25 September 2010

TAKE HOMO OUT

Pengalaman Ikut Ajang Cari Jodoh

Aden dan Wildan adalah dua dari peserta sebuah ajang jodoh yang diadakan oleh televisi swasta. Mereka bertemu saat menjadi peserta. Menjadi akrab. Hmmm mereka berjodoh dengan sesama. Tentu saja ini tidak ditayangkan di televisi.

INILAH TAKE HIM OUT INDONESIA....

Begitulah suara Choky membahana disambut dengan iringan musik. Aden dan Wildan berada di ruang make up studio. Beberapa puluh menit ke depan mereka akan tampil. Di sinilah awal perkenalan mereka.

Aden, 31 tahun, adalah seorang karyawan perusahaan di bagian keuangan. Wildan, 25 tahun  adalah seorang artis yang merangkap sebagai agen properti. Aden tampak demam panggung dan Wildan memberi beberapa tip untuk menenangkannya.

Singkat cerita mereka membawa pasangan masing-masing. Namun tidak sayang tidak bertahan lama. Aden hanya bertahan 2 minggu setelah dipertemukan di THO sedang Wildan lebih parah hanya 10 hari. Aden waktu itu yang menelpon Wildan. Niatnya bercerita tentang kelanjutan dengan pasangan, akhirnya berlanjut untuk bertemu di salah satu kafe di Kemang.


Aden yang berwajah imut mirip penyiar berita di salah satu stasiun televisi, Prabu Revolusi. Sedangkan Wildan berwajah dewasa dan punya postur badan yang tegap. Pertemuan di kafe itulah membuat mereka akrab dan mengerti bahwa bukan perempuanlah yang dicari tapi kenikmatan.

"Gimana Den, jadi main ke apartemenku kan?" kata Wildan sambil tersenyum.

"Ayuk, lah..." Aden menanggapi

"Satu mobil, atau..."

"Dua saja. Biar nanti pulang kamu tidak usah repot mengantarku" ujar Aden.

Setiap ada lampu merah Wildan sempatkan mengirim pesan nakal pada Aden melalui pesan BB.

[WILDAN] TONGKAT VERSNELENGKU BERDENYUT-DENYUT...

[ADEN] KEBANYAKAN DIREMAS DAN DIUSAP USAP KALE

[WILDAN] PERLU PELUMASAN NIH..

[ADEN] NANTI KULUMASI DENGAN YANG HANGAT DAN LICIN

[WILDAN] :P INGIN DISELIMUTI JUGA SEPERTINYA... SUDAH LAMA KEDINGINAN KENA AC.

[ADEN] TONGKAT VERSNELENGNYA DIMASUKIN LUBANG HANGAT PASTI LEBIH ASIK

Aden dan Wildan tersenyum sendiri saat mereka mengirim pesan BB. Padahal sering mobil  mereka pada posisi depan dan belakang atau bahkan bersebelahan. Hingga akhirnya tiba di  Apartemen Wildan di lantai 12. Sebuah apartemen tipe studio bergaya minimalis.

Setelah menutup pintu langsung saja Wildan memeluk Aden. Lalu mereka berciuman dan tersenyum. Ya, dua orang pemuda ganteng jebolan Take Him Out ajang pencarian jodoh. Pria mencari wanita. Tetapi kini Wildan mendapatkan Aden. Mungkin seandainya saja ada Take Homo Out maka Aden dan Wildan akan memenangkan 100 juta sebagai hadiah utama.



Kembali ke percakapan di Kemang.

"Jujur aku merasa belum pas ... aku tidak mau munafik... aku menginginkan pria mengisi kekosongan hidupku"

Ucapan Wildan tidak membuat Aden kaget. Justru mata Aden berkaca-kaca.

"Aku tahu kini kalau aku tidak sendiri di dunia ini..."

Aden merasakan hal yang sama. Dibesarkan dalam keluarga single parent membuatnya rindu pada sosok seorang laki-laki yang melindungi, memeluk dan mencintai.



Di Aparteman Wildan.

Nafas keduanya berdengus. Setiap bertatap muka seakan ada magnet di bibir mereka.

"Aku mau lihat Versneleng kamu.. seberapa besar?" ujar Aden meremas tongkat kejantanan Wildan.

Wildan hanya tersenyum. Dia membiarkan saja Aden menurunkan resleting celananya. Merogohkan tangannya ke dalam CD putih g stringnya. Kontolnya benar-benar menegang saat keluar. Aden jongkok di depan perutnya. Lalu menjilati kontol dan memasukkan ke dalam mulut yang hangat. Tongkat versneleng prianya kini telah diselimuti dengan lubang hangat dan basah.

Aaaaahhhhsssshhhhh....

Aden melumati dan mengulum-kulum kejantanan Wildan. Sudah lama Wildan tidak merasakan ini. Tentu saja semenjak dia niat hidup lurus-lurus saja, jauh sebelum memberanikan diri ikut THOI. Wildan merasakan nikmat dihisap begitu...



Di kafe Kemang.

"Aku persiapkan diriku mencari jodoh semenjak jauh hari. Aku menghilangkan kebiasaan burukku yang selalu mencari kenikmatan dari sesama pria. Tapi apa hasilnya....?" begitu Wildan berkesah kepada Aden.

Sesudah menyeruput Mochalatenya, Wildan melanjutkan.

"Orang tuaku memang mendorongku berkali-kali untuk mencari wanita untuk dinikahi. Entah berapa wanita yang dikenalkan dari yang kurus hingga gemuk. Yang gadis hingga janda beranak 3. Tak ada satu pun yang membuat aku berminat,"

Aden memperhatikan cerita sahabatnya itu. Di dalam hati dia merasa kalau itu juga kisah hidupnya. Tidak berminat pada wanita begitu inti setiap penolakannya.



Di Apartemen Wildan.

Wildan telah berbugil dan duduk menyandar di sofa hitam yang berharga 12 juta. Aden telah membuka baju dan celana tapi masih memakai CD putih. Asik sekali dia menggenggam dan menjilati batang kontol Wildan yang besar dan panjang sekitar 17 cm mengacung tegak. Wildan menggigit bibir menahan geli-geli enak jilatan lidah Aden yang merah.

Aden sabaar dan ahli sekali mempermainkan batang lelaki. Terkadang ujung lubang kencingnya digelitik dengan ujung lidah Aden.

Oooouuuggghhhhh.... bikin merinding saja.

Tangan Aden mengusap dada Wildan dan meremasinya. Badan Wildan memang tegap dan bagus. Bukan begitu saja dia mendapatkan tapi karena kerajinan dan ketekunan di fitnes center. Dua kali seminggu juga disempatkan untuk berenang selama satu setengah jam. Satu yang  paling penting dia menjaga pola makan dan diet yang baik. Seperti kita tahu kesibukan agen properti menemui klien sering membuat pola hidup tidak tetap. Namun Wildan sangat disiplin. Hasilnya selain tubuh yang bagus, Wildan juga memiliki stamina sex yang kuat.

Sampai pegal pipi Aden menghisap dan sampai kebal bibir Aden bergesekan dengan batang kontol Wildan tapi belum ada tanda-tanda kalau Wildan hampir mencapai puncak. Aden berpindah ke bibir Wildan dan mengulumnya. Wildan merespon dengan bernafsu.

Wajah Aden yang ganteng dan imut menjadi daya tarik sendiri. Wildan seakan ingin memilikinya selamanya. Ah benih cinta semakin mantap saja bersemi.



Di kafe Kemang.

"Kalau kamu, gimana Den..."

"Hah.. eh.. gimana apanya?" Aden sedang setengah melayangkan jiwa pada nasib hidupnya.

"Emmm sama lah..." ujar Aden melanjutkan.

"Sama apanya? Ayolah... cerita... kan aku sudah cerita tadi,"

Aden berpikir apalagi yang diceritakan. Toh kurang lebih sama. Intinya tidak ada rasa kepada wanita. Apalagi sebuah cinta, tertarik saja tidak.

"Aku juga lebih tertarik kepada pria"

Wildan tertawa tergelak... Aden jadi salah tingkah sendiri.

"Adeen Aden... wajah kamu ganteng ... fans jejaring sosial kamu juga ce semua..."

"Semua buat kedok saja. Aku bilang ke keluargaku, kalau memang banyak yang suka. Tapi aku juga bilang belum ada yang pas di hati..."

Sesudah diam sebentar Aden melanjutkan.

"Ikut THOI juga salah satu usahaku untuk menunjukkan bahwa aku suka wanita. Aku bukan gay atau bahkan banci. Aku serius menginginkan ada wanita yang bisa membangkitkan kelelakianku. Namun aku juga tidak beruntung...."

Di THOI kemarin Aden bersanding dengan Cindy, seorang wanita pemilik butik. Bodynya sexy juga cara berpakaiannya menarik dan memancarkan aura sexynya. Aden berharap dia bisa terbangkitkan. Namun dia tidak bisa memungkiri jati dirinya. Dia hanya terbangkit pada pria ganteng dan kekar seperti Wildan.



Di Apartemen lantai 12.

Kedua Pria itu mengambil posisi 69. Aden di bawah menjilati dua bola kemaluan Wildan. Kini gantian Wildan yang mengulumi kontol Aden. Kontol Aden kekar dan berotot. Panjangnya biasa saja tidak sepanjang milik Wildan, hanya 13 cm. Mulut Wildan terlihat penuh dengan kontol Aden yang kecil di ujung tapi menggelembung di tengah.

Lidah Aden terkadang nakal menjilati arah pantat. Wildan yang merasa geli kadang berjengit menjauhkan lubangnya. Ada rasa geli dan nikmat dirimming begitu.


Studio rekaman THOI, beberapa minggu lalu.

Saat itu tersisa Andi, Wildan, dan Andrew pertanyaan pertama dari Reni.

"Coba kalian tunjukkan bagian mana dari badan saya yang ingin kamu cium dan apa maksudnya?"

Andi menjawab bibir, alasannya bibir Reni sexy. Wildan menjawab leher karena itulah saluran utama antara kepala dan badan. Reni meledek kalau Wildan keturunan vampire. Jawaban dari Andrew adalah kening karena dia inginkan Reni seutuhnya. Karena pertanyaan ini Reni memencet lampu Andi. Sekarang tersisa Wildan dan Andrew.

Setelah break (biasa kena edit) dilanjutkan pertanyaan kedua.

"Ibu kalian dalam keadaan kritis, sedangkan saat yang sama saya sedang berjuang untuk melahirkan anak. Siapa yang akan kamu tunggui..."

Pertanyaan ini membuat dilema bagi siapa pun yang akan menjawab. Andrew memberikan jawaban diplomatis bahwa istri adalah yang terpenting sedangkan ibu adalah yang harus dihormati di dunia ini. Saat didesak Choky Andrew memilih ibunya. Sedangkan wildan secara tegas menjawab akan memilih Reni. Satu yang tidak terungkap adalah bahwa Wildan sudah piatu semenjak balita. Dia dibesarkan tantenya yang tidak menikah. Sedangkan ayahnya kawin lagi dan tidak pernah menemuinya.



Di Kamar Wildan di lantai 12

Bibir mereka saling melumat. Pantat Wildan naik turun menggesekkan kontolnya ke kontol Aden. Tangan Aden situk meremasi punggung liat dan pantat padat Wildan. Aden merasa nikmat digesek begitu. Wildan juga. Bibir mereka berkuluman. Saling melumat dan menggigit pelan.

"Bro... masukin aja kalau kamu mau" bisik Aden.

Wajah Wildan sangat buas dan sangat bernafsu. Dia meloncat dan berjalan ke laci. Dia mengambil pelumas dan kondom. Bergetar tangannya memnyobek bungkus kondom berwarna perak itu. Dengan cepat dia menyarungkan kondom dan kembali ke Aden. Tube pelicin dibuka dan dioleskan pada ujung jari telunjuk kanan. Cairan bening itu dioleskan ke lubang imut Aden.

Lubang itu berkerut kaget karena dingin lalu mengembang lagi. Perlahan Wildan menusukkan jarinya dan bisa masuk. Lalu dia menambah dua jari dan lancar. Dia meremas kontolnya dan merapikan kondomnya. Selaput tipis berwarna krem menyelubungi kontol Wildan yang perkasa. Kepala kontol Wildan yang imut mengarah ke lubang imut Aden.

Lubang itu mengkerut namun sangat elastis. Perlahan namun pasti seperti mulut ular yang memakan kambing mati. Mulai dari kepala hingga batang. Wildan berhenti pada posisi itu pertama menikmati hangatnya salut pantat Aden. Kedua dia memberikan kesempatan agar lubang imut Aden menjadi terbiasa.

Mukanya merunduk ke muka Aden yang mengkerut sedang menahan sakit. Wildan menciumi kedua pelupuk mata Aden dan dia menggigit pelan bibir Aden. Mulut aden menyambut bibir Wildan. Ciuman mereka membuat lubang imut Aden rileks dan Wildan bisa merasakan dia lebih mudah lagi menusukkan versnelengnya.

"Sssshhhhh nikmat sekali bro..." erang Wildan berbisik di telinga Aden.

Bibir Wildan menciumi telinga Aden. Membuat dia melupakan sakit, berganti geli dan nikmat. Setelah bertahan sekian menit Wildan mulai menggerakkan masuk dan keluar kontolnya.



Percakapan di kafe Kemang.

"Mmm kalau sama aku mau tidak, Den?" Wildan menatap wajah Aden.

Aden menatap Wildan. Saat itu dia tidak bisa membedakan kalau Wildan serius atau hanya sekedar bercanda saja. Emosinya terbangkit. Wildan ganteng dan macho banget. Lelaki sempurna dan jantan.

"Jangan ngeledek, ah!" ujar Aden memalingkan mukanya.

Tangan Wildan memegang tangan Aden. Sementara Aden jadi gelagapan dan menarik tangannya tanpa menimbulkan kecurigaan dari pengunjung kafe lain.

"Sssshhh jangan begitu... pegawai kafe ini banyak yang kenal aku"

Sebetulnya Aden suka tapi malu.

"Main ke apartemenku yuk..." ajak Wildan.



Di atas tempat tidur Wildan dengan jendela terbuka menghadap kota.

Wildan mengentoti Aden dengan gaya doggy Style. Aden menungging dan Wildan berlutut menggerak-gerakkan otot bokongnya maju mundur. Tubuhnya mengkilat karena keringat. Kontol Aden yang kekar berayun-ayun memukul perutnya sendiri. Sesekali dikocok tangannya sendiri.

Batang kontol Wildan yang panjang keluar masuk lubang itu dengan cepat. Menimbulkan gesek-gesek kenikmatan yang masih cukup terasa meski terhalang selaput kondom latex.

"Aaaahhh aaahhhh.. ooohhhh ooohhh.... " erang Wildan.

Dia memegang pantat Aden dan entotannya semakin cepat. Setelah bermain sekian jam nampak juga puncak orgasmenya.

Tubuh Wildan segera berhenti dan berkedut-kedut. Ya, Wildan orgasme.... sesekali masih dikeluar masukkan kontolnya menuntaskan hajat ternikmat itu. Tuntas hingga ujung-ujung kenikmatan tercapai.



Di kafe Kemang.

"Jadi apa alasanmu putus sama Cindy sexy itu..."

"Halah, sexy apanya? Mengerikan melihat dia tanpa make up... kalau kamu?"

"Reni payah. Semua kehidupanku mau dikendalikannya. Sampai celana dalam saja harus merek tertentu yang seperti dipakai bapaknya... huh! Parah...."

Aden dan Wildan tertawa lalu mengadakan tos...

Yah, cowok-cowok ganteng dan mapan yang belum beruntung (atau beruntung) karena tidak mendapatkan pasangan wanita. Mungkin inilah awal keberuntungan sejati sebagai pasangan sejenis.



Di kamar Wildan yang tanpa sekat dengan ruang utama.

Aden mengerang dikocok dengan tangan kanan Wildan. Dia mengejang dan memuncratkan sperma putihnya di atas perut. Bibirnya bertaut dengan bibir Wildan. Lalu dia membersihkan mani yang tumpah di perut dengan tisyu. Dibuangnya tisyu itu ke tempat sampah bersatu dengan kondom yang mengandung sperma Wildan dan tisyu yang lain.

Lalu Aden naik lagi ke tempat tidur dan merebahkan kepalanya di dada Wildan.

"Thanks ya sayang..." Aden mengecup ujung bibir Wildan

Wildan tersenyum dan mengelus rambut Aden yang kaku berdiri.

"Sama-sama. Aku juga senang. Apalagi kalau kamu mau pindah ke Apartemenku ini"

Aden memandang wajah Wildan.

"Aku akan pikirkan tawaran kamu yang menarik itu sayangku...."

Sekali lagi mereka berciuman dan saling melumat...

2 comments:

Anonymous said...

Keren bro...

Judul lainnya ko ga nambah* bro (yg disebelah kanan)...mana katanya mo upload juga ya jadul* (saat pertama km nulis)...ditunggu ya bro.

Band biroe blum final kan ?? :)

-D-

IC said...

nice Rob....