06 November 2010

ASI 1

AKU, SAHABATKU, DAN ISTRINYA

DONOR SPERMA

Tak sengaja aku bertemu dengan sahabatku di sebuah pujasera sewaktu aku mengadakan kunjungan kerja ke kota itu. Andru nama sahabat sewaktu kami kuliah di Jogja dahulu. Semenjak awal kuliah kami selalu satu kos. Aku ingat selain satu kos kami juga sering nonton bokep bersama (maklum anak kos). Kadang di kamarnya terkadang di kamarku. Tidak ada hal macam-macam yang terjadi kala itu.

Aku pun kenal dengan pacar-pacar Andru. Dia aktif di organisasi kemahasiswaan dan banyak dikelilingi cewek-cewek. Sudah gitu dia juga jago ngewe. Banyak cewek yang dengan sukarela ditidurinya. Aku tahu setiap yang dekat dengan dia. Termasuk salah satu pacar yang sempat diputus dan akhirnya jadi istrinya sekarang.

"Eric ya? kamu Eric kan?" Andru mengulurkan tangan di pujasera itu.

Aku kaget dan heran. Seingatku aku tidak memiliki kerabat di kota ini. Tapi mukanya juga tidak asing buatku. Aku coba mengamatinya sekali lagi. Ganglion di otakku meloncatkan bunga api listrik dari sel abu satu ke yang lain. Mencari koneksi antara data-data yang teramati dan sebuah nama.

Aku ulurkan tanganku. Otakku tetap bekerja.

"Aku Andru teman kosmu... di Jogja"

Kata itu bagaikan shortcut sehingga aku langsung menemukan file yang tepat. Di dalam folder Andru ada file bokep, kos, bokep, angkringan, bokep, pinjam motor, bokep, komputer, bokep, tidur, bokep, lalu bokep lagi dan bokep lagi.

Aku tersenyum melihat daftar file di otakku itu. Ya, Andru kecanduan bokep.

"Ahh ya... Andru bokep... hahahah ha ha haha...."

Bokep itu yang membuat Andru bernapsu tinggi. Bahkan pernah sehari sampai 3 cewek berbeda yang ditiduri. Setiap habis menonton bokep pasti keesokan hari atau malamnya akan ada cewek yang diajak tidur di kamarnya. Andru dengan mudah mendapat cewek yang mau dipakai. Itulah beruntungnya punya wajah ganteng dan aktif di organisasi.

"Ancur kamu Ric, masa itu yang kamu ingat"

Di Pujasera itu kami bercerita hampir satu jam tanpa terasa. Andru menceritakan perkawian dengan Rida Bon Bon yang berlangsung hampir 7 tahun dan belum mendapat keturunan. Ya dia dipanggil Bon Bon bukan karena gendut. Dia tinggi dan punya tubuh yang bagus seperti model.

"Kalau Bon Bon, emmm sori... istrimu -maksudku- kerja apa?" aku harus menaruh hormat pada si Bon Bon karena Andru.

"Dia sekretaris bos pabrik teh"

"Mungkin kalian terlalu lelah sehingga belum ada keturunan"

"Kehidupan sex kami oke dan bergairah saja, kok" ujar Andru tanpa sungkan membuka rahasia rumah tangganya.

Keduanya juga sudah diperiksa dokter berkali-kali. Tidak ada gangguan dan tidak ada sakit. Hanya butuh istirahat begitu saran dokter. Mereka juga menolak mengikuti program bayi tabung dengan alasan tidak terjangkau biayanya. Beberapa pengobatan alternatif, makanan, dan jamu sudah dicoba juga.

"Senjatamu sudah tumpul mungkin, Ndru. Keseringan dipakai waktu jaman kuliah..."

Cerocosanku ditimpali Andru dengan serius. Muka dan sikap yang serius.

"Kami sempat terpikir kalau saja ada teman yang mau mendonorkan spermanya..."

Ekspresinya sedih dan lelah. Ya, keinginan punya anak mungkin telah menekan mereka. Semakin tertekan semakin tidak datang juga bayi yang diinginkan.

Aku mulai berpikiran macam-macam.



Besok sorenya Andru meneleponku dan memintaku untuk mampir ke rumah sebelum aku kembali lagi ke kotaku. Dia mendesakku supaya menginap di rumahnya. Aku menolak halus untuk menginap tetapi aku menyanggupi untuk datang dan makan malam bersama mereka.

Si Bon Bon tetap cantik dan langsing seperti dahulu. Dandanannya tidak lagi seperti maha siswi tetapi lebih mirip ... yah wanita cantik ibukota pada umumnya. Kami duduk bertiga.Aku seperti diinterview saja rasanya. Aku menceritakan kalau aku belum menikah, bekerja, lajang, dan digelari 'high top jomblo'. Sebenarnya memang karena aku seorang top jelasnya seorang gay dengan posisi top. Tentu saja aku tidak menceritakan bagian terakhir ini.

"Begini Ric... " akhirnya Andru dengan hati-hati masuk ke inti persoalan.

"Aku dan istri sudah sepakat untuk minta bantuan kamu kalau bisa..." Andru terdiam dan melirik Bon-bon yang mengangguk memberi semangat.

"Aku dan istri sangat menginginkan anak, namun kami tidak mau adopsi. Aku ingin istriku hamil. Aku ingin istriku melahirkan."

Aku menganggap sejauh ini keinginan keluarga ini masih wajar. Seperti pasangan lain juga tentu menginginkan momongan.

"Aku putus asa bahkan terpikir untuk mengambil bayi tabung dengan donor sperma dari orang lain tetapi biayanya itu. Belum lagi kami tidak jelas mengenal siapa pemiliknya. Walaupun ada data yang jelas kami tidak yakin."

Sekali lagi Andru menengok ke Bon-bon. Kali ini Bon-bon menggenggam lengan suaminya menguatkan supaya sampai hati untuk mengatakan duduk perkaranya.

"Kami ingin kamu jadi pendonor buat kami..." lalu mereka berdua menantikan reaksiku.

"Kenapa aku?"

"Kami tahu kamu orang baik-baik. Fisik kamu oke. Kamu juga memiliki rambut ikal seperti mas Andru. Berbulu. Ya intinya ciri fisiknya tidak jauh-jauh amat. Jadi kalau nanti ada bayi yang lahir tidak jauh beda dengan mas Andru" timpal Bon-bon.

"Golongan darah kamu apa, Ric?"

"Aku B"

"Yah ga masalah kalau begitu asal jangan O. Aku AB dan Bon-bon O jadi anak kami ada kemungkinan A atau B" Andru menjelaskan.

"Hmmm apa kalian berdua sudah menimbang dengan masak apa yang terjadi ke depannya?"

"Sudah. Kami bersepakat menganggap anak yang lahir adalah anak kami. Apapun resikonya"

Aku mengambil minuman yang disajikan Bon-bon tadi. Setelah meminumnya baru kukatakan keputusanku.

"Jadi kapan aku bisa bantu kalian sumbangkan spermaku?" tanyaku.

Aku pikir apa salahnya membantu teman dan sahabat lama.

"Malam ini... ya malam ini" ujar Andru tertawa bahagia. Bahkan ada sedikit linangan air mata.

Bon-bon hanya tersenyum menunduk malu.



"Ayo, masuklah ke kamarku. Kita nonton seperti dahulu lagi..."

Aku digiring ke kamar tidur tuan rumah. Aku ikut saja. Andru membuka lemari dekat TV datar besar yang ada di kamar itu.

"Penyakit kecanduan bokepmu belum sembuh juga ya?"

Ternyata koleksi bokep Andru bertambah-tambah. Kalau dahulu hanya satu dompet CD namun sekarang sudah satu lemari dan DVD semua.

"Gila Ndru, itu bokep semua ya...."

Andru hanya tersenyum sambil mengambil satu bokep terbaru.

"Gak lah... hanya dua rak ini... yang lain film-film biasa. Kami sama-sama maniak nonton"

"Hah! Istri juga suka nonton bokep?"

"Iya... kami sering langsung praktek. Makanya kehidupan suami istri kami aku bilang bergairah."

Aku jadi terbayang bagaimana mereka berpraktek langsung di kamar ini. Kontolku langsung menegang tanpa ampun. Aku sampai perlu membetulkan posisi supaya lebih enak.

"Rida ke mana?" tanyaku.

"Dia mandi persiapan untuk kamu..."

"Hmm maksud kamu aku menggauli dia sendiri saja?" aku mulai khawatir

Aku takut nanti kalau senjataku tidak bangun atau macet di tengah jalan bisa terbongkar semua. Ya, kontolku tidak berdiri bahkan melihat wanita telanjang sekalipun. Namun seandainya ada pria di sebelahnya. Pria kekar, ya Andru kekar juga. Walau pria itu berpakaian lengkap pasti kontolku langsung bereaksi. Meskipun sekarang tegang begini namun aku khawatir nanti off saat berdua saja dengan Bon-bon.

"Iya.. atau harus kutonton?"

"Sebaiknya kita main bertiga saja..." ujarku.

Aku juga suka lihat badan Andru yang kekar. Pasti asik kalau lihat dia sedang mengentoti istrinya apalagi dia juga mau dientot. Tapi dia jenis pria normal. Pasti aku akan ditonjok andai aku berani pegang pantatnya  apalagi kontolnya.

"Wah kebetulan... aku juga punya obsesi pengen liat istriku dientotin orang lain"

"Kita entotin bareng saja... satu memek dua kontol. Bagaimana?" usulku

"Boleh, boleh... apa lagi crotnya barengan. Jadi sah itu anakku... " kata Andru nyengir jadi
nampak kekanakan.

Film bokep yang disetel Andru sudah mulai...

"kalau mau ganti celana aku ada tuh biar punya kamu ga tergencet..." Andru menunjukkan
lemari pakaiannya.

Dari kamar mandi dalam terdengar deburan air istri Andru sedang mandi. Aku berdiri dan ambil salah satu celana pendek berbahan halus.Aku jadi bingung mau ganti dimana. Mana kontolku sudah menegang lagi...

"Sudah ganti situ saja. Nanti juga kelihatan semua kok..." Andru menyarankan melihatku kebingungan.

Ya sudah, aku membelakangi Andru dan berganti di depan pintu kamar mandi. Sekalian kubuka bajuku supaya tidak kusut. Aku melihat kontolku mengacung ke atas dan memerah. Wah aku merasa bergairah sekali dan ingin sekali main sex malam ini. Aku mengambil celana pendek Andru saat... Brakk!

"Awww!"

Rida membuka pintu kamar mandi dan kaget karena melihatku telanjang di depannya. Ya celana Andru belum sempat kupakai jadi hanya kututupkan saja. Terdengar tawa Andru menyaksikan adegan kami yang tidak lucu menurutku. Dari belakang tentu Andru dengan bebas memandangi pantat telanjangku.

Sesudah pulih dari kekagetan, Bon-bon maju mendekatiku. Jantungku berdebar kencang. Terus terang ini pertama aku berhadapan dengan wanita. Bukan sembarangan namun dalam keadaan pakaian seminim ini. Mungkin malam ini akan terenggut keperjakaanku.

Tangan Rida yang putih dan lentik terasa dingin menyentuh dadaku lembut sekali. Turun menuju perut sixpacku. Aku merasa menggigil. Aku menengok ke Andru lalu ke Bon-bon dan ke Andru lagi. Mereka tampak tenang. Andru menikmati tontonan live yang cuma berjarak beberapa meter darinya.

Tubuh putih Bon-bon yang langsing dan mulus hanya terbalut baju mandi tanpa dalaman lagi. Jaraknya tinggal beberapa senti dari tubuhku. Aku bisa melihat puting susunya yang coklat tampak melenting tegang ke depan. Ya aku melihat dari sela baju mandi yang dipakainya.

Bon-bon menarik celana Andru yang menutupi kemaluanku. Segera aku menutupi dengan telapak tanganku.

(bersambung)

1 comment:

Anonymous said...

Arrrrghhhh robbyyyyy....
Kenapa harus diputus seh ceritanya...dah kentang ni.... :( :( :(

-D-