20 September 2011

KARMA 5

KARMA: Misteri dan Rahasia Arsyad

"Jer, aku mau curhat nih..."

"Hmm..." jawabku.

"Apa malam minggu ini kamu mau main ke rumahku?" tanya Arsyad melalui telepon.

Tentu saja aku tidak menolak undangan sahabatku. Selain aku juga tidak ada acara khusus dengan Om Bara. Yah, buat Om Bara malming dan minggu adalah milik keluarga kalau tidak ada acara ke luar kota. Hubungan Om Bara dan Mbak Angel memang naik turun. Ah, mungkin kedatangan Arsyad bisa  memperjelas info tentang mbak Angel dan arisan brondong waktu itu.

Tiba di rumah Arsyad aku bertemu dengan ibunya.

"Ooo ini anak bu Neti yang kamu ceritakan itu ya..."

Aku hanya mengangguk dan tersenyum saja. Bahkan ibu Arsyad masih mengingat nama ibuku. Ekspresi ibu Arsyad agak aneh, seperti kurang senang. Entah apa salahku.

Segera Arsyad mengamit aku dan menyeret ke kamarnya.

"Kusut begitu? Kenapa syad?"

Arsyad menghempaskan diri di tempat tidur dan menghembuskan nafas panjang. Seakan dengan hembusan itu dia berharap segala gundah dan masalah yang ada akan lenyap walau hanya sebentar.

"Masalah dengan bf kamu lagi?"

Arsyad menggeleng.

"Aku sudah tidak ada hubungan dengan manusia tak berguna itu lagi" ujar Arsyad jijik dan memandang mataku tajam.

Matanya mengatakan supaya aku tidak membicarakan bf yang sangat dibencinya. Kalimat terakhir adalah titik bagi pembahasan itu. Arsyad memiliki masalah lain yang sama berat atau lebih berat dari sekedar masalah dengan bfnya.

"Ini tentang manusia tak berguna yang lain, ayahku..."

Di pertemuan sebelumnya, sewaktu Arsyad menginap beberapa hari di kostku, dia sempat menceritakan kalau keluarganya menanggung banyak hutang karena ayahnya. Dia harus membiayai kuliah sendiri juga karena ayahnya. Ibunya sebenarnya sudah berpisah lama dengan ayah, namun tidak dicerai.  Ibu Arsyad meyakini kalau suatu saat ayahnya akan sadar dan kembali ke jalan yang benar. Keyakinan itu membuat dia dan keluarga menderita. Selain harus membantu melunasi hutang maka ibu harus memberi sebagian pendapatannya bagi ayah Arsyad.

Semenjak meninggalkan rumah, Ayah Arsyad sesekali datang untuk meminta uang dan menyerahkan tagihan. Selalu begitu tanpa pelukan untuk anak apalagi istrinya. Setelah ayah meninggalkan rumah pasti ibu selalu menangis sesenggukan.

Arsyad pernah meminta untuk memutus hubungan keluarga dengan Ayah saja daripada Ibu selalu disusahkan. Namun ibu justru memarahi Arsyad dan menyuruh Arsyad hormat pada ayah. "Ayah jahat begitu mana perlu dihormati!" balas Arsyad. Tetapi justru tamparan yang didapat. Semenjak itu Arsyad tidak mau memikirkan dan membicarakan Ayah yang tidak disukainya. Namun kini lain...

"Kemarin dia menemuiku di depan kampus... kukira dia ingin kembali..."

Arsyad terdiam lagi sejenak. Meski benci tapi jelas terpancar kerinduan yang mendalam pada sosok seorang Ayah.

"Wajahnya sudah tampak tua dan pakaiannya pun kumal.. aku duga dia kerja sebagai pemulung..."

Aku sama sekali tidak bisa menangkap arah pembicaraan Arsyad kali ini.

"'Kalau kerja yang betul!' begitu sambil menamparku.." Arsyad memegang pipi kanannya seakan baru saja dapat tamparan.

Mungkin sakitnya masih terasa, lalu dia menambahkan.

"'jangan jadi pelacur!!' begitu bentaknya..."

"Pelacur apa? Jangan sembarangan kalau ngomong"

"Ke Bogor kemarin apa?" bentak Ayah Arsyad dengan tatapan kemenangan. Skak mat!

Arsyad sama sekali tidak punya ide darimana ayahnya bisa tahu kalau dirinya jadi brondong di arisan brondong di puncak. Dengan sembrono dan sengaja aku memotong cerita Arsyad.

"Syad, kita keluar makan yuk... lapar nih" kutepuk perut sixpackku.

"Ini atau... ini" Arsyad menyentuh perutku lalu menyentuh resleting celanaku.

Kami tertawa.

"Itu nanti setelah makan malam" janjiku.
***

Arsyad benar-benar tipe 'long talk' yang suka berbicara banyak. Aku curiga kalau dia tidak akan bisa menyimpan rahasia sekecil apapun. Sepanjang jalan ke warung dia terus bercerita tak peduli aku mendengarkan ataupun tidak. Arsyad menumpahkan keburukan Ayahnya dan mengubah presepsiku tentang seorang Ayah yang selama ini begitu kurindukan. Bahkan ceritanya bisa membuatku bertanya dalam hati, apa ada kemungkinan bahwa Ayahku meninggalkanku karena tidak sayang pada keluarganya.

Makanku tak begitu nikmat karena pikiranku terus berpacu seiring dengan banyak info dari Arsyad. Aku mencerna makanan di mulut sekaligus mencerna cerita di pikiranku. Untung manusia diberi prosesor yang begitu canggih sehingga tidak 'hang' karena mengerjakan banyak perkara sekaligus.

Jalan kembali ke rumah Arsyad kusempatkan untuk bertanya.

"Apa Ibu Angel ikut tidur dengan kamu?"

"Kamu kenal Ibu Angel, Jer?"

"Ah tidak juga... mungkin kuganti saja pertanyaanku... apa semua Ibu-ibu di arisan brondong kamu kerjain semua?"

"Yaa tidak Jer... cuma yang dapat saja kebetulan ada dua Ibu tidak termasuk Ibu Angel. Menurutku itu bukan arisan tapi semacam undian. Mungkin Ibu Angel disuruh bosnya menjamu rekan-rekan bisnis wanita. Sepertinya ibu-ibu itu adalah istri dan beberapa simpanan pejabat."

Keterangan itu berakhir saat kami berbelok dan tiba di rumah Arsyad di tikungan. Arsyad menggembok pintu gerbang lagi.

Tiba di rumah Arsyad menyuruhku tidak berisik waktu masuk rumah...

"Syad...! Anak si Neti ini mengajari kamu pulang malam..." tajam dan sinis suara menusuk dari arah belakang.

Jam baru menunjuk pukul 10, menurutku tidak terlalu malam. Arsyad menatap ibunya dengan tajam. Ibunya melengos dan masuk lagi ke dalam kamar.

Arsyad menyeretku lagi cepat ke kamarnya...

"Syad, sebentar Syad... aku tidak enak kalau begini... ada apa ini? Apa salahku sebenarnya?"

"Sudah ayo ikut... nanti kuceritakan di kamar..." Arsyad menyeretku menjauhi ibunya.

Aneh, ibunya seperti takut kepada Arsyad.

Aku jadi bingung sebenarnya ada masalah apa....

Sampai di kamar bukannya dijelaskan masalahnya namun justru Arsyad tiba-tiba mencumbuku. Aku tidak bereaksi, sama sekali tidak ingin. Aku masih kesal, dongkol, dan ingin sebuah penjelasan.

"Oke, aku jelaskan... pertama aku suka kamu...."

"Itu tak ada hubungannya sama sekali dengan sikap ibumu terhadap ibuku dan aku tadi..."

"Jerry... I love you... I need you..."

"Syad.. Arsyad... sekali lagi..." tiba-tiba jari telunjuknya ke bibirku menyuruhku diam.

"Ini paling penting.... makanya aku ungkapkan yang pertama. Semua penjelasan berikut aku harap kamu tahu kalau aku mencintaimu, aku menginginkanmu... oke?" tatapan Arsyad sangat serius.

Aku semakin tidak mengerti apa hubungannya dan ke mana arah ceritanya. Arsyad akhirnya mulai membukanya satu per satu.

"Aku sebenarnya tidak ingin membuka ini malam ini... karena aku ingin menikmati malam indah sama kamu..."

"Aku janji berikan yang terbaik asal kamu jujur dan menceritakan semua yang membingungkan ini" ujarku.

"Kamu tahu gak Jer... kontolku sedang ngaceng..." rayu Arsyad lagi.

Aku benar benar kesal, penasaran, dan dongkol pada Arsyad. Namun pada posisi ini sekaligus aku merasa sangat tidak berdaya. Arsyad memiliki 'power' dan dia memegang kelemahanku yaitu rasa penasaranku pada misteri Arsyad ini. Sementara hasrat Arsyad yang meninggi jadi pertimbangan posisi tawarku. Pertimbangan lain yang sedang kupikirkan adalah banyaknya info yang mungkin kudapat malam ini.

"Jadi apa maumu, Syad?"

"Aku mau kita nikmati malam indah ini dahulu..." lirikan mata Arsyad tampak licik dan licin.

"Mana mungkin aku berhasrat dalam keadaan seperti ini?"

"Minumlah ini dahulu..." Arsyad membubuhkan bubuk putih pada gelas minuman berenergi.

"Aku ga pakai narkoba, Syad" jujur aku agak ketakutan.

"Sobatku yang ganteng... ini bukan narkoba. Ini buat meningkatkan gairah saja kebanyakan orang menyebutnya sebagi obat perangsang. Minumlah..."

"Bener nih?"

"Aku juga minum itu waktu di Arisan Brondong. Ibu Angel yang menyediakan beberapa. Ini adalah persediaan terakhir... setelah beberapa bulan kamu lihat kan aku ga jadi kurus atau ketagihan?"

Deg! Nama itu disebut lagi. Sekedar mengingatkan, kemungkinan besar Ibu Angel yang disebut Arsyad adalah istri Om Bara. Seperti yang kalian ketahui aku sudah beberapa bulan ini menjalin hubungan dengan Om Bara. Yaa... dianggap simpanan pun aku rela.

"Minumlah.." perintah Arsyad dengan lembut.

Aku menenggaknya, rasanya manis seperti biasa. Ada sedikit bubuk yang tidak larut.

"Jadi kenapa Ibumu tidak suka aku?" aku langsung menembak dengan pertanyaan inti.

"Ibuku tidak suka dengan Ibumu karena ..." tampak berat Arsyad menceritakan.

"Kenapa Syad?"

"Tetapi ingat yaa... ini tidak berhubungan dengan kita. Itu urusan orang tua kita..."

"Iya.. iya.. ceritakanlah.."

"Ayahku berpisah dengan Ibu masalah awalnya adalah karena bu Neti... Ibumu"

Aku kaget... kok bisa? Ibu tidak pernah cerita tentang hal ini.

"Ibuku?"

"Ya... Ayahku jatuh hati pada Ibumu... cinta mati" ujar Arsyad agak murung.

"Ya cinta mati Ayahku adalah cinta yang tidak terbalas... bahkan sewaktu ayahku mau menerima Ibumu dan kamu. Ibumu tetap menolaknya. Ayahku membuktikan kesungguhannya dengan cara menceraikan Ibuku... Namun Ibumu justru memilih menikah dengan orang lain"

Bagai halilintar di siang bolong. Ternyata keluarga Arsyad memiliki kaitan kisah dengan ibuku. Ternyata memang ada sesuatu di balik semua ini sehingga Arsyad masih mengingatku.

"Tunggu... kamu tidak salah orang kan?" ujarku.

"Kenapa?"

"Ibuku hanya menikah sekali dengan almarhum ayahku..."

"Hmm sepertinya Ibumu menyembunyikan masa lalunya termasuk darimu. Di mana Ayah kamu sewaktu kita di playgroup dahulu?"

"Ayahku tugas ke Papua ..." itu yang selama ini aku tahu dari ibu.

"Bukan. Waktu itu ibumu belum menikah dengan almarhum ayahmu. Justru masa itulah Ayahku mengenal dan mendekati ibumu. Ayah sering mengantar jemput aku karena karir ibuku di kantor mulai menanjak. Ibumu single parent waktu itu dan karena curhatan bu Neti, Ayahku jatuh cinta ... cinta yang buatku membenci wanita"

Aku jadi bingung mesti simpati pada Arsyad ada merasa bersalah.

Anganku melayang ke beberapa belas tahun lampau saat masih anak-anak. Tidak banyak yang bisa kuingat kala itu. Ibu sering menceritakan tentang Irian Jaya yang dikelilingi hutan belantara. Ada ular sebesar tiang rumah.  Ada burung cendrawasih. Hanya itu yang kuingat... Lalu semakin besar aku tahu kalau lelaki papua memakai koteka yang menutupi kepala kontolnya saja. Banyak foto dari majalah dan internet... mereka sexy. Ah tiba-tiba saja kontolku mengeras...

Hening.

"Sudah kuceritakan semua... sekarang penuhi janjimu sayang" Arsyad menciumi dan memelukku dari belakang.

Aneh... tiba-tiba aku merasa sangat berhasrat. Rangsangan Arsyad dua kali lipat efeknya. Nafasku jadi memburu karena nafsu. Nafsu sex yang sangat ingin terpuaskan. Ini pasti efek bubuk putih itu.

"Hmm Syad... hmmm...."

Kurangkul Arsyad dan kuciumi dia. Hasratku naik drastis. Pada keadaan normal dengan hati galau begini tentu aku tak mau dan tak ingin bercinta.. tetapi kali ini nafsulah yang menguasai tubuhku.

"Ssshhh yessshh mmm..." Arsyad mendesah karena ciumanku dan rangsangan tanganku.

Tak sampai satu menit kami sudah bertelanjang bulat bertumpukan. Saling menggesekkan badan. Saling mengelus... aku menikmati Arsyad dan tentu Arsyad mendapatkan yang dia inginkan, sex dariku.

Lidahku bermain dengan lidah Arsyad seperti di film bokep yang ada di hape. Sementara tangan kanan meremas-remas kontol Arsyad yang sudah besar menegang tangankiriku meremas bokong Arsyad. Kedua tangan Arsyad memegang punggungku seakan tak ingin melepasku. Intim sekali kala itu.

Kutidurkan Arsyad kuciumi leher dan dadanya... Pentil susunya kujilati kadang kubuat lidahku memutar-mutar sekitar benjolan coklat itu. Arsyad mendesah nikmat. Tanganku terus aktif mengocok kontol Arsyad... kumanjakan Arsyad dengan kenikmatan sebelum kunikmati tubuhnya.

Setelah turun menciumi perut Arsyad kujilati dua bola peler Arsyad dan pangkal batangnya. Jembut Arsyad basah karena ludahku. Lalu kuremas-remas dua biji peler itu dan jilatanku menaik dari pangkal ke ujung kepala kontol Arsyad yang besar dan tegang. Arsyad sampai menggelinjang.

"Aahhh Jer, geli... masukin mulutmu Jer..."

Owh nanti dulu... tak secepat itu sob. Tapi Arsyad sangat berhasrat. Dia mengubah posisinya dan menyambar kontolku yang diujungnya sudah basah air mazi. Kontolku terasa hangat... Arsyad mengulumnya. Kontol Arsyad kuciumi dan ujung kontolnya kumainkan dengan lidahku. Pernah kubaca kalau di bagian kulit bawah lubang kencing juga tempat paling sensitif. Kontol Arsyad seakan bersinar saat kusentuh bagian itu dengan lidahku. Posisi kami 69 dan saling menikmati kontol satu dan yang lain.

Kalau diamati dari dekat begini kontol Arsyad memang besar... pantaslah dengan tampangnya yang lumayan untuk menjadi gigolo. Pada ML pertama kuperkirakan aku tidak kalah panjang... tapi kini mau tidak mau aku harus mengakui punya Arsyad beberapa senti lebih panjang. Besarnya pun lebih besar. Tapi tetap saja aku tidak kalah pede... karena Arsyad tetap saja menginginkan dimasuki.

Lama kami saling mengulum. Arsyad juga pintar membuat kontolku merasa sangat enak di mulutnya. Aku turun lagi lalu mengangkangkan paha Arsyad... aku menciumi paha Arsyad dan membuat tanda cupang di sana. Lalu aku mulai menjilati lubang dubur Arsyad... begitulah bot suka diperlakukan menurut pendapat Robby Penulis Cerita (iklan..).

Lubang itu mengkerut-kerut, harus sabar hingga lubang itu siap. Hmm tiba-tiba aku ingat Om Bara. Ada satu rasa bersalah terbersit tapi segera kuabaikan. Lidahku berusaha menerobos lubang kerut itu. Gairahku menuntunku untuk membuat lubang itu licin. Kali ini aku ingin mengentot Arsyad tanpa mengenakan kondom. Merasakan kontolku di lubang manusia. Cukup lama aku bermain di sana dengan penuh hasrat sehingga mengenyahkan segala rasa jijik.

Kuambil bantal dan kuganjalkan di bawah pantat dan pinggang Arsyad. Lubang dubur itu benar-benar dalam posisi terekspos sempurna. Aku berlutut dan mengarahkan kontolku yang berdiri hampir ke atas. Kuarahkan ke depan tepat ke lubang itu. Perlahan aku menempelkan palkonku di pusat kerutan merah itu. Lalu kutekan... Arsyad meringis dan tidak berhasil. Kutambahkan ludah di kepala kontolku supaya ada pelumasan. Kucoba sekali lagi. Tetap belum berhasil.

Arsyad rupanya agak tegang. Aku menunduk dan mencium Arsyad. Sementara bibir kami beradu, tanganku  mengarahkan kontolku ke lubang itu lagi. Bless... perlahan dan pasti... tidak... terasa Arsyad kaget dan menjepit kontolku hingga berhenti.

"Egh!.."

"Santai dong Syad... kayak baru pertama kali aja ..."

Aku yakin Arsyad sudah pernah melakukannya.

Aku mendorong pantatku lagi sehinga batangku semakin masuk. Arsyad meringis dan butir-butir keringatnya tampak pada keningnya. Aku menciuminya lagi. Ciuman membuat rileks. Benar saja, Arsyad tampak tersenyum sambil mengelus pipiku...

Pingganggku kugerakkan maju mundur. Nikmat sekali rasanya. Hangat, geli, nikmat, ah kalian harus coba sendiri rasanya. Tambah nikmat lagi mendengar Arsyad yang sepertinya juga menikmati.

"Enak kan Syad..?"

"Iya rasanya geli di perut.."

Ah masa segitu panjang kontolku menusuknya? Begitu pikirku... Arsyad pasti lebay.

Badanku kutegakkan dan kuangkat kaki Arsyad dan kusandarkan di punggungku. Rasanya lebih rapat. Kontolku lebih terjepit dan lebih nikmat. Posisi ini sebenarnya bagus buat yang berkontol agak langsing.

Posisi berikut yang kunikmati bersama Arsyad adalah aku memasukkan kontolku sementara Arsyad miring membelakangi. Posisi ini bagus buat pemilik kontol agak panjang dan sangat tidak disarankan untuk pemilik kontol agak pendek karena akan mudah lepas. Susah untuk masuknya lagi kan...

Inilah posisi terakhir sesi itu yang membuatku kelojotan... doggy style, gaya anjing kawin. Posisi favorit dan bisa digunakan untuk wanita juga. Arsyad berdiri dengan keempat kakinya... eh dua tangan dan lututnya. Aku berlutut dan memasukkan kontolku tepat di lubang anusnya. Lebih mudah masuk setelah kutambah ludah lagi.

"Egh!" Arsyad menahan saat kumasuki lagi.

Sambil mengeluar masukkan kontol tanganku mengocok kontol Arsyad. Aku ingin muncrat berdua, bersama-sama.

"Aahhh Syad dahsyaat... nikmaat!" erangku sambil berbisik di telinga Arsyad.

Kontol Arsyad menegang dan memanjang. Kukocok lebih cepat lagi.

"Mmm... shhhh.... aku hampir nih...." ujar Arsyad.

Sementara punyaku sepertinya masih jauh dari pangkal kontol. Maka kulepaskan kocokan pada kontol Arsyad supaya tidak terlalu cepat crot. Kuperhatikan ARsyad tak bisa menahan hasrat. Tangannya mengocok kontolnya lagi... segera saja kutepiskan dari sana...

"Jangan terlalu cepat sayang... ditahan..." aku berbisik sambil menjilat telinga Arsyad.

Arsyad menurut. Kontolnya yang tegang berayun-ayun. Dia menahan hasrat sambil meringis. Kontolnya tidak lemas lagi. Sepertinya dia sudah bisa menikmati menjadi bot seperti ini. Mengentot seperti ini adalah kenikmatan dunia yang paling tinggi menurutku. Makanya heran ada orang-orang yang tidak mau kawin selagi masih di dunia.

"Ooowwhh yesssh... "

Kuubah posisi. Arsyad tiduran dan aku ada di depannya. Saat sudah dekat itulah aku cabut kontolku dan kukocok di depan Arsyad. Kontol Arsyad juga kukocok.

"Jeerrr aahahh.... yeaaahh..."

Beberapa kocokan saja kontol Arsyad sudah menyemburkan cairan putih ke dada dan perutnya. Beberapa saat kemudian cairan putih itu bercampur dengan maniku.

"Aaaahhh... mmm... essshhhh...." aku menggelinjang beberapa kali.

Arsyad mencampur mani kami menjadi satu dengan jarinya. Bibitku dan bibit Arsyad sudah bersatu. Mani itu dijilatnya namun kemudian dia colek lagi dan jari itu dimasukkan ke mulutku. Ah.... aku juga makan maniku sendiri. Selagi mani itu masih di mulut, kucium Arsyad. Mulut Arsyad juga terasa agak asin begitu.

"Jer... ini pengalaman aku dientot yang pertama... kamulah yang jadi lelakiku" Arsyad mengelus pipiku dengan rasa sayang.

"Loh selama ini dengan bf kamu atau yang lain?"

"Aku selalu jadi top. Atau paling jauh juga bergesekan, onani bareng, atau oral seperti waktu di kost kamu ..."

Aku tersenyum.

"Makasih ya Jer..." Arsyad mengecup keningku.

Aku tersenyum dan kami berangkulan. Arsyad memelukku sangat erat.

Kontolku menegang lagi.

"Syad.. bubuk kamu manjur sekali ya... kamu tahu beli di mana?"

"Oo itu... aku ambil dari kotak donat di meja makan"

"Heh?! itu...."

Arsyad tertawa berguling-guling.

5 comments:

Devotio mea said...

bagus nih ceritanya,
Bkin horny :D

Robby said...

Coffe, Thx.. ikuti terus yaaCoffe, Thx.. ikuti terus yaa

Anonymous said...

ku bunuh kau

Anonymous said...

Asli keren bgt ceritanya, kpn next story nya nih? Ga sabar

Devotio mea said...

asli deh, lanjutin dong,
Gw suka ama cara nulis u,
Unik, tpi bkin gw cepet horny...
Kapan diupdate lagi?