22 March 2011

Gay Backpacker 5

Kisah Odi (Oxygen, OR, SO)


Hampir sebulan di Pangandaran ini aku menyepi setelah putus dari Oyung, seorang dj. Kami punya julukan sendiri (ah aku jadi meneteskan air mata) karena setiap kami ada, kami selalu  memberi kesegaran dan keceriaan. Kami pasangan yang menyegarkan suasana dan kami juga sadar kalau kami banyak dicari orang yang butuh kehadiran kami. Kami menyebut diri kami adalah O dua (oksigen) kependekan dari Odi dan Oyung.

"Di... aku harus kawin dengan si Sinta.." cetus Oyung sambil memandang laut malam.

Aku jadi ingat ketika Oyung mengucapkan...

"Di... aku dijodohkan dengan si Sinta.."

Nadanya persis sama. Posisinya mirip. Aku merasa dejavu.

Waktu itu kami habis makan di Pantai Indah Kapuk berdua. Lalu kami menghabiskan waktu bersama hingga waktu kerja dimulai. Aku yang banyak cerita sedang Oyung banyak diam. Sungguh tak menyangka sekali bicara dia buatku limbung.

"...karena itu kita harus mengakhiri hubungan ini." tambahnya.

"Loh kenapa harus berakhir? Aku rasa tidak masalah kalau kamu memiliki istri wanita. Asal kamu tidak memiliki lelaki lain..."

"Tidak Di. Aku sudah menceritakan semua pada Sinta... Dia mau menerimaku asalkan aku mau kembali pada jalan yang benar..."

"Jadi menurut kamu yang kita jalani adalah tidak benar?"

"Hmm bukan begitu. Aku rasa aku harus memilih salah satu. Aku tak mau menyakitimu karena mungkin aku tidak bisa memberi perhatian yang seperti dahulu..."

"Aku rela jadi yang kedua... plis... " aku mulai meminta.

"Lebih baik kamu memikirkan lebih jauh ke depan dan bukan emosi sesaat ini saja"

Oyung berdiri dan melemparkan sebuah kerikil kuat-kuat ke arah laut. Seakan dia ingin menjauhkan perasaan sayang yang dulu dia juga miliki buatku. Seakan ingin membuang kisah yang pernah ada demi perempuan berjilbab pilihan mamanya. Aku mulai meneteskan air mata tapi tidak ada pelukan yang menentramkan seperti dahulu.

Orang mungkin tak percaya kalau melihatku. Fisikku terlihat kuat dan tegar. Pembawaanku tegas dan tak tergoyahkan. Orang bilang aku seperti tentara apalagi aku suka potong rambut pendek. Namun hatiku lembut tapi pembawaanku tidak ikut lemah gemulai. Emosiku mudah terpancing. Kalau bersama Oyung selalu klik seperti api dan bensin. Sekali Oyung lemparkan lelucon, aku menimpali dan grrrr orang sekitar kami terpingkal-pingkal. Kami berdua seperti sahabat kental dan tidak lengkap dan kurang asik kalau kami tidak bersama.

"Lupakah kamu pada sumpahmu untuk sehidup semati bersamaku?" ungkitku.

Oyung hanya terdiam.

"Please! Jangan akhiri hubungan kita ya..." aku memohon

"Maafkan aku Di..."

"Kita bisa back street..." aku mengiba

Ya selama ini kami juga melakukannya. Tidak ada yang tahu kalau kami adalah kekasih. Aku rasa aku harus mengucapkannya. Aku bersungguh-sungguh inginkan dia.

"Sekali lagi, maafkan aku Di..."

Itulah akhir percakapan kami. Setelah itu hanya diam dan air mata. Air mataku dan air matanya. Aku tau kalau dia juga terluka. Dia dalam keadaan terdesak dandia harus memilih. Aku mengerti  dirinya meskipun aku tidak bisa terima itu.

***

Sudah dua minggu aku hanya makan tidur makan lagi tidur lagi makan lagi tidur lagi. Aku benar-benar stres. Uangku semakin menipis. Tabunganku kukuras untuk membeli minuman dan mabuk dari pagi hingga siang. Sore sebelum temanku pulang aku sudah membereskan semua supaya dia tidak tahu yang kulakukan untuk menghilangkan stresku. Temanku sangat baik memberiku pinjaman kamar tamunya sampai waktu tidak terbatas.

Di waktu lain aku fitnes gila-gilaan sampai pegal semua badanku. Lalu aku makan banyak-banyak ikan bakar yang kubeli langsung dari pantai. Hanya dibakar begitu saja tanpa bumbu. Apalah arti bumbu kalau hidupku juga sudah tawar begini. Untung saja aku tidak memakannya mentah-mentah.

Temanku tahu aku putus cinta namun dia tidak tahu kalau cintaku adalah seorang cowok. Karena kebaikannya aku tidak mau membebankan lebih banyak lagi pikiran padanya. Aku bilang aku ingin menenangkan diri barang sebulan. Sabtu dan Minggu aku gunakan untuk mengunjungi daerah wisata di seputar Pangandaran.

Bayangan Oyung tetap saja membuntutiku kemana pun aku pergi. Di Batu Hiu dia ada. Di Karang Nini dia juga ada. Di Green Canyon seakan aku juga lihat dia. Di Pantai seakan dia juga di sana.

Siang itu aku berjalan tanpa arah sampai kutemukan pengumuman lowongan kerja sebagai penari diskotik. Aku melamar dan diterima. Aku pernah sekali tampil dengan grup GSP sewaktu aku SMA loh... Kesibukan latihan tari membuatku sedikit banyak melewatkan waktuku bersama teman-teman baruku.

***

Hingga malam itu. Malam aku bertemu dengan Mas Bule yang bersama dengan Hulk. Mas Bule itu begitu mengingatkanku dengan Oyung. Tidak persis tapi sebelas dua belas lah... dan aku tahu Mas Bule bukanlah Oyung.

Saat itu tinggal satu tari terakhir yaitu striptis bersama lima orang temanku yang lain. Dan asal tahu saja, ini adalah pengalamanku pertama menari striptis. Menurut temanku tidak beda dengan tari biasa. Kami melatih koreografi sampai batas tertentu. Selebihnya adalah spontanitas kami sebagai penari. Semakin menarik bagi tamu maka semakin banyak tips yang kami dapat.

Kuenyahkan rasa malu. Toh di situ juga tidak ada yang kenal pikirku. Apalagi saat menari kami memakai topeng yang menyembunyikan identitas kami sebenarnya. Hingga saat tarianku mendekati Mas Bule kubisikkan kalau malam ini aku ingin bersama mereka. Aku tidak ingin melayani tante yang tadi memberikan nomer hape meski aku tau aku bisa saja menaikkan tarifku. Tapi malam ini aku kangen sekali dengan Oyung semoga mas Bule bisa menggantikan.

"Boleh aku ikut kalian pulang ke hotel?"

Rudi dan Andre tertawa.. akupun ikut tertawa. Akhirnya kami berjalan menuju hotel tempat mas Bule alias Rudi menginap. Tidak jauh jaraknya dari diskotik tempatku bekerja.

"Jadi kamu penari yang tadi ya, Di?" Andre meyakinkan.

"Bukaaannnn..." kata Odi sambil tertawa mengerjai.

"Sexy juga kamu ya... hebat bisa menari seperti itu" puji Rudi

Odi senang saja dipuji begitu. Pujian adalah kalimat yang lama sudah hilang sejak tidak ada kontak dengan Oyung. Buatnya ejekan dan pujian Oyung bagaikan hujan yang menyejukkan di musim kemarau. Selama mereka masih saling mengejek atau memuji itu artinya cinta mereka masih ada. Tapi beda kalau sudah diam tanpa kontak begini.

Mereka bertiga mengambil kunci di resepsionis lalu naik ke kamar mereka. Andre tiba-tiba terhuyung. Untung saja Odi tanggap dan menangkap. Rudi membantu dan mendudukkan Andre ke kursi terdekat.

"Kenapa Ndre...?" tanya Rudi.

"Gak. Tidak apa-apa..." ujar Andre sambil menelan ludah.

"Kamu mungkin kelelahan... sebaiknya istirahat Ndre..." saran Odi.

Akhirnya mereka membantu Andre naik ke atas. Sebenarnya Andre menolak tapi mereka bersi keras memapahnya.

"Sudah sini saja... " begitu kata Andre saat melewati kamar Rudi.

"Biar aku ke kamarku sendiri... Odi bisa tidur bersama Rudi. Selamat menikmati ya..." bisik Andre lalu terkekeh.

Aku dan Rudi masuk ke kamar tempat Rudi menginap.


Sesudah mengunci pintu aku memeluk Rudi erat-erat. Entah emosi darimana aku sesenggukan. Aku menangis sejadi-jadinya. Sekali lagi, aku tahu itu bukan Oyung tapi Rudi. Tapi emosiku yang tertekan tidak bisa dibohongi kalau aku benar-benar merindukan Oyung.

"Maafkan aku Rud..." ujarku sambil membersihkan ingusku.

"Apa kamu ingin cerita?" Rudi menawari.

"Tidak. Tidak malam ini... aku ingin... kalau kamu mau... aku ingin bercinta dengan kamu. Malam ini aku ingin menikmati dan dinikmati..."

"Benar? Sungguh??" Rudi meyakinkan...

Aku menelanjangi diriku sebagai bukti kesungguhanku.

***

Andre mengetuk pintu kamarnya karena ternyata Andra mengunci dari dalam. Andra membukanya dari dalam. Andra masih bertelanjang bulat sementara keadaan kamar masih gelap.

"Sama siapa? Awang ya...?" tanya Andre.

Deretan gigi putih Andra jadi tampak.

"Awww..." Andra berteriak ketika tangan Andre menyambar kontolnya dan meremas.

"Shit! Lepas Ndre..."

Andra menyambar telinga Andre dan menariknya keras-keras. Seperti anak kecil saja candaan mereka.

Awang terbangun karena keributan itu. Dia mengambil selimut dan menyelimutkan ke tubuh telanjangnya. Awang sempat mengucek matanya karena serasa matanya berbayang. Tapi segera dia sadar kalau itu adalah Andre saudara kembar Andra. Andre mendekati tubuh Awang yang telanjang dan menindihnya. Namun Awang mengelak...

"Sudah malam Ndre... aku mau tidur..." tolak Awang.

"Wang... ayolah... apa sih bedanya aku sama Andra?" kata Andre.

"Kalau aku bilang gak mau, ya gak ...!" Awang ikut membentak marah.

Suasana lalu hening. Awang lalu melepas kondomnya dan memakai celana serta kaosnya untuk siap pergi.

"Wang sabar wang...!" Andra menengahi.

"Gak sah Ndra... urus saja saudaramu tuh...!"

Awang begitu emosi mendorong tubuh Andra yang besar ke samping. Sebelum sampai ke pintu, tangan Awang diraih oleh Andre.

"Wang... maaf... aku minta maaf" Ini kedua kali Andre meminta maaf selama backpack.

Tangan Awang digenggam, Andre memaksa meraih telapak tangan untuk bersalaman tanda benar-benar minta dimaafkan. Emosi Awang mereda melihat kesungguhan Andre. Satu lagi yang menyergap dalam pikirannya adalah Zaky yang ngoroknya bikin tidak bisa tidur.

"Jangan diulangi..."

Andre mengangguk. Di sudut lain Andra menghembuskan nafas lega lewat mulut.

"Kamu mandi dulu saja Ndre... baru tidur!" Andra menengahi keadaan.

***

"Cumbulah aku... Rud. Plis.. hanya untuk malam ini" Odi memohon.

Odi masih mengenakan cawat putih yang tadi dipakai di pertunjukan striptis. Cawat itu terbuatdari bahan polivinil yang tipis yang mengekspose tonjolan Odi yang besar dan memanjang ke samping kiri karena panjang.

Rudi tertarik tapi dia jadi was-was karena mungkin Odi sedang tidak sehat. Kelakuannya kurang wajar. Ada sesuatu yang didambakan namun entah apa, pikir Rudi. Ah persetan dengan semua itu. Tentu nikmat kalau bisa menikmati tubuh semacho dan seindah tubuh Odi.

Rudi mendekat dan mencium pipi Odi lalu merambah ke leher Odi. Api birahi mulai menyala. Odi mendesah nikmat dengan mata terpejam. Tubuhnya berada di situ tapi imajinasinya ada di tempat lain bersama Oyung. Air matanya menetes. Air mata bahagia, perih, sakit hati, sekaligus air mata bersalah karena pengkhianatan. Nafsunya mengkhianati dia dan Oyung.

"Kamu tidak apa-apa Di?" Rudi menghentikan cumbuan.

"Nggak... teruskan.. aku .. merasa bahagia.. bahagia sekali" Odi tersenyum dipaksakan.

Rudi menjilati telinga Odi hingga Odi mendesah nikmat. Lalu digigitnya bibir Odi dan dikulumnya bibir sexy itu. Sementara tangan Odi yang dingin bergetar dan memeluk tubuh Rudi. Cumbuan Rudi bergerak turun dan memainkan puting Odi, menjilati, dan menggigit puting hitam yang menonjol menggemaskan.

"Ssshhhhhh....." desah Odi meremas rambut Rudi yang berwarna pirang.

Rangsangan Odi membuatnya geli, merinding, terangsang dan sekaligus membuat kontolnya tambah tegang. Mata Odi masih memejam di antara kelopak yang basah. Rudi sangat menikmati mencumbu tubuh Odi yang tegap itu. Tangannya tak tahan untuk tidak membelai dan meremasi bagian menonjol di selakangan Odi.

Rudi mengulum bibir Odi yang sekarang mendapatkan respon yang seimbang dari Odi. Tubuh Odi didorong ke arah tempat tidur lalu ditindih. Sedang pantat Rudi bergerak naik turun meski dia masih berpakaian lengkap.

Dengan cepat Rudi menelanjangi dirinya dan memelorotkan cawat Odi. Dua pria bertelanjang bulat saling menindih dan terbakar birahi. Rudi bergerak lebih ke bawah lagi mengulum keluar masuk kontol Odi yang panjang. Lebih panjang dari milik Andre pastinya...

"Aawwwhhh ssshhh...." Odi mendesis menahan nikmat.

Tubuh Odi menegang karena rangsangan hebat Rudi. Rasanya ingin lolos saja semua tulang dan sendinya. Otot-ototnya menegang tak karuan karena hisapan Rudi yang dahsyat. Rasanya seperti dibawa terbang ke langit ketujuh. Odi menggelinjang karena cairan yang sudah menumpuk di batang kontolnya. Namun sebelum mencapai titik naik untuk klimaks Rudi melepasnya. Odi tersengal-sengal dibuatnya.

Odi memang hidup di dunia malam tapi dia tidaklah liar. Selama ini dia hanya bercinta dengan Oyung saja itupun jarang. Dalam dunianya perasaan dan klik yang paling dijaga. Sex baginya hanya selingan semata. Maka kali ini dia begitu tak kuasa menahan permainan Rudi.

Rudi langsung tahu tipe pemain sex macam apa sang penari striptis ini. Dia belum pro sama sekali dalam dunia sex. Seorang gigolo harus bisa bernafsu tanpa terbawa nafsu. Rudi pernah sekali bermain dengan seorang gigolo. Dia belajar banyak dari sahabat fbnya itu.

Rudi mempersilahkan Odi untuk memainkan permainan yang sama pada kontolnya. Namun Odi agak canggung sepertinya. Bukan canggung sesungguhnya. Odi sedang ragu. Jiwanya tercabik antara kenikmatan ragawi dan kesetiaan terhadap Oyung yang jelas telah membuangnya. Tentu dia sedang menikmati bulan madunya entah dimana...Oyung pasti bahagia dengan istri dan melupakannya.

Odi menggenggam dan mengocok kontol Rudi. Sambil meneteskan air mata, dikulumnya kontol Rudi. Bukan air mata terpaksa. Tapi air mata karena saat ini dia sangat rindu dengan Oyung. Dia merasa harusnya dia melakukan ini dengan yang dicintai saja. Namun jauh dalam hatinya dia membutuhkan seseorang mengisi ruang kosong yang telah ditinggalkan pemiliknya.

Rudi mendengar Odi menarik ingus. Rudi lalu bangun.

"Odi.. Odi.. sudah... jangan teruskan... sudah...sudahlah!"

Odi menangis sesenggukan di bahu Rudi. Rudi memeluk Odi dengan erat. Sebuah pelukan yang menentramkan hati.

"Maafkan aku..." kata Odi di sela tangisnya.

***

Nun jauh di sana di suatu tempat yang indah di bumi ini... Oyung keluar kamar dan lari ke tepi pantai. Dia meninggalkan Sinta yang telah terlelap di sana. Terlelap dalam senyum puas karena sudah menjadi nyonya Oyung.

Pantai begitu gelap. Hanya kadang tampak ombak putih mendekat ke pantai.

"Odiiiiiiii akuuu kangeeeennn kamuuu...." teriaknya pada debur ombak yang membasahi kakinya.

Oyung sesenggukan. Air matanya menetes bercampur air laut....


*keterangan judul
O2= oksygen = oksigen = Odi + Oyung
OR= Atau = Odi + Rudi
SO= Sulfur oksida = Sinta + Oyung

6 comments:

Unknown said...

Romantis + Dramatis
I LIKE this Story

Robby said...

MW, thanks....

Anonymous said...

Kamu lagi kangen sama siapa, Robb????

Robby said...

Gak... aku ga kangen. Hmmm... jangan terlalu membayangkan kalau cerita yang kubuat adalah cerminan isi hatiku. Itu bukan puisi kan...?

Anonymous said...

Romantis dramatis gt deh maz... Tp bgus bgt, aq lbh suka dg critanya sampean yg romantis gini...:)
Sukses ya bwt next story nyaa

Zutroyzky Printa Mc Olyespania said...

Mnrut gw ni cerita asli yah?