada beberapa film biografi"

Aan berlalu masuk ke kamar mandi yang ada di kamar itu.

Aldi memilih menonton biografi saja. Dia memilih DVD tentang Soekarno. Namun saat menyalakan DVD player ada keping cakram yang masih ada di dalam. Langsung saja termainkan adegan-adegan syur yang membuat Aldi tercekat dan tak bergerak. Gamang antara mematikan dan ingin meneruskan melihat tayangan itu. Rupanya Aan lupa mengeluarkan cakram XXX-nya.

Adegan demi adegan membuat Aldi gemetar. Tegang. Tidak hanya badannya tapi juga kontolnya. Adegan demi adegan menerobos otaknya. Pernah sih sekali dia melihat adegan seperti ini di hape teman tapi tidak selebar dan sejelas ini. Tubuh-tubuh telanjang pemain bokep tampak lebih nyata di depan matanya. Lebih jelas dan lebih indah. Sebuah keindahan yang terlarang untuk ditonton oleh agama, oleh keluarga, oleh masyarakat dan oleh negara.

Suara shower dari kamar mandi berhenti. Aan keluar dan melihat TV yang menyala. Deg! Dia teringat tentang dvd bokep teman yang belum dia keluarkan. Tapi ternyata tayangan yang ada tentang Soekarno.

"Al, kamu tadi nonton yang ini?" Aan memungut keping cakram bokepnya.

Aan menggeleng ragu... bukan niat hati berbohong tapi dia takut. Tapi keraguannya mengatakan jelas kepada Aan kalau dia telah menonton sebagian. Melihat Aan memakai handuk Aldi jadi ingat jelas kepada Jono waktu itu. Kontolnya jadi menegang lagi.

"Kalau iya kenapa mas..." sejenak Aldi kaget dengan tantangan yang meluncur dari mulutnya.

Sebagai pria pemberani yang ditempa organisasi dan demo, Aan jadi tambah berani kalau ditantang begini. Jiwanya jadi terbakar dan ingin mengalahkan. Bagi Aldi dia senang Aan mendekat dan tampak menginginkan seperti yang ada di tayangan tadi.

Tubuh Aan tampak putih dan bersih. Tidak terlalu berotot tapi kencang. Tonjolan di balik handuknya juga tampak besar. Dadanya berisi dan segar. Konsentrasi Aldi sudah hilang sama sekali terhadap tontonan dan kedudukan. Nafsunya naik drastis menenggelamkan otaknya.

Dia menyentuh dada Aan saat tubuh telanjang Aan cukup dekat. Dada Aan terasa kencang dan kenyal begitu menggoda. Tubuh Aan begitu putih dan bersih. Segar dan padat.

"Ehem...!!" Aan berdehem cukup keras

Aldi kaget dan menarik tangannya kembali.

"Hei! Kamu tu laki-laki dan aku juga laki-laki ..."

Langsung dia teringat nasihat paklik Jono. Seakan itu diucapkan oleh pakliknya melalui mulut Aan. Aldi menundukkan wajah. Namun dia jadi teringat juga saat mengamati tonjolan dan perut pakliknya itu.

Sementara dalam pikiran Aan juga bergolak antara keinginan menikmati Aldi dan nasehat Jono si Tukang tambal ban. Dia sendiri sudah berjanji untuk membimbing Aldi dan menjagainya. Wajah Aldi cukup tampan dengan bulu mata yang melengkung ke atas. Manis tapi jantan. Badannya tidak sebagus Jono tapi lebih tinggi. Kalau tegapnya sama.

Tidak! Aan ingat janjinya pada Jono. '...Saya ndak mau ponakan saya itu rusak...' begitu terngiang permintaan Jono padanya. Kalau mengajari jadi gay... hmmm tidak.... aku tidak mengajari, bukankah Aldi memang sudah cinta kepada Jono. Jadi kemungkinan Aldi memang gay. Aku tidak merusaknya.

Aan menyimpan DVD bokepnya lalu berpakaian kaus dan celana pendek. Mata Aldi terus mengawasi Aan yang berganti pakaian. Aan pun tahu itu.

"Al, bukankah kamu cinta pada Paklikmu itu?"

Aldi terhenyak dan tidak menyangka kalau Aan tau jauh.

"Tahu darimana mas?"

"Mas Jono sudah cerita jauh sebelum kamu ke Jakarta"

Aldi menghela nafas panjang. Dia merasa tidak perlu ada yang ditutupi lagi di depan Aan.

"Aku juga heran, mas.. kalau dengan teman lain aku nda pernah punya nafsu begitu. Tapi sama pak lik aku suka saja. Aku jadi kangen kalau lama nda bertemu. Apa benar ini yang namanya cinta ya mas...?"

Aldi seperti berbicara pada dirinya sendiri.

"Apa mungkin aku ini nda normal. Apa aku sudah gila ya?"

"Aldi, setiap manusia punya latar belakang yang berwarna. Nafsunya pun berbeda. Ada manusia yang suka makan daging ada yang vegetarian. Ada yang suka durian tapi banyak pula yang benci. Apa ada yang salah dengan rasa suka dan selera? Bukankah orang Indonesia tidak akan kenyang walaupun sudah makan sepiring kentang? Seleranya adalah nasi. Apa berarti orang Eropa adalah gila dan tidak normal?" Aan membalas pemikiran Aldi.

Aan melanjutkan dengan duduk di sebelah Aldi.

"Menurutku kita semua harusnya punya pikiran terbuka tentang ini. Tidak seperti katak dalam tempurung dengan membatasi diri dengan pemikiran tradisional yang dikungkung. Seorang laki-laki yang berselera kepada laki-laki adalah sama seperti seorang laki-laki berselera kepada perempuan. Semuanya adalah selera. Nafsu manusia yang berlaku universal. Apapun agamamu, apapun golonganmu, apapun warna kulit, bangsa, pandangan politik, bahkan suku dan bangsamu.."

Serasa Aan sedang berpidato seperti Cev Guevara dan Marthin Luther King Jr saja.

Aldi hanya mengangguk-angguk kagum. Dia berpikir bahwa dia sedang berhadapan dengan titisan Soekarno. Tapi dia tersadar bukannya menentang kisah cinta laki-laki dengan laki-laki tetapi pidato Aan tadi adalah mendukung.

"Loh, jadi mas juga suka dan berselera dengan laki-laki?"

Aan tersenyum bukan karena Aldi terpancing. Aan tersenyum karena ternyata buah pemikiran yang disajikan dalam kalimat-kalimat yang berurut bisa diterima orang sesederhana Aldi. Dia terbangkit semangatnya dan ini mungkin salah satu kemenangan dalam mentransfer pemikiran.

"Mas juga cinta sama Pak lik Jono ya..."

Secepat itu kecemburuan Aldi terbangkit.

"Tidak... aku dan mas Jono cuma berteman saja..."

Air muka Aldi berubah jadi biasa lagi.

"Aku pernah dikocokin sama Pak Lik Jono. Nikmat banget mas.." Aldi membuka topik selanjutnya.

"Aku juga pernah..."

"Heh! jadi..."

"Gak. gak lebih dari itu kok..." ujar Aan takut Aldi cemburu lagi.

Lalu Aan dan Aldi bercerita tentang pengalaman mereka dengan Jono tukang tambal Ban itu. Sebuah cerita yang membuat keduanya jadi horny berat.

"Duh cerita begini membuatku tegang. Kamu tegang gak..."

Tangan Aan langsung saja menyentuh selakangan Aldi dan menemukan ternyata Aldi juga horny. Aldi tidak bergerak atau menolak kontolnya diremas-remas begitu. Aan jadi memandang Aldi. Aldi pun memandang Aan dengan pandangan yang kita semua mengerti... berselera.

6 comments:

Anonymous said...

Ah robby kebiasaan neh...bikin kentang aja....hehehhe...

- D -

Robby said...

D, apaan kentang??

Anonymous said...

Kena tanggung hehehhehe....

Arya S said...

Bakal lama ga neh lanjutanx, kykx seru

Anonymous said...

aaaaaa seru bgtt alur ceritanya keren!!! ada kek lanjutan ceritanyaa.. :)

Unknown said...

ilike it