11 April 2011

Gay Backpacker 6

Ciuman Ayah

Sebelum subuh tidak banyak yang bisa bangun. Pak Doni paling awal. Dia membangunkan yang lain. Awang terbangun sewaktu mendengar suara ketukan di pintu. Tubuh telanjangnya hangat terapit si kembar Andra dan Andre. Tubuhnya diperebutkan sebagai pelukan. Bahkan kaki kiri ditumpangi Andre dan kaki kanan ditumpangi Andra. Tubuhnya memang telanjang tapi dia mengenakan celana pendek.

"Ndra.. Ndre.. bangun..."

"Mmmm..."

Lalu keduanya kompak memunggungi Awang.

"Huh dasar kebo semua..." gerutu Awang.

Awang bangun dan ke kamar mandi untuk membuang hajat. Namun dia teringat kalau semua baju dan tas ada di kamar sebelah. Lalu dia menyalakan lampu dan mencari kausnya. Dia berharap dengan menyalakan lampu si kembar akan terbangun dan bersiap. Sewaktu keluar, dia menengok ke kamar Pak  Doni yang sudah terang dan Aldy keluar dari sana... Ah ternyata semalam Pak Doni bersama Aldy rupanya.

Sambil mencuci muka dan bersikat gigi Awang jadi berpikir... bukankah semalam Aldy dan Hendra pergi bersama ke karaoke? Tetapi kenapa justru ... ah sudahlah itu urusan mereka. Peduli amat... amat saja tidak peduli hehehe....

"Zak...Zaky... mau ikutan liat sunrise gak?" Awang membangunkan Zaky.

"Mmmm... jam berapa ini?"

"Hampir jam empat"

Zaky bangkit dan menguap sekali lagi. Kepalanya digeleng-geleng mengenyahkan kantuk dini hari. Badan gemuknya ikut berguncang.

"Semalam kamu ke mana? Aku belikan jagung bakar tuh..."

Benar saja di meja ada bungkusan jagung bakar oles mentega yang sudah membeku.

"Sudah ceritanya nanti saja... kamu cepat siap.."

Pak Doni melongokkan kepala di pintu.

"Lima menit lagi kita berangkat ya... mobil sudah nunggu di bawah... yang bisa saja... "

Di bawah sudah menunggu Pak Doni yang sedang berbincang dengan sopir. Lalu Aldy dan Hendra yang masing-masing menggenggam secangkir teh hangat. Lalu ada Rudi... sepertinya semalaman dia bergadang.

"Si kembar tidak bangun?" tanya Pak Doni

***

Tiba di Batu Karas semburat terang di langit mulai terlihat. Kami setengah berlari menuju suatu lokasi yang katanya merupakan 'best view' untuk menikmati sunrise. Pagi itu kami ribut untuk foto dan berfoto. Pak Doni yang membawa kamera tele milik Beni paling sedikit kebagian untuk berfoto... Dasar narsis semua.

Keindahan menyaksikan munculnya hari baru menjadi penutup bagi petualangan kami gay backpacker ke Pangandaran. Perlahan warna semburat berganti dan menjadi semakin terang. Lalu muncul tepi sinar kekuningan yang semakin terang. Semua duduk mengamati mentari yang perlahan memberikan kehangatan di pagi yang dingin. Indahnya alam membuat kita bersyukur pada yang maha mencipta. Dia sudah mencipta hari baru. Amazing!

Rombongan beralih ke pantai untuk menyaksikan nelayan tradisional pulang melaut. Menepikan kapal tanpa mesin merupakan perjuangan berat bagi nelayan tradisional. Mereka harus melawan ombak yang ada. Ada satu kapal nelayan yang terpelanting karena salah mengambil ombak akhirnya semua tangkapan tumpah ke laut, semua perjuangan semalam-malaman lenyap. Mereka harus pulang tanpa membawa hasil. Itulah salah satu nasib nelayan yang jadi bahan diskusi pagi itu.

***

Di dalam mobil sewaktu kembali ke hotel.

"Ehem.. Pak.. mau nanya nih, gimana semalam?" goda Hendra pada pak Doni.

Pak Doni yang duduk di sebelah Awang tersenyum lalu mengedikkan kepala pada Aldy.

"Gimana Dy, puas gak??" kini Pak Doni yang menggoda Aldy.

"Enak Hen.. kamu sih gak mau gabung..." ujar Aldy

"Waduh omongan dewasa nih... aku tidur saja deh..." kata Zaky.

Zaky badannya paling besar dan berat tapi usianya memang paling muda.

"Tapi menurutku yang paling beruntung si Awang... diperebutkan sana sini" serang Pak Doni.

"Eeehh kok jadi bahas aku sih..."

"Bagaimana tidak? dari awal Andre sudah sampai rela telanjang bulat demi dia... semalam bahkan ada ribut ribut... pasti si kembar rebutan kamu lagi..." mata Pak Doni tajam menatap Awang.

Semua penumpang mobil tertawa. Hanya sopir yang tampak serius, entah karena tidak mengerti atau merasa jijik dan aneh dengan rombongan satu ini.

Rudi yang duduk di paling belakang bersama Zaky juga banyak diam. Sepertinya dia banyak bergadang dengan Odi, namun bukan kepuasan tapi masalah yang didapat. Tidak semua mengerti termasuk Pak Doni yang juga semakin heran karena Rudi memutuskan menunda kepulangannya ke Jakarta bersama rombongan. Rudi tidak memberi alasan namun dia memastikan pada semua kalau dia akan baik-baik saja.

Setelah cek out dari hotel, bertujuh mereka menuju terminal Pangandaran untuk mencari Bus B*** (sori ga ngiklan!) yang jurusan Bandung. Sebab ternyata kereta ke Bandung dari Ciamis hanya ada pada malam hari, sedang bis B*** yang ke Jakarta juga ada  malam. Tetapi kalau ke Bandung ada banyak. Bersama Rombongan, Pak Doni memutuskan untuk memakai rute Pangandaran-Bandung lalu Bandung-Jakarta.

***

Di bis ke Bandung


"Dy semalam sepertinya sama Pak Doni seru banget ya..." Awang membuka percakapan sesaat bis berjalan keluar dari Pangandaran

Aldy tersenyum manis sebelum menjawab.

"Wew.. pokoknya"

"Aku dengar dari kamar sebelah bunyi dug dug dug.. emang gaya apaan?" Awang penasaran.

Aldy tersenyum lagi. Awang baru tahu kenapa Aldy tampak manis, ternyata ada lesung pipi kalau dia tersenyum. Alis matanya tebal dan bulu mata yang melengkung ke atas.

"Cerita dong..." pinta Awang.
***

Sesudah sejam karaoke, Hendra menjadi sangat bosan. Aldy seperti anak kecil dengan mainan barunya. Dia yang pilih lagu dan dia juga yang menyanyi. Andre yang bayar waktu masuk saja sampai tidak kebagian dan bersama yang lain kabur entah kemana. Hendra tidak mau memperpanjang waktu karaoke dan minta pulang saja.

Sesampai di tangga hotel.

"Ndra daripada sendiri lebih baik kamu gabung aja ke kamarku..." ajak Aldy.

Karena dirundung bete dari tadi Hendra menolak.

Sewaktu Aldy masuk kamar ternyata Pak Doni belum tidur. Dia hanya mengenakan celana pendek putih tanpa baju. Badannya kencang walau sudah ada umur, mungkin karena Pak Doni rajin berolahraga dan rajin diet. Dia sedang menghitung keuangan rombongan.

"Sudah pulang? Cepat amat... mana yang lain?" tanya Pak Doni.

Setelah menjelaskan keberadaan yang lain Aldy mandi di shower air hangat. Lelah seharian serasa terangkat namun terasa juga perih tergores batu sewaktu di Green Canyon. Keluar dari kamar mandi Aldy sengaja hanya mengenakan handuk niat menggoda Pak Doni.

"Dy, badan kamu boleh juga..."

"Mau pak...?"

Pak Doni hanya menjengitkan alisnya sambil tersenyum. Tampak mudah dan simpel kan... tapi memang seperti itulah yang terjadi. Aldy mendekat ke Pak Doni yang duduk selonjor bersandar ke kepala tempat tidur. Sepertinya memang dia menunggu Aldy keluar dari kamar mandi. Aldy mendekat dan dirangkul Pak Doni lalu mereka berciuman bibir. Cup! lalu mereka sama-sama tersenyum.

"Matikan lampu dulu Dy...!" bisik Pak Doni.

Aldy pun patuh. Lalu ia duduk di sebelah Pak Doni... tubuhnya menempel ke tubuh Pak Doni  yang terasa sangat hangat. Terasa sangat nyaman dekat dengan pria berumur seperti Pak Doni. Gagah, berwibawa, dan pasti sangat pengalaman. Dia juga tidak tergesa terburu nafsu.

Pak Doni memeluk pinggang Aldy sedang Aldy menempelkan pipinya ke dada Pak Doni yang bidang. Merasakan degup jantungnya dan menghirup bau badannya. Serasa dipelukan ayah yang selama  ini dirindukan dan tak pernah didapatkan.

Pak Doni meraih janggut Aldy dan mendongakkan lalu menciumnya. Ciuman hangat dan dalam. Sebuah ciuman mesra dan sayang. Aldy menikmatinya. Sangat menikmati.

***

"Rasanya Wang... mmmm herrrrr...."

Kalimat Aldy terakhir membuat Awang benar-benar merinding seperti ikut dicium rasanya. Kata-kata itu juga yang membuat Awang tersadar dari imajinasinya. Imaji yang terbentuk karena cerita Aldy. Bus B*** sudah memasuki kota Ciamis. Awang menenggak air minum untuk meredakan tenggorokan kering. Awang jadi berpikir jangan-jangan dari tadi kebanyakan melongo.
***

Aldy dan Pak Doni berguling dan saling mencium leher, pipi dan bibir. Pipi Pak Doni terasa kasar karena rambut yang sudah mulai tumbuh. Tapi itu membuat sensasi lain bagi Aldy. Setiap bulu kasar itu menyentuh lehernya, terasa seperti tersetrum dan meningkatkan gairahnya.

Pak Doni pandai sekali melakukan foreplay. Membuat Aldy merasa nyaman sekaligus bergairah. Kontolnya yang standar menjadi sangat tegang dan tegak. Aldy pun rela ditelanjangi dan dijilati badannya. Dia rela diapakan saja intinya. Apalagi ciuman ditambah bulu kasar itu menelusur tubuhnya dari dada dan terus ke perut. Pak Doni mengecupi batangnya dengan buas.

"Sss ooowwwhhh...." Aldy mendesis dan mendesah keenakan.

Bibir hangat Pak Doni dan bulu kasarnya menggelitik kemaluannya yang tambah tegang. Rasanya mau meledak karena keenakan. Aldy sampai harus meyakinkan dan melihat yang dilakukan Pak Doni pada batang kontolnya. Enak banget rasanya. Dia memang berpengalaman.


***

Sementara di tempat lain Andre dan Andra pun sibuk bercerita pengalaman masing masing.

"Semalam aku merasa kamu orgasme 5 menit sebelum aku masuk kamar. Aku sampai hampir jatuh. Dahsyat sekali kayaknya, untung aku ditolongin Odi dan Rudi..." kata Andre.

"Banget... tau gak, semalam aku muncrat di muka si Awang"

"Kok bisa?" Andre heran.

Awang sangat sulit diajak ML Andre tapi Andra selalu saja mendapatkan yang terbaik. Meskipun kembar nasib mereka kali ini tidak kembar. Terutama dalam kasus Awang.

Andra tersenyum menang sebelum melanjutkan ceritanya.

"Aku fuck mulut Awang. Sedotannya beuuuuu..." Andra mengacungkan jempol.

Andre semakin iri jadinya. Belum sekalipun dia merasakan Awang. Keadaan kali ini berkebalikan seratus delapan puluh derajat dengan Gaybackpacker sebelumnya. Dulu Andre berkali-kali ML dan membuat Andra iri. Sedari awal memang Awang sebagai anggota baru menjadi incaran si kembar.

"Eh, bukannya dia harusnya tidur sama si gendut?"

"Dulu aku tidur sama si Zaky... tau kan ngoroknya sudah mirip suara bajay? Berisiknya...! Sewaktu aku tahu Awang kebagian sekamar dengan Zaky aku 75% yakin dia ga bakalan kuat dan tidak bisa tidur. Makanya waktu Awang ajak pulang dari diskotik aku segera saja menemaninya" Andra tersenyum lagi.

Memang walau Andra dan Andre kembar secara fisik namun mereka berbeda. Andre cenderung mengedepankan perasaan sedang Andra lebih sabar dan akalnya lebih bermain. Maka dari itu pekerjaan mereka juga berbeda. Andre manajer asuransi sedangkan Andra seorang manajer Bank swasta asing. Mereka punya kesamaan sama-sama suka fitnes dan suka cowok yang tipenya hampir sama.

"Sebenarnya aku undang dia untuk tidur dengan kita... berdua. Namun waktu saja yang belum memihakmu. Aku yakin setelah ini dia akan datang ke gym kita. Dia ingin ngegym dan membentuk tubuh katanya" kata Andra dengan yakin.

Andre segera tersenyum dan memberikan kepalan tangan untuk disatukan tanda kekompakan mereka. Dia merasa beruntung memiliki kembaran seperti Andra. Ya adik, ya sahabat, ya teman gila, ya pasangan sejati, pokoknya the best meski kadang menjengkelkan. Bukankah begitu seorang saudara kandung?

***

Pak Doni mengangkangkan paha Aldy yang mulus dan mengolesinya dengan jeli. Banyak Jeli. Perlahan ditusuk lubang anus Aldy dengan jari tengah kirinya. Lubang itu mengkerut. Jari Pak Doni melingkar-lingkar di sekitar lubang itu hingga Aldy merasa nikmat dan rileks. Perlahan jari tengah itu masuk lagi. Sekali lagi lubang itu mengkerut. Hmm rupanya Aldy tidak biasa jadi bottom. Pak Doni menciumi paha dan kontol Aldy sambil tetap sesekali menusuk lubang Aldy. Akhirnya jari Pak Doni berhasil masuk. Cincin pantat Aldy bereaksi karena kaget.

Pak Doni sangat sabar terhadap Aldy. Dia pemain yang halus dan tidak mengikuti nafsunya sendiri. Pemain halus menginginkan kepuasan kedua belah pihak. Cukup lama Pak Doni merangsang lubang anus Aldy hingga lubang itu siap.

Lubang itu akhirnya dengan mudah diakses karena Aldy sudah cukup terbiasa dengan jari. Bahkan dua jari. Pak Doni mengenakan kondom lalu mengolesi lubang Aldy sekali lagi dengan banyak jeli. Kepala kontolnya yang gemuk digosok-gosokkan di lubang Aldy hingga berlumuran jeli. Lubang Aldy berkerut-kerut takut menerima rudal besar pak Doni. Lama kelamaan karena cuma di gosok-gosok Aldy jadi rilek dan tidak lagi berkerut menahan sakit. Kontol Pak Doni juga sudah mengeras kembali Saat benar rileks baru Pak Doni mendorong palkonnya masuk perlahan tapi pasti.

"Sssshhhhh... " tetap saja Aldy meringis menahan rasa pegal.


"Mmmmmhhh... " di pihak lain Pak Doni

Lalu duk duk mulai terdengar.
***

"Oh jadi itu sumber suaranya... hahaha..." Awang tergelak merasa lucu.

"Ya gitu deh..."

Dengan sengaja tangan Awang mengarah ke selakangan Aldy.

"Hmm ngaceng ya..." Awang merasakan ada yang keras.

Aldy pun tangkas segera mengarah ke selakangan Awang. Namun belum sampai menyentuh Awang segera menangkis. Aldy mencoba lagi.

"Ssstttt.... ini di tempat umum!" bisik Pak Doni di belakang mereka.

Ah, seperti Pak Guru saja nih bapak satu ini.
***

Genjotan Pak Doni memang hebat. Pelan teratur tapi dalam dan menyentuh satu titik. Setiap titik itu tersentuh timbul gelenyar nikmat sehingga Aldy semakin pasraahh (ah jadi inget iklan komeng). Emosi pemain senior memang lebih stabil dan tak terburu nafsu. Pak Doni juga tampak menikmati setiap gerakan.

Kontol Aldy menjadi tegang dan berayun ayun... semakin lama dia merasa kalau dia ingin orgasme.  Memang ini bukan pertama kali bagi Aldy menjadi bot namun ini kali pertama bagi dia merasa ingin orgasme tanpa disentuh. Wah Pak Doni emang top. Hanya yang disesalkan, Pak Doni miskin variasi. Ya cuma satu gaya itu saja sampai orgasme.

"Sssshhh aku rasa mau crot neh...." ujar Aldy yang mulai meraih kontolnya dan mengocok.

Pak Doni melihat dan melarang.

"Nikmatihh sajahhh.... nti juga .. keluar ... sendiri..." kata Pak Doni sambil tetap bergerak.

Memang benar kata Pak Doni tak lama kemudian kontol Aldy menyemburkan sperma banyak sekali. Bahkan menyemprot dada Pak Doni. Setelah itu baru Pak Doni memejamkan mata dan tetap memajumundurkan pantatnya dengan irama yang sama. Sementara Aldy menikmati wajah pasangannya yang hendak menuju ke kenikmatan.

"Ahh ahhh ahhh.."

Wajah Pak Doni makin memerah dan seketika urat-urat di lehernya menegang. Lalu dia melambat meski masih memasuk keluarkan rudalnya. Pak Doni mencapai orgasme.

"Keluar ya?" ujar Aldy berbisik.

Lalu mereka berciuman bibir. Pak Doni mencium kening Aldy.

"Thanks ya sayang..." kata Pak Doni

Mirip ciuman ayah yang bangga karena kita membuatnya tersenyum.

***

"Kamu sendiri berapa ronde dengan si kembar? Siapa yang jadi bot?" tanya Aldy mengharap cerita Awang.

"Sama sekali tidak"

Aldy tampak tak percaya. Awang tidak berbohong. Dia hanya bermain dengan salah satu yaitu Andra. Bukan dengan si kembar. Lalu Awang melanjutkan.

"Semalam aku justru bertengkar dengan Andre karena dia memaksaku" Awang membelokkan.

"Kamu diperkosa?"

"Aku lelah mau tidur tapi dia maksa... ah sudahlah sudah selesai masalahnya kok!"

"Ooo jadi bukan karena rebutan mau fuck kamu... hehehe..."

"Memangnya kamu apa? ... sini aku fuck!"

"Yuk aja... di mana?" tanya Aldy cepat.

"Hahaha... dasar!"
***

Hampir petang baru mereka masuk terminal kampung rambutan dan berpisah jalan. Di terminal mereka sempatkan diri berfoto berenam. Pak Doni kebagian jadi tukang foto lagi hahahaha.....

5 comments:

Arya S said...

Jadi gay backpakerx abis neh?

Robby said...

Arya, hahaha... ga juga. Itu cuma cerita saja kok...

Anonymous said...

gw suka dengan karakter Pak Doni :D

Zutroyzky Printa Mc Olyespania said...

Kyknya asik yah klo bneran ada gaybackpakker..... ni cerita kyk cerita asli!!!! Klo bneran gw penasaran sama mukanya awang sampe di kejer2 sama si kembar, yg body nya ciihhuuyy.... hahahahaha


Robby bkin sikuelnya donk cerita yg ini, sumpah gw ngakak bacanya sampe si dede bediri

Robby said...

Zurofky, itu karena si kembar emang suka bertaruh saja kayaknya... Muka Awang biasa saja kok.