04 July 2011

KARMA 2

Karma2: Cinta Sang Ayah

"Tangkap bolanya Nikoo....!" seruku

Anak laki-laki 3 tahun yang gendut itu berlari cukup lincah tapi tetap saja tak tertangkap. Niko adalah anak Om Bara. Aku merasa sayang sekali kepada Niko. Sering kubelikan mainan saat aku  mampir ke rumah Om Bara. Bukan hanya sayang dengan anaknya tapi juga dengan bapaknya. Aku juga menjadi akrab dengan istri Om Bara... mbak Angel namanya. Orangnya baik dan ramah. Mbak Angel juga cepat akrab. Bahkan beberapa kali saat Om pergi ke luar kota, aku disuruh menemaninya ke salon dan mal tentu saja bersama Niko.

Setelah peristiwa malam di kantor itu, Om tidak pernah membahasnya sama sekali. Dia juga tidak marah. Sepertinya tidak ada yang terjadi malam itu. Aku duga dia benar-benar mabuk dan lupa semua kejadian yang ada di malam itu. Mungkin dia menduga itu hanya mimpi. Entahlah, karena aku pun tidak berani mengungkitnya. Takut silaturahmi yang sudah baik dengan keluarganya jadi rusak.

Suatu ketika mbak Angel ada urusan dan meninggalkan Niko di rumah. Om Bara mengajakku ke rumahnya
sepulang kantor. Aku senang saja.

"Aku kangen sekali ketemu sama Niko..." kataku di perjalanan ke rumah Om.

Om Bara hanya diam. Tidak seperti biasanya kalau dia mengajakku ke rumah.

"Aku sering teringat sama Ayah kalau sedang main dengan Niko..." tiba-tiba saja mataku terasa dipenuhi air mata yang hampir tumpah.

Aku sangat rindu pada Ayah. Sosok seorang Ayah yang sangat kuperlukan menjelang aku remaja. Sosok yang melindungiku dan mungkin membelaku. Sosok seseorang yang menasehatiku dan menjagaiku. Memang Ibu melakukannya untukku sepeninggal Ayah namun tetap saja tidak pas.

Kuseka air mataku dengan punggung tanganku.

"Apapun yang terjadi, Om tidak boleh meninggalkan keluarga. Terutama Tyan dan Niko saat remaja"

Belakangan Om sering curhat kalau mbak Angel sering pergi meninggalkan anak-anak. Dia curiga kalau mbak Angel selingkuh. Om Bara sudah mendengar beberapa gosip tentang hal ini. Aku sendiri tidak percaya hal ini. Memang mbak Angel suka berdandan dan suka fashion namun yang kutahu semua dilakukan untuk kehormatan suaminya, begitu katanya.
***

"Malam ini mamanya anak-anak tidak pulang karena ada arisan di puncak. Kebetulan berbarengan dengan kedatangan beberapa teman lama dari luar negeri. Kamu nginap di rumah saja ya... Niko dan Tyan pasti senang ada kamu"

Di akhir kalimatnya Om Bara menyungging senyum dan kedipan mata sebelah.

"Nanti aku keloni kamu juga..." sambungnya.

Huaaa tiba-tiba serasa melayang. Memang sudah lama aku kangen dengan Om Bara. Sudah lama aku tidak melakukannya, membahasnya pun tidak. Tapi aku tidak mau mengeluarkan reaksi berlebihan. Karena kutahan jadi keluar cengiran kaku saja.

Tak terasa bermain bersama Tyan dan Niko seakan cepat berlalu. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat.

"Ayo anak-anak saatnya tidur... kasihan kak Jery capek tuh... ayo sikat gigi, cuci tangan dan kaki terus bobo..."

"Tapi Tyan maunya sama kak Jery..." rajuk Tyan.

"Niko juga..." sambung Niko yang berumur 3 tahun.

"Aduuuhhh terus papa sama siapa....?" mimik Om Bara lucu sekali.

Akhirnya setelah kubacakan cerita dongeng Guliver, Tyan dan Niko memejamkan mata. Menyenangkan sekali memiliki anak-anak seperti mereka ujarku. Aku berharap suatu saat aku juga memilikinya meskipun saat ini belum bisa membuka hati untuk seorang wanita.

Tepat saat itu kepala Om Bara melongok di pintu.

"Giliran papanya neh... dininabobokan..." bisik Om Bara.

Aku tertawa geli. Bisaa aja omku ini.

Akupun menuju kamar tamu. Aku sudah dua kali menginap di rumah ini jadi sudah hapal di mana aku harus menempatkan diri. Tiba-tiba tanganku direngkuh om Bara mengajakku ke kamar utama.

"Tidak ah Om... aku tidur di sana saja" ujarku.

Pikirku, aku bukan istri Om Bara yang berhak tidur di sana. Aku pun tidak mau dianggap begitu. Kedua, aku tidak ingin mengkhianati mbak Angel yang juga sudah kuanggap teman sendiri. Om Bara memaksaku, namun aku juga berkeras tetap hanya mau tidur di ruang tamu saja. Akhirnya Om Bara mengalah dan mengikutiku ke ruang tamu. Kami berbincang di tempat tidur.

"Jer, kamu tu sahabat yang baik... bukan cuma buat aku tapi juga buat semua keluarga. Terima kasih ya..."

"Aku juga senang bisa dekat dengan keluarga Om..."

"Kamu tuh memang orang yang menyenangkan. Aku merasa dekat sama kamu..."

"Masa sih Om... sedekat apa?"

Tiba-tiba saja Om Bara mendekapku dari samping dan mencium keningku. Pipiku merebah di dadanya. Hangat dan nyaman rasanya dan aku tidak ingin bangun lagi. Kurasa Om Bara berdebar-debar kala itu. Rambutku dibelainya. Aku merasa sangat disayangi... seperti oleh ayahku sendiri.

Om Bara juga tidak menjauhkanku dari tubuhnya. Dia membiarkanku bersandar lama. Terkadang dia juga menciumi pipiku dengan lembut. Hembusan nafasnya tak beraturan. Kurasa Om Bara mulai bernafsu.

"Uh, kok Om nafsu begitu..."

Om Bara memelukku erat dan meraih bibirku. Hangat sekali rasanya. Ganas dan romantis berpadu pas.  Ibarat roti pas manis, asin, dan empuknya adonan. Sambil menindihku bibirnya melumat bibirku. Disesapnya ludahku dan bibirnya menari-nari di rongga mulutku. Aku hanya memejamkan mataku dan menikmati tubuh hangat dan berbau sangat jantan. Seorang bos yang disegani di kantor dan seorang ayah yang hangat. Kini dia seperti seorang kekasih bagiku yang siap membawaku ke surga kenikmatan dunia.

"Kamu ganteng sekali ya Jer.." rayunya.

Om Bara tersenyum dan membuka kaus ketatku. Lalu putingku di jilati dan digigit pelan. Geli sekali rasanya. Membuatku merinding dari ujung kaki hingga ubun-ubun. Aku paling tidak tahan disesap dan dipermainkan begini. Kudekap kepala Om Bara dan kujambak rambutnya. Benar-benar tak tahan dan menggelinjang kudibuatnya. Sampai tak sadar aku menggigit bibir sendiri.

"Sudaaahhh ooommm ndak tahan.... hmmmm..."

"Sssshhh..." Om Bara mendekatkan telunjuknya pada bibir.

Sepertinya dia mendengar sesuatu. Setelah kami diam beberapa saat dia memastikan kalau tadi salah.

"Jangan berisik... takut anak-anak bangun" ujarnya sambil berbisik.

Lalu dia melanjutkan permainan kami. Terampil sekali dia menelanjangiku. Kami berpelukan bertelanjang bulat di kasur kamar tamu Om Bara. Dia menjilati mukaku dan telingaku. Leherku beberapa kali  dicupangi sampai merah-merah dibuatnya.

Setelah menjilati dadaku dan terus turun ke pusarku. Sementara kontolku yang tegak teracung dikocoknya pelan. Sampai di bawah pusar langsung Om Bara menciumi lubang kontolku yang sudah penuh air mazi. Jilatannya membuatku menggelinjang lagi. Om Bara menjilati kontolku semua bagian batang dan lingkaran prenulumnya. Berkali kali lidahnya beradu dengan lubang kencingku.

Entah apa lagi, kurasakan hanya nikmat dan nikmat. Om Bara memang tuan rumah yang baik dan pintar menservis tamu, candaku. Yang kurasakan kemudian adalah dia melakukan riming. Aku sudah tau memang begitulah tanggung jawab seorang top untuk memuaskan botnya. Rasaku kini berbeda dengan saat Om Bara mabuk. Aku merasa sangat sayang padanya dan pasrah apapun yang dia lakukan padaku. Tubuhku hanya buatnya, biar dia senang dan puas.

Kini justru aku yang dibuatnya nikmat di saraf seputar anusku. Lidahnya tanpa canggung mencoba menerobos lubang anusku. Beberapa kali aku menjauh karena geli. Tapi Om Bara begitu sabar. Dia melakukan lagi dan lagi hingga aku mengerang-erang tertahan.

Om Bara mengangkat dua pahaku dan melebarkannya. Lidahnya melingkar lingkar di sekitar lubang anusku. Lalu jarinya mencoba menerobos lubang itu. Ada rasa dingin. Pasti sudah diolesi jeli...

"Aaarrhhh...ssss..." desisku menahan benda asing yang masuk.

"Kamu santai aja Jer..."

Bagaimana bisa santai kalau aku tahu sebentar lagi akan dilanda kesakitan yang hebat karena dijejali batang besar dan padat milik Om Bara. Kurasa kalau aku buang air besar pun tidak pernah sebesar itu. Untuk mengalihkan perhatian dia mengulumi dua testis dan menjilati serta mengulum kontolku. Aku mulai tegang lagi. Rasa takut sudah kulupakan sekarang benar benar menikmati sensasi dikulum Om Bara. Sedotan mulutnya dan gumamannya tidak kulupakan.

Bahkan saat jarinya mencoba menerobos lubangku akupun membiarkan karena aku sedang menikmati, sangat menikmati, bibirnya yang menyesap setiap inci batang kontolku. Itu nikmat sekali kawan.

"Mmmmmhhhh ooommmhhh..."aku meremasi rambut Om Bara.

Aku merasa ingin menggelinjang karena geli dan nikmat. Antara tak mau berhenti dan sangat menginginkan. Serasa tubuhku terbang melayang di atas bumi di bawah langit.

Om Bara menjilati dadaku tepat di putingku. Sementara aku merasakan ada yang mengganjal di pantatku dan aku mulai merasa sakit. Putingku digigit kecil. Sakit dan geli sekali rasanya. Aku melupakan sakit yang di bawah hingga sakit itu bertambah. Tapi ternyata aku masih bisa menahannya. Aku tahu kontol Om mulai menusukku. Ini pertama buatku.

Kontol Om Bara diam tapi dia tidak mencabut dan juga tidak mendorong lebih dalam. Aku jadi mulai terbiasa dan rileks. Perlahan Om Bara mendorong lebih dalam lagi. Ada rasa geli di dalam perutku. Aku kini sudah menjadi botom bagi Om Bara orang yang kusayang.

Rasa sayangku semakin bertambah saat perpisahan karena selesai masa magang 3 bulan. Om Bara mengatakan bahwa lulus atau tidak dia akan menerima aku bekerja di perusahaannya dengan gaji yang lebih tinggi. Dia merasa puas dengan pekerjaanku. Dia juga mengatakan kalau aku berbakat jadi desainer masa depan.

Setelah aku kembali ke kampus pun dia masih sering menghubungiku untuk sekedar minta bantuan. Selain sering ditraktir makan, diperkenalkan ke keluarganya, aku juga mendapat gaji yang disebut bonus. Dari Bonus saja aku bisa beli satu Laptop dan satu BB. Lumayan kan...

Tapi lebih dari itu aku merasa kalau Om Bara tidak sekedar suka pekerjaanku. Tapi sebetulnya suka aku. Dia merasa punya sahabat katanya. Dia merasa punya someone untuk share hidupnya. om merasa tidak mungkin share masalah perusahaan dengan bawahannya. Istrinya tidak tertarik untuk mendalami urusan suami. Buatnya mengurus Tyan dan Niko sudah menyita waktu ke salon, pedicure, manicure, spa, fashion, dan tetek bengek urusan wanita lain. 'Toh demi suami!' kilah Mbak Angel kalau ditanya tentang 'untuk apa semua tetek bengek'.

Berbeda dengan Om Bara yang mencari istri yang sederhana saja. Mbak Angel tidak memenuhi kriterianya tapi hanya dia yang bisa membuatnya mendapat kehidupan layak. Perusahaan desain interior ini adalah pecahan grup besar dari perusahaan kontraktor milik mertua Om Bara. Dahulu Om Bara adalah pekerja kantor di grup kontraktor itu.

Seperti paku bumi, kontol Om Bara perlahan tapi pasti terus menghujam anusku. Membuatku berguncang. Membuat jiwaku juga terguncang. Aku menjadi alat untuk memuaskan pria lain. Sebenarnya ini tidak boleh dimasuki. Tapi toh aku juga pernah memasuki milik orang lain.

Kakiku kini menekuk. Tubuh Om Bara di atas tubuhku. Aku ditiduri oleh orang yang sudah pengalaman dengan istrinya. Pasti beginilah saat dia main dengan Mbak Angel hingga menghasilkan Tyan dan Niko  yang sangat lucu dan menggemaskan. Saat ini akupun sedang disetubuhinya. Om begitu menikmati jepitan anusku yang konon lebih sempit dan lebih enak daripada vagina perempuan.

Pantatku terasa panas tapi kubiarkan saja sampai Om Bara menyudahi syahwatnya.

"Jer, kamu nungging ya..." bisik Om Bara sambil menjilati telingaku.

Aku suka sekali menikamati nafsu si Om ini. Aku menurut saja. Om Bara memasukkan kontolnya lagi. Dia telah menambahkan jeli supaya lebih licin. Buktinya dengan mudah dia memasukkan, hmm atau milikku yang sudah longgar?

Kontolku bergoyang-goyang lemas saat itu. Aku berdesis supaya menimbulkan rasa puas dan orgasme Om Bara segera. Rupanya cukup berhasil karena segera saja Om Bara mempercepat genjotannya. Dia bersemangat sekali seperti pelari jarak jauh yang segera sprint karena sudah melihat garis finish.

"Ah ah ah ah ... .." begitu erangnya dengan tempo semakin dipercepat.

"Jer ahhhhh.." dia memeluk punggungku.

Aku rasa dia sedang orgasme saat itu. Aku tidak merasakan apa-apa di dalam perutku. Maninya tertampung dalam kantong kecil yang berada di ujung kondomnya.

Sesudah itu kami berdua rebah karena kelelahan. Aku suka sekali saat-saat seperti itu. Saat setelah Om terpuaskan. Aku merasa benar-benar dimanjakan. Aku dirangkul dan dan dicium kening berkali-kali. Seakan dia mengatakan bahwa hanya aku yang bisa memuaskan dia. Seakan dia ingin menyatakan kalau dia sangat mencintaiku lebih dari apapun.
***

Keesokan paginya kami mandi bersama. Kami melakukan sekali lagi di kamar mandi. Hanya saja kali ini aku yang dipuaskan dengan mulutnya. Seperti yang pernah kukatakan, Om Bara jago sekali kalau urusan isap-mengisap. Mungkin dia pernah kursus mengisap pada banci (kidding Om!).

Di bawah kucuran shower hangat kami melakukannya tidak lama. Tapi memuaskan. Badan Om Bara yang besar dan kekar berlutut di depanku. Rambutnya yang basah. Ah enaknya dihisap seorang bos. Ya, dia memang bos di kantor. Tapi di sini dia adalah kekasihku. Kekasih yang ingin memuaskan aku.

Aku ejakulasi sekali lagi dalam mulutnya. Namun kali ini dia tidak menelannya. Dia menyimpan di dalam mulutnya. Lalu dia bangun dan mengulum bibirku. Kurasakan rasa asin. Astaga! Dia membagi maniku dalam mulut kami. Akupun menelannya.

"Ih.. Om nakal..." kataku sambil tersenyum.

Banyak senyum terpancar dari wajah kami pagi itu. Saat aku memandikan Niko, Om menyiapkan sarapan. Tyan sudah bisa mandi sendiri. Aku keluar saat melihat wajah Om agak aneh, tersenyum janggal.

"...jawab dong Yah...oh Tyan tahu pasti itu semacam permainan koboi telanjang kan?" ujar Tyan.

Aduh, Tyan rupanya mengintip kami semalam. Gawat!!

GAWAT!

No comments: