03 November 2007

Pengalaman di Malaysia 1

LEMBAH MASYUK

Dicky mendapat tugas ke KL untuk membantu oprasional pabrik snack dari kentang di sana. Pabrik di Malaysia akan segera beroperasi 2 minggu lagi. Segala persiapan telah dilakukan meski belum sempurna benar. Sebagian tenaga operasional justru malah berangkat ke Indonesia untuk melihat operasional di pabrik pusat selama lima hari. Dicky harusnya ikut bersama mereka. Kesalahan bagian penjadwalan dan miskomunikasi menyebabkan dia selisih jalan.

Tak banyak yang bisa dilakukan Dicky di Pabrik. Maka Dicky berinisiatif untuk mengadakan survey pelanggan mengenai rasa lain yang mungkin disukai di Malaysia sebagai pengembangan. Bersama Asgaf, sopir dari kantor di KL, Dicky di antar ke beberapa Supermarket dan Hypermarket hingga Pasar tradisional untuk mencari rasa unik Malaysia.

"Pak, tahu alamat ini?" Dicky menunjukkan secarik kertas ke Asgaff.

"Ya saya tahu. Itu sekitar 10 km ke arah luar kota."

"Saya ada janji dengan klien di alamat itu sekitar jam 3 sore."

Setelah makan siang di Mc'D, Dicky diantar ke alamat yang dikehendaki. Itu adalah alamat sebuah toko kelontong milik teman di jagat maya. Dicky belum pernah bertemu sebelumnya. Dia sudah kenal dekat karena sering kontak baik melalui email maupun sms.

"Tu Kedai yang kita nak tuju!" tunjuk Asgaf ke sebelah kiri jalan.

Toko itu tak terlalu besar namun menjual berbagai keperluan sehari-hari. Ditata rapi dan beda dengan toko kelontong di Indonesia yang sering berserakan. Toko ini lebih mirip minimarket daripada toko kelontong biasa.

Dicky menelusuri lorong toko langsung menuju ke kasir. Dia ingin segera bertemu sahabatnya. Seorang pemuda lebih muda 2 tahun dari Dicky. Dia adalah pemilik toko kelontong itu. Sewaktu chating dia memberi ciri-ciri 28 male KL 178 68 medium built. Dari perbincangan lain Dicky mendapat ciri tambahan panjang kontol 17 diameter 4 cm. Itu yang membuat Dicky penasaran.

"Halo,..."

Tak sempat Dicky menyelesaikan kalimatnya. Pemuda itu tersenyum lebar.

"Dicky, kan?"

"Rasheed?" timpal Dicky dan mereka pun berjabat erat.

***

Setelah berganti sift dengan manajer malam (di toko Rasheed sift malam dari jam 3 sore hingga jam 10 malam), Rasheed mengajak Dicky ke rumahnya yang tak jauh dari toko. Mereka berjalan dan berbincang akrab bagai sahabat lama yang baru bertemu kembali. Mereka berbicara banyak tentang percakapan mereka di internet sambil meyakinkan pada diri masing-masing kalau orang yang mereka temui adalah benar.

Mereka memasuki suatu kawasan perumahan elit terbatas yang disebut 'M Hill'. Seperti masuk ke tengah hutan kota saja. Lalu mereka menapaki jalan menanjak karena rumah Rasheed terletak di sebalik bukit (lebih tepat disebut gundukan). Lokasinya disebut 'Lembah M' atau 'M Valey'.

Setelah melewati satu gerbang lagi, masuklah Dicky dan Rasheed ke lembah. Jalan menurun. Mata Dicky tak henti-hentinya terkagum dengan lingkungan sekitar. Asri, rapi dan bersih.

Tiba-tiba saja matanya tertambat pada suatu pemandangan tak lazim. Di depan sebuah rumah di lembah paling bawah. Seorang pria bugil duduk memangku seorang pria lain di atas motor besar. Bila diperhatikan lagi ada seorang pria lagi di antara selakangan orang yang dipangku. Ya, adegan itu terjadi saat matahari masih bersinar terik.

Dicky tercekat mematung. Tiba-tiba terdengar teriakan lantang dari seorang wanita.

"Hei kalian, berhenti! Ada tamu. Tidak malu ke?"

Pria yang memangku bergeming tetap menikmati masyuknya. Pria yang dipangku mengatakan sesuatu pelan. Wanita itu segera pergi.

Rasheed mengamit tangan Dicky dan menuntun ke rumahnya. Beberapa langkah saja mereka sampai.Dari jendela yang menghadap lembah pemandangan itu pun masih tampak.

***

Rasheed sepertinya tinggal sendiri di rumah yang lebih mirip bungalow. Ruangannya pun tak banyak hanya satu ruang tamu dan keluarga ditambah dua kamar tidur.Rasheed telah berganti pakaian dengan t-shirt tanpa lengan dan celana bola basket yang kedodoran. Dia orang yang ramah dan baik. Tinggi putih dan rapi.

"Sering begitu?"

"Tak usah heran! Kami di lembah M ni semua begitu," ujar Rasheed santai.

Rasheed menyalakan televisi dan segera adegan 'ah.. ah..' terdengar di seluruh ruang. Dicky menengok kanan kiri mengira seberapa dekat dengan tetangga.

"Tenang saja. Ini Lembah Masyuk, ingat?" Rasheed menenangkan.

"Kalau begitu di sini bisa masyuk sebebasnya, begitu?"

"Begitulah, untuk itu Lembah ini dibuat. Ini semua untuk man who love free...," sambil menatap mata Dicky dengan sendu.

Seakan tersihir, Dicky mendekat ke wajah Rasheed dan mereka pun berciuman. Rasheed sangat pintar berciuman, lidahnya bermain-main melesak ke mulut Dicky selagi bibirnya melumat bibir Dicky.

Tangan keduanya tak tinggal diam mereka saling memeluk. Dua pria itu pun tak sabar saling melepas baju. Di balik baju santai Rasheed tak ada apa apa lagi. Rasheed sempat kewalahan membuka dasi dan celana Dicky. Dicky tak sabar segera menggenggam kontol Rasheed. Ya benar itu seperti yang dikatakan Rasheed, 17 cm diameter 4 cm. Kontol Rasheed kemerahan dan keras menegang.

Dicky segera jongkok di depan Rasheed dan menikmati kontol besar itu. Rasheed telentang bebas di depan televisi yang masih menyiarkan adengan masyuk di dapur. Wanita dan pria barat.

"Yeah... go on.." racau Rasheed.

Ini adalah kontol terpanjang yang pernah dinikmati Dicky. Dulu di asrama dia paling suka kontol Robby meski tidak sebesar kontol Imron tapi bengkoknya seksi sekali.

Mulut Dicky mengocok batang kontol yang tak seluruhnya masuk. Tampak nikmat sekali. Dicky melumat kontol Rasheed sambil sesekali melirik ke adegan di televisi. Dicky memainkan dengan cepat dan kadang dengan sangat lambat. Setiap gerakan membuat Rasheed merasa terbang karena geletar-geletar dari gesekan di kontolnya.

Kontol Dicky menggantung tegang. Tangan Rasheed tak mau diam meraih batang kontol Dicky dan dikocok seirama dengan kenikmatan yang Dicky berikan.

Dicky sangat menikmati setiap senti kontol Rasheed. Kulitnya yang halus hangat dan kerasnya sangat sempurna. Berkali-kali pula Dicky menciumi dengan hidungnya. Setelah hilang pegal di pipinya kembali kontol Rasheed dihisap lagi. Kontol Rasheed kelihatan mengkilat karena ludah Dicky. Tiba-tiba saja mani Rasheed muncrat di mulut Dicky tanpa aba-aba terlebih dahulu. Mungkin terlalu terangsang dengan tayangan di depan mereka.

Rasheed terlentang puas. Dilepasnya kontol Dicky meski masih tegang. Dicky pun tidur di dada Rasheed. Meski sibuk bekerja di toko tapi dada Rasheed cukup nyaman. Kontol Dicky yang masih ingin hanya ditempelkan di paha Rasheed. Dicky ingin ada ronde yang kedua.

***

Di luar telah gelap. Lampu taman sudah menyala remang. Ruang tengah bungalow Rasheed sepi. TV telah dimatikan. Kening Dicky dicium lembut.

"Ah, aku harus segerak kembali ke Hotel," kata Dicky seraya bangun dari tubuh Rasheed.

"Kau tinggal bersama aku saja di hotel, mau?" ujar Dicky menawarkan.

"Ayolah!" singkat Rasheed menanggapi dan segera berberes.

***

Masuk loby hotel jam 8 malam.

"Hai! Dicky kan?" seseorang menepuk pundak Dicky dari belakang dengan logat Indonesia kental.

Mulut Dicky menganga lebar.

"Robby..!! Kok bisa di sini?"

Singkat cerita akhirnya Robby, Rasheed dan Dicky makan malam keluar dan baru kembali jam 10 malam.

"Rob, jadi kan tidur di kamar kami?" tanya Rasheed mengingatkan.

"Pasti .... aku segera menyusul ke kamar kalian," kata Robby sambil menaikkan alis tanda siap untuk kenikmatan bersama malam ini.

(Bersambung)

4 comments:

KRISTIAN PENGUASA MALAM said...

woy ceritanya biasa ajah!!....gw lebih penasaran ma cerita parno & tejo.....tolong dong lanjutan parno& tejo...bagus bgt i like it!!!!
eh cerita parno n tejo boleh gw coppy?

Anonymous said...

Gmbr yg 3 org sling oral asli ?

Robby said...

Boleh aja kalau mau copy ceritaku. Asal yang penting cantumkan sumber cerita kalian... oke?

agus yan said...

coba diseraan foto2 yg menantang pasti lebih seru.
tapi secara keseluruhan aku suka cerita2 kamu.