27 November 2008

OMAR: SEMALAM DI KAMAR OMAR

OMAR: SEMALAM DI KAMAR OMAR

Aku mempercepat mandiku. Meski mandi di bawah air dingin tapi tetap saja pikiran hot mengalahkan. Kontolku ngaceng tak terkendali. Ingin rasanya segera onani tapi aku ingat pesan omar sebelum masuk kamar mandi.

"Rob, lo jangan ngocok ya... nanti kita keluarin sama-sama aja,"

Pasti lebih enak. Kalau sendiri kan sudah biasa. Segera setelah badanku cukup kering, kututupi badanku dengan handuk kecil yang kubeli tadi. Handuk ini terlalu kecil bahkan aku harus memeganginya supaya tidak melorot.

"Mar, mana celana dalamnya?" aku menagih janji.

"Gak perlu Rob... kesini aja dulu. Lagian kan disini cuma kita berdua. Gw juga ngga pakai" teriak Omar dari luar kamar.

Kulangkahkan kaki ke pintu kamar dan kulongokkan kepala ke ruang tengah. Terdengar suara berita dari TV. Omar sudah mulai pemanasan dengan membalik-balik majalah koleksi. Di sofa itu Omar duduk berbalut handuk putih dan bertelanjang dada. Maka segera aku mendekat.

Baru saja aku hendak duduk di samping Omar. Handukku disentakkan hingga aku telanjang bulat.

"Heiii..." satu tanganku mencoba merebut satunya menutupi kontolku yang terlanjur kemana-mana.

"Curang loh! Sini lo juga harus buka...." kurebut handuk putih itu.

Terpaksa kugunakan dua tangan karena Omar menahan handuk dengan kuat. Perebutan itu seru sekali. Badan kami terhuyung sana dan sini hingga tiba-tiba saja aku kehilangan keseimbangan , namun aku masih sempat meraih ujung handuk Omar. Sementara Omar melepaskan pertahanannya hendak menolongku. Handuk putih Omar tersentak, telanjang. Bukannya berhasil menolong tapi Omar sama-sama terhempas ke sofa dan dia menindihku.

Detik demi detik dua tubuh telanjang bertindihan. Kurasakan hangat tubuh Omar dan benda kenyal (pasti kontolnya) di perutku. Mata kami berpandangan dan wajah kami begitu dekat sehingga entah siapa mulai bibir kami sudah berpagutan.

"Rob, aku... aku mendambakan seperti ini sudah lamaa sekali..." bisik Omar.

"Aku juga"

Ah andai lo tau, sudah sejak pertama gw lihat pic lo di internet itu. Gw suka lo. Apalagi semenjak pertemuan tadi, tingkat kesukaan gw ke elo naik drastis.

Kupeluk Omar dengan erat dan Omar pun berbuat demikian. Seakan kami tidak ingin kehilangan satu dengan yang lain. Lalu dengan satu ciuman Omar bangun dari tubuhku.

"Jadi nonton kan..." katanya sambil memungut handuk.

"Kita tak memerlukan ini..." lalu handuk itu di lemparkan ke tempat pakaian kotor di bawah
wastafel.

Aku tak bisa protes. Sebetulnya aku tak terbiasa telanjang bulat seperti ini. Namun kenapa tidak dicoba. Lagipula di sini ada Omar.

"Lo bebas aja Rob. Mau ngaceng atau bahkan ngocok di depan gw ga apa-apa..."

Waktu itu aku masih menutupi kontolku karena rasa malu. Sementara Omar yang setengah ereksi sudah berjalan mengumbar kontolnya. Dia segera menyetel dvd yang pertama. 'BARN STORM' judul filmnya. Adegan awal tentang sebuah badai di Amerika sana. Omar duduk dekatku tapi kami sama sekali tidak menempel. Aku mulai rileks tapi masih belum berani membuka tangkupan tanganku. Sementara mataku tak bisa konsentrasi antara film dan tubuh Omar (terutama kontolnya).

"Tuh... filmnya di depan sana. Bukan di samping lo ini" Omar meledekku.

Kini adegan sampai dimana salah satu bule mulai membuka bajunya sampai telanjang. Kontolnya belum ereksi. Ada empat bule di sebuah gudang jerami tempat mereka bersembunyi dari badai. Salah satu yang sedari tadi pingsan (atau tertidur) bangun dan mendekati bule yang telah telanjang bulat yang kini kontolnya sedang diremas-remas oleh si rambut putih. Kontol itu membesar dalam genggaman tangan.

Kontolku juga ereksi lebih cepat. Kontol Omar jadi tiga perempat ereksi.

"Rob seperti itu yuk..." tunjuk Omar ke televisi.

Si bule muda yang tadi tertidur kini sudah mulai menghisap bule yang sedari tadi telanjang. Kamera close up di situ. Dua orang lain tidak terlihat.

Omar rebahan dan kini kontol Omar tegak 15 cm besar juga.

"Ayo.." ajaknya melihatku ragu.

Tangan kananku yang terasa dingin meremas kontol Omar. Kontol yang indah bersih dan terawat. Luka bekas sunatnya pun rapi tidak seperti milik sepupuku waktu SMP dahulu. Segera kepalaku mendekat ke arah kontol Omar lalu mulai menjilati batangnya. Hap... kontol Omar pun lenyap dalam mulutku. Penuh dan hangat rasanya. Kusembunyikan gigiku di balik bibirku supaya tidak menyakiti batang kontol sobatku ini.

"Oooohhhh rob... enak..." lenguhan Omar bercampur dengan lenguhan dari TV.

Tangan kiri Omar tidak diam dan menggerayangi kontolku yang sudah sedari tadi tegang. Tangan Omar bergerak naik turun dalam tempat sempit di antara paha dan perut. Genggaman Omar pas dan tidak terlalu sakit. Omar memahami seni bermasturbasi rupanya.

"Emmhh emm... " erangku juga menahan kenikmatan namun tersumpal oleh kontol Omar.

Tiba-tiba saja Omar berdiri dan kontolnya terlepas dari mulutku. Kulihat televisi. Ah adegan seperti itu. Segera saja aku menekuk kakiku supaya mulutku pas dengan posisi kontolnya. Kontol Omar memerah basah dan dan sangat ranum tak kalah besar dengan yang di TV. Kucoba berakting sangat bernafsu seperti bule yang sedang berlutut dan mengoral dengan sangat nikmat.

"Ooohhh Yeesssshhh ...." seru Omar bebas.

Kurasa dia berteriak terlalu keras. Aku khawatir didengar tetangga. Aku sempat berhenti dan melirik ke atas. Omar hanya tersenyum melihatku. Tenang aja ngga ada yang peduli kok, begitu arti tatapannya.  Khawatirku hilang melihat senyumnya.

"Robb..." Omar menunjuk televisi lagi.

Aku berdiri untuk mengocok kontol bareng dalam satu genggaman. Ah ini sih favoritku. Kontol  kami tak cukup jadi satu genggamanku. Kugerakkkan pantatku. Kedua telapak tangan Omar ke pipiku lalu dilumatnya bibirku... jadi nikmat di bawah nikmat pula di atas. Satu tanganku yang terbebas membelai Omar sesukanya. Punggung, pinggang, pantat, memeluk. Tak ada satu incipun tubuh Omar yang terlewat.

Mata Omar melirik ke televisi lagi. Celaka! sekarang bule yang pertama telanjang tadi mulai memasukkan kontolnya ke pantat si pemuda. Duh, kalau yang ini nggak deh.

"Rob lo yang masukin ke gua..."

"Haaa..." tapi Omar tidak sempat melihat keherananku.

Omar pergi ke kamar dan segera kembali membawa pelumas dan kondom.

"Pakai ini dulu" satu sacet kondom untuk kontolku.

Sementara itu jel bening dioleskan ke pantatnya sendiri. Satu kakinya dinaikkan ke sofa sehingga lubang pantatnya yang memerah dan berbulu itu terlihat bebas. Lalu dia menekuk badannya dan siap menerima kontolku di pantatnya.

"Pelan-pelan ya Rob..." tangannya membantu membuka pantatnya.

Kontolku kupukul-pukul di pantatnya. Sekarang sudah keras kembali. Segera kuarahkan ke lubang sempit itu. Untuk beberapa kali aku harus menemukan tempat yang tepat. sebelum terasa kepala penisku seperti di urut pelan masuk.

"Oooohh ..." aku berhenti setelah kepala penisku di dalam.

Lalu kutekan lagi supaya lebih masuk. Aku berteriak lagi. Rasanya nikmat sekali. Batangku masuk di tempat nikmat menjepit. Lalu aku mulai memompa seperti adegan di TV. Bedanya di sana sudah beralih posisi yang ditusuk dalam keadaan terlentang. Kuraih kontol Omar untuk kukocok.

"Ooohh mmmhhh hhh yeesss... hmmm" kami meracau bersahutan.

Badanku mulai berkeringat. Ini sanggama terhebat dengan pria yang sempurna, Omar. Kontolku terasa enak di remas-remas. Sementara itu tak terlihat kesakitan di wajah Omar. Aneh sih.. katanya straight kok ditusuk gini gak kesakitan. Tapi yang penting enaklah...!

"Rhooohh bampir nehh... keluarin sama-sama yuk... "

Lalu kulepas kontolku dari lubang pantat Omar. Lalu dia telentang dengan kaki mengangkang di sofa. Aku membuka kondom dari kontolku. Plop! Kontolku tampak besar mengkilat kemerahan. Omar sudah mulai mengocok dan mengerang-erang.

"Robb tumpahin di dadaku... biar sperma kita jadi satu ..." ujarnya.

Omar mengocok kontolnya semakin cepat dan cepat. Lalu seperti orang tersetrum dia berhenti lalu mengejan. Crott keluarlah cairan putih kental itu ke dada dan perutnya. Tak beda, aku pun sudah sangat dekat...

"Mar... mau ..ke... ahhhhh..." tak selesai pemberitahuanku.

Maniku muncrat ke wajah Omar. Lalu ke dadanya dan sampai ke perutnya. Lututku terasa lemas sehingga harus berkali-kali menegakkan badanku supaya tetap tegak. Selesai orgasme, kubuka mata dan kulihat wajah Omar yang ada aliran putih di hidung dan pipinya.

"Sorry .. Mar... "

Saat itu kulihat Omar mengambil maniku yang disana dengan menggunakan telunjuk. Lalu telunjuk itu dimasukkan ke dalam mulutnya. Ihh ni anak!

Omar mengggosok dada dengan maniku dan maninya yang telah bercampur. Lalu direntangkan kedua lengan ... minta aku menindihnya, memeluknya. Kulakukan seperti yang diminta. Dadaku dan dada Omar bersatu ditempel oleh mani kami. Inikah persahabatan sejati?

Tuk Omar sahabat sejatiku.

3 comments:

Farrel Fortunatus said...

Hot Banget!!! sampe merinding gw bacanya he he he...

Anonymous said...

YOU ARE FUCKING GAY!
YOU ARE FAGGOT!
GO TO HELL WITH YOUR ROTTEN COCK!
HAHAHAHAHAHAHAHA..
FUCK ASSHOLE FUCK BUTTHOLE, THEY SEEMS LIkE YOUR FACE.

Anonymous said...

stinky,,,fuck