22 October 2010

NODA PUTIH PERSAHABATAN

Noda Putih Persahabatan
Cerita Sebelumnya: Noda Merah Persahabatan

Di tengah perjalanan memacu motor ke rumah Shandy hujan kecil menerpa. Idho mengacuhkan dua tiga tetes hujan. Semakin mendekat ke rumah Shandy hujan makin menjadi. Tanggung  sekali kalau berhenti dan berteduh. Beberapa belokan lagi saja, begitu pikir Idho. Dia menambah kecepatan motornya namun tetap waspada.

Masuk ke gang rumah Shandy hujan makin menjadi. Kaus putih di dada Idho sudah mulai basah.  Dia juga rasa kalau tetes air sudah mulai merembes ke celana dalamnya. Rumah Idho sudah  nampak di ujung sana saat bleg bleg bleg.... mesin motornya melambat dan mati. Dia baru  sadar kalau sudah 2 hari ini tidak mengisi bensin. Tangkinya sama sekali kosong. Dia mencoba menstaternya lagi. Berharap masih ada sisa bahan bakar untuk sampai ke rumah Shandy.

Harapannya sia-sia. Dituntunnya juga motor itu sepanjang jalan. Benar-benar kuyup dia sekarang. Ah... biarlah nanti aku pinjam baju dan celana Shandy, begitu pikir Idho. Sesampai di rumah Shandy distandarkannya motor di tempat yang teduh. Lalu Idho menuju ke gang sebelah rumah, ke jendela Shandy.

Jendela kamar Shandy terbuka lebar ke kanan dan ke kiri. Perlahan Idho mengendap dan mengintip ke dalam dari bawah jendela. Di pojok ruangan tampak Shandy tidur menghadap dinding. Tepat di depan jendela adalah meja belajar Shandy. Sebuah meja sederhana yang lapis kertas kado dan plastik mika. Meja itu rapi dengan buku-buku yang tertata di samping.

Suasana kamar agak remang karena awan tebal mencurahkan hujan. Tiba-tiba Idho terasa menggigil kedinginan. Dibuka baju dan diperasnya lalu celananya. Ya dia melakukan itu karena gang ini terlindung tanaman depan dari jalan. Lagian tempat ini juga agak gelap. Sewaktu Idho membuka celana, kontolnya langsung ngaceng. Dia juga tidak mengerti kenapa. Tapi karena itu timbul ide ingin mengulang peristiwa beberapa minggu yang lalu.

Perlahan Idho naik ke kusen jendela. Shandy masih terlelap. Idho mendekati perlahan. Saat itu Shandy bergerak membuat selimutnya tersingkap. Ah tampak pantat Shandy yang mulus. Di dalam selimut rupanya Shandy tidak mengenakan celana. Idho memutar otak cara  untuk mendapatkan... langsung atau bagaimana?

Idho tidak ingin membuat kasur atau selimut Idho basah. Diambilnya handuk Shandy yang digantungkan di belakang pintu. Idho melirik ke Shandy, tampaknya tidur seperti bayi. Angin yang bertiup dari jendela membuat Idho menggigil lagi. Sedangkan di dalam selimut Shandy tampak sangat hangat. Masih bertelanjang bulat, Idho menyelusup ke dalam selimut Shandy lalu memeluk Shandy yang tak memakai celana dari belakang.

Seketika Shandy kaget karena ada tubuh dingin memeluknya. Dia duduk dan segera dia sadar.

"Hoooaaaa... gila kamu dho! Kamu mau perkosa aku ya..."

Melihat sahabatnya kaget tapi tak tampak marah seperti diduganya, Idho tampak lega. Dia tersenyum.

"Sori Shan, aku kehujanan..."

"Masuk dari mana?"

Idho menunjuk jendela dengan dagunya. Idho menceritakan secara singkat kenapa hingga dia  telanjang dan sampai masuk ke selimut Shandy. Bahkan selama bercerita entah kenapa kontol Idho masih saja tegang. Shandy sering melirik ke kontol Idho.

"Aku pinjam bajumu nanti ya..."

"Gak. Biarin kamu pulang telanjang bulat begini kalau..."

"kalau apa?"

"Kalau kamu ga ML dulu sama aku"

"Apa?"

Shandy hanya tersenyum. Idho segera mencium mulut Shandy. Mereka segera berciuman mesra. Rupanya ada rindu terpendam dari dua sahabat ini.

"Kamu kenapa menjauhiku, Shan? Apa salahku sih?" tanya Idho sambil pelukan.

"Hmm aku.. aku sengaja... aku merasa suka sama kamu. Aku pikir..." Shandy terdiam.

"Kenapa kamu tidak bilang? Aku juga suka sama kamu"

"Tapi... apa kamu tidak takut dibilang homo kalau kita sering bersama?"

Idho terdiam. Ada benarnya perkataan Shandy.

"Kamu tau ga sih kalau aku merasa tersiksa karana ga bisa bicara sama kamu"

"Aku... aku tak ingin persahabatan kita putus" ujar Shandy

"Persahabatan kita ga bakal putus..."

"Iya. Aku cuma takut kehilangan kamu... aku juga kangen kamu, Dho"

Mereka berdua berciuman dan berpelukan. Idho merasakan di dadanya bergelora cinta yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Kepergian dan menjauhnya Shandy hanya membuatnya rindu setengah mati.

Tubuh keduanya sudah telanjang bulat dan Shandy membagi kehangatannya bagi Idho. Nyaman sekali mereka bersentuhan kulit dengan kulit. Kulit Idho yang lebih dingin menyejukkan dan menyegarkan Shandy. Sebaliknya kehangatan Shandy membuat nyaman dan betah Idho untuk tidak meninggalkan sentuhan dan pelukan mereka.

Idho menggerakkan pinggulnya ke kanan ke kiri.

"Hhhh mmm oowww...."

Dua kontol remaja itu bergesekan. Kontol dengan tingkat sensitivitas rangsangan tinggi. Hormon mereka yang dalam tingkat tertinggi dalam kehidupan manusia membuat gejolak dan nafsu sex mereka tak tertahankan lagi. Mereka jatuh dalam lautan asmara yang harusnya tidak dilakukan dalam umur sebegitu muda. Mereka dililit buaian sex yang menggairahkan.

Tubuh Idho bergetar merasakan nikmatnya rangsangan. Gairahnya tak tertahankan dalam bercumbu dengan Shandy. Idho segera memeluk dan menindih tubuh Shandy. Asmara mereka tercurah sederas hujan di luar. Ciuman bertubi-tubi dan saling menikmati.

"Shaaannnn.... ini nikmat bangeetttt..." erang Idho.

Pantat Idho naik turun dengan naluri. Kontolnya menggesek perut dan kontol Shandy. Tidak hanya sekali tetapi berkali-kali. Semakin digesekkan semakin nikmat.

"Dho.. masukin lagi mau?"

Idho tersenyum.. tentu saja dia mau banget. Diangkatnya dan dikangkangkan paha Shandy. Cih cuih! Idho meludah di lubang dubur Shandy...

"Aaahhh... " ada erangan dari mulut Shandy saat ludah hangat menyentuh lubang itu.

Tak tertahan lagi langsung saja Idho mengarahkan rudal dengan tangan kanannya ke lubang itu. Lalu perlahan ditekan.

"OOooaaaakkk....." Shandy menahan sakit.

"Kamu santai saja, Shan..." kata Idho.

Shandy menarik nafas mencoba rileks dari ketakutan rasa sakit yang pernah dialaminya. Lalu setelah beberapa kali menghembus nafas, kontol Idho masuk dengan perlahan. Masuk ke dalam lubang hangat sehangat tubuh Sandy. Terasa remasannya.

Idho tersenyum kepada Shandy. Mulut Shandy monyong minta dicium. Idho maju dan mereka berciuman sementara Idho terus menekan pantatnya memasukkan rudalnya itu. Pantatnya tak tertahan untuk tidak bergerak. Angin dingin yang menyusup melalui jendela tak lagi terasa dingin tapi sejuk seperti AC.

Gelenyar nikmat ada di seluruh ujung syaraf kontol Idho. Menggelenyar mengalir ke seluruh tubuh melalui neuron disimpan di sel-sel abu sebagai sebuah kenikmatan yang tiada tara. Sel abu ini akan terus menguat dan menjadi suatu obsesi di masa mendatang.

"Aaahh ahh ahhh ... nikmat Shan..." erang Idho.

Shandy sangat menikmati kejantanan Idho dan menikmati betapa perkasa dan gagah sahabat terbaiknya itu.

"Capek dho?" ujar Shandy melihat muka sahabatnya memerah dan berkeringat tapi sangat bernapsu.

Idho sangat serius tidak menjawab.

Namun setelah beberapa kali goyangan lagi dia beristirahat.

"Biar aku yang diatas, Dho..." Shandy menawarkan

Mereka berbalik Idho tiduran sedangkan Shandy duduk dengan kontol Idho tetap menancap. Shandy memelintir putingnya sendiri dan melenguh keenakan saat mulai naik turun mengeluar masukkan batang Idho yang keras dan tegak.

Idho melihat dan memegang pinggang Shandy yang naik turun. Dia juga mengatur apabila Shandy mengeluarkan terlalu tinggi.

"Ssshhhh yeeeahhh.." erang Shandy nikmat.

Idho menggenggam kontol Shandy yang naik turun. Kontol Shandy seperti terkocok oleh geraknya sendiri. Tiga rangsangan di puting, kontol dan anus membuatnya cepat mengalami orgasme. Crot! Pejuh Shandy muncrat ke muka Idho dan ke bantalnya sendiri yang langsung membentuk noda transparan di sana. Sisa pejuh Shandy ada di dada dan perut Idho.... gerakan Shandy melambat dan berhenti menikmati puncak asmaranya.

Dia mencoba naik turun lagi. Namun perih yang terasa sekarang. Dia merasa takut dan bersalah karena dia puas sebelum Idho puas. Kontolnya mengecil. Segera dia kehilangan keinginan dan  napsu untuk bersetubuh. Shandy melepas kontol Shandy dan tiduran di samping Shandy.

Idho meraih tisyu yang ada di samping tempat tidur untuk membersihkan muka dan dada serta perut dari pejuh Shandy. Dia pun mengulurkan selembar pada Shandy kalau-kalau dia mau menghapus sisa pejuh di ujung kontolnya sendiri. Lalu Idho bangkit dan mengambil baju dan celana Shandy yang digantung di belakang pintu.

"Mau kemana, Dho?"

"Mau kencing sebentar" ujar Idho.

Kebetulan rumah Shandy sedang sepi. Entah ke mana penghuni lain. Idho langsung menuju ke kamar mandi Shandy. Setelah kencing, dia membersihkan kontolnya dengan air dan sabun hingga wangi. Dia mengelap dengan bajunya dan kembali ke kamar lagi.

Masuk ke dalam kamar Idho lalu memandang Shandy yang tidur sambil tersenyum. Damai sekali wajahnya. Tampak kepuasan dalam dirinya. Idho mencium dan mengulum bibir Shandy yang merah. Shandy membuka mata dan membalas ciuman Idho.

"Punya kamu sudah dicuci, Dho?"

Idho mengangguk sambil tersenyum lalu mencium bibir Shandy. Lalu Shandy bergerak ke bawah dan memelorotkan celana pendek yang dikenakan Idho. Kontol Idho sudah ngaceng lagi karena memang belum terpuaskan. Jembut Idho yang tebal masih terasa lembab dengan bau wangi sabun yang dominan. Shandy dengan sayangnya mengulum kontol Idho yang tambah hari semakin besar dan mirip milik orang dewasa saja.

"Ooouugghhhh.... mmmmhhh...."

Idho menengok dan menikmati pemandangan seperti di bokep. Ini lebih keren dari sekedar bokep. Rasanya nikmat banget. Kontolnya terasa keras sekali. Rasa hangat dan isapan mulut Shandy begitu nikmat.

Idho menekuk lututnya sehingga posisinya lebih mengangkang. Sementara kontol Shandy sudah tegang lagi. Shandy berputar dan mengangkangi muka Idho. Idho menjilati dua telor Shandy yang bergelantungan di atas hidungnya. Tak tahan diraih batang Shandy dan ditekuk hendak dimasukkan ke dalam mulutnya. Karena sakit tertekuk, Shandy mundur dan tidur menyamping.

Setelah cukup nyaman, Shandy juga memasukkan kontol Idho ke mulutnya. Posisi umum yang mereka temukan tanpa ada yang mengajari. Jauh hari mereka baru tahu bahwa mereka pernah melakukan posisi legendaris yang bernama posisi enam sembilan.

"Shaaannnn aku hampir neh...."

Shandy sedang menahan nikmat kocokan tangan Idho ada kontolnya dan tidak mendengar. Crot crot crot! Shandy setengah terkaget ketika ada semburan hangat dari kontol Idho dan langsung glek melewati tenggorokannya. Tersisa lendir lengket yang berasa asin.

Idho orgasme sambil tetap meremas dan mengocok kontol Shandy. Hanya saja kocokannya jadi tidak teratur.

"Yeeahhh Dho ... aku mau muncrat sekali lagi..."

Crot... ada sedikit yang mengenai muka Idho. Tapi sebagian besar tumpah ke sprei membentuk noda putih basah berbau khas. Kini Shandy memiliki noda pengingat di spreinya. Noda sperma Idho tidak tumpah di sprei tapi di dalam jiwa Shandy. Tidak akan hilang sampai kapan pun.

Idho menghubungi keluarganya untuk menginap di rumah Shandy malam itu karena motor yang mogok dan hujan lebat yang tidak berhenti juga. Malam itu mereka hampir tidak tidur menguras sumur noda putih remaja mereka. Mereka sangat menikmati kenangan malam itu. Kenangan yang membawa mereka ke sebuah jalan petualangan sebagai pencinta sesama.

3 comments:

Anonymous said...

Keren, kapan2 mw share cerita jg ah

Anonymous said...

coba itu real...mau dunk kenalin ma mereka hehehhe...
Rob...yg lain jangan kelamaan ya postingnya :p

-D-

Anonymous said...

hmmm.....
aku suka cerita yang romantis seperti ini...
walaupun kadang risih dengan adegan sex nya...
tapi aku suka cerita ini...
kapan ya aku punya sahabat seperti Idho