Showing posts with label keringat. Show all posts
Showing posts with label keringat. Show all posts

15 October 2009

TUKANG KEBUN GATAL 3

Tukang Kebun Gatal 3

Cerita Sebelumnya:
Tukang Kebun Gatal 1
Tukang Kebun Gatal 2

Cerita ini dibuat khusus yang menampilkan pemikiran masing-masing tokoh yang terlibat

Ringkasan cerita sebelumnya:
Robby berkenalan dengan tukang kebun yang bernama Ripin. Ternyata bagai gayung bersambut.Kekaguman Robby terhadap Ripin disambut dengan keinginan Ripin menikmati tubuh Robby. Namun Robby tidak ingin tergesa-gesa, sedangkan Ripin yang polos bingung dengan kelakuan itu. Robby ingin menikmati masa-masa berdua dengan Ripin di rumahnya.


Aku dan Ripin berenang telanjang bulat di kolam renangku. Kami berdua bercanda hingga tidak lagi ereksi. Kami semakin akrab, bukan seperti majikan dan pekerja, tapi lebih dari kawan lama yang tak berjumpa. Kami saling ciprat. Saling kejar, saling peluk ...

-------------------
Ah, sungguh menyenangkan bermain air di kolam pribadi orang kaya. Ini pertama kali aku menikmatinya, sambil telanjang bulat lagi, seperti di kali waktu kecil saja.

"Naa kena..." Pak Robby menjerit memelukku dari belakang.

Kontolnya langsung saja menyentuh pantatku. Badannya menyentuh badanku. Kontolku yang sudah lemas tiba-tiba menegang kembali. Kupandangi wajahnya. Begitu dekat. Begitupun Pak Robby.
-------------------

___________________
Terlalu asik bercanda dengan Ripin aku tak sadar memeluknya. Ya, aku dan dia masih telanjang bulat. Tubuhku melekat di tubuhnya. Wajahku begitu dekat dengan wajahnya. Kudekatkan bibirku ke bibir Ripin. Agak kikuk, tapi Ripin memejamkan mata, segera kulumat bibirnya.

Kecipak dan debur air yang sedari tadi bising tiba-tiba saja lenyap. Diganti dengan dengus nafas dua manusia yang sedang birahi.
___________________

-------------------
Kubiarkan bibirku diciumi, dihisapi, digigiti oleh Pak Robby. Ludahnya terasa manis. Ah begini rupanya rasa ciuman bibir seperti di film-film barat. Tak tahu apa yang harus kuperbuat. Kunikmati saja hisapan bibir lembut dan merah lelaki kaya ini. Bibirnya lembut sekali. Hangat saat menyentuh bibirku. Nafasnya mendengus tanda nafsunya terbangkit.

Lidah Pak Robby menjelajah bagian dalam mulutku. Gigiku sempat beradu dengan giginya. Ludah Pak Robby terasa manis.
--------------------


____________________
Setelah puas dengan french kiss yang lama kuajak Ripin naik ke tepi kolam. Dia naik terlebih dahulu. Air mengalir di tubuhnya. Tubuhnya mengkilat. Aku tersenyum melihat kontol Ripin yang ngaceng menghadap perutnya. Dia sudah tidak sungkan lagi.

Ripin mengulurkan tangannya di pinggir kolam. Dia menarikku ke atas dan langsung aku menubrukkan badanku. Kami jatuh di pinggir kolam. Kutindih tubuh hitam Ripin. Kami berciuman lagi. Mesra sekali.
____________________

--------------------
Setelah itu Pak Robby memerintahku untuk keluar kolam. Dia mengikutiku dari belakang. Kontolku masih ngaceng tak terkendali. Kuulurkan tanganku untuk membantu Pak Robby naik dari dalam kolam. Mungkin karena tarikanku terlalu kencang, hingga Pak Robby tertarik ke arah tubuhku.

Tapi itu jadi keberuntunganku. Aku dicium lagi. Ha ha ha... seperti suami istri sedang bulan madu saja kami. Sebentar-sebentar ciuman. Aku sih menurut saja, enak sih..

Lalu Pak Robby berjalan dengan kontolnya berayun-ayun mengambil dua potong handuk di dekat situ.

"Keringkan badanmu biar tidak masuk angin" kata Pak Robby.
--------------------

____________________
Aku ingin mendapatkan pengalaman lebih dari sekedar bertindih-tindihan di tepi kolam begini. Kuajak Ripin mengeringkan badan dan masuk ke dalam rumah. Di sofa depan tivi ruang tengah,
aku ingin bermesraan di situ.

Kurebahkan badanku di sofa. Paha kubuka lebar-lebar mengekspos kontolku yang tak mau tidur
lagi.
____________________

--------------------
Aku mengikuti Pak Robby ke dalam rumah. Pak Robby rebahan di sofa kakinya dibuka lebar. Lubang duburnya kemerahan dan tampak sempit. Ah andai kontolku boleh di sana tentu enak. Mungkin lebih sempit dari memek Yu Jamu yang sexy itu. Kudekatkan diriku untuk menikmati
permainan pak Robby selanjutnya.

Aku berlutut di antara kangkangan pahanya memilih mana dulu yang ingin kunikmati. Kusentuh
dada Pak Robby yang tebal dan putih. Lalu perutnya yang berkotak kotak. Lalu kontolnya yang
tegang kukocok perlahan. Pak Robby mendesah kenikmatan.
---------------------

_____________________
Ripin mendekat padaku dan menyentuhku sedemikian rupa hingga rasanya melayang. Nikmat sekali disentuh pria seperti ini. Kejantananku pun diperlakukan dengan lembut. Begitu tepat perpaduan telapak tangan kasar, genggaman mantap dan kocokan lembut. Aaahhh ....

Ripin mendekat hingga kontolnya menyentuh lubang duburku. Dia menggosok-gosokkan kepala
kontolnya di sana. Meski ini yang pertama baginya namun mungkin sudah naluri untuk menemukan kenikmatan di lubang sana.

Sementara tangan kiri mengocok kontolku, tangan kanannya mengarahkan kontol ke lubang dan
mengusapkan air madi yang keluar dari ujung kontolnya. Air madinya banyak.
______________________

----------------------
Kusentuhkan kontolku yang sudah tegang ke lubang pantat Pak Robby. Dia diam saja. Kugesekkan kontolku di lubang yang terlihat rapat dan memerah itu. Pak Robby juga diam saja. Semua kuartikan boleh. Pasti lubang itu lebih sempit dari memek perempuan. Kuarahkan ujung kontolku yang memerah ke arah lubang. Sementara tangan kiriku tetap mengocok kontol Pak Robby yang semakin tegak saja.

Ternyata tak mudah memasukkan kontol ke lubang pantat. Saat kutekan, Pak Robby mendesah meringis sepertinya dia kesakitan.

"Ayo, coba lagi Pinn...!" perintahnya.

Kulihat dia bersungguh-sungguh dengan kata-katanya. Kucoba kuarahkan lagi ke sasaran.

"ooouuhhhh...." dia menjerit.
----------------------

______________________
Rasanya sakit menerima kontol Ripin di duburku. Tapi aku tahu itu hanya sebentar.

"Coba lagi Pin!" begitu perintahku ketika kulihat Ripin hendak membatalkan niatnya.

Ripin memang cepat belajar. Dia akhirnya memaksa sedikit untuk menembus pantatku. Uuuuooohhhh ... rasanya sakit tapi itu hanya sebentar. Ripin diam agar cincin duburku menjadi terbiasa dengan batangnya. Aku tersenyum memastikan aku baik-baik saja. Ripin ikut tersenyum dan wajah khawatirnya memudar. Kulihat separuh kontol besarnya telah hilang lenyap di dalam lubangku.

Ripin mendekatkan wajahnya ke wajahku. Kami pun berciuman mesra sekali. Saat itulah dia mulai mempompa anusku dengan kontolnya.
______________________


----------------------
Muka Pak Robby yang putih jadi memerah menahan kontolku yang perlahan masuk. Kutahan sejenak saat mukanya jadi sangat mengkerut kesakitan. Dia melepaskan udara yang sedari tadi ditahan di lehernya. Lalu Pak Robby tersenyum perlahan warna merah kembali ke putih meskipun tidak seperti semula. Aku senang dengan perubahan itu. Kuputuskan untuk mengulum kedua bibirnya yang ranum supaya rasa sakitnya terlupakan.

Kontolku terasa enak dijepit oleh lubang yang hangat ini. Ingin rasanya segera menghajar supaya terpuaskan nafsuku. Tetapi aku juga harus pelan dan hati-hati supaya pak Robby tak kapok menerima kontolku.

Kutarik sedikit.

"Ooouuuhh..."

Kumasukkan lagi.

"Uuuoooohh..."

Ini yang namanya maju enak mundur enak.
----------------------

______________________
Aku masih terbaring di sofaku yang pasti lebih mahal dari motor Ripin. Kakiku mengangkang . Tubuh Ripin telanjang dengan kulit kecoklatan sangat kontras dengan kulitku. Bagaikan susu kopi dan kopi susu saja. Di berlutut dekat pahaku dengan kontolnya menancap di lubang anusku.

Ripin mulai menarik ulur kontolnya. Perlahan tapi pasti ada rasa nikmat yang menyerang.

Kontolku kembali tegang dan terayun-ayun. Ripin mengeluarkan separuh kontolnya.

"Uh uh uh!" suara Ripin makin nyata seiring desah nafasnya yang memburu.
______________________

----------------------
Memang benar-benar sempit. Kontolku serasa diremas dilubang yang sempit saja. Enak sekali rasanya, hangat dan sempit. Setiap mili kontolku menerima remasan yang kuat dan hangat. Semakin sering memasukkan dan memundurkan pantatku semakin enak rasanya. Maniku mulai
berkumpul menuju ke batang kontolku.

Nafsuku memburu seiring nafasku. Tubuhku memanas dan mulai berkeringat. Kulihat wajah Pak Robby juga mulai mengkilat. Aku jadi ingat waktu aku kecil, pertama aku naik becak, tukang
becaknya tidak memakai baju dan keringatnya mengalir. Pahanya liat dan pejal aku suka sekali
karena celananya juga pendek. Ah kenapa melantur ke situ?
----------------------

______________________
Kontol Ripin yang besar menghajar anusku tanpa ampun. Tapi lama kelamaan terasa nikmatnya. Kontol Ripin menyentuh hingga ke G Spotku tampaknya. Sehingga kontolku juga ngaceng meskipun tak tersentuh.

"Yess... terussshhh ooohhh...." erangku pelan.

Wajah Ripin semakin jantan dan perkasa saja tampaknnya. Tubuhnya mulai mengalirkan keringat seperti sewaktu dia kepanasan bekerja di kebun. Aku suka sekali.

"Pin ganti posisi.."
______________________

----------------------
Ada apa lagi ini? Mau berhenti lagi atau bagaimana? Pak Robby memundurkan pantatnya dan
lepaslah kontolku yang memerah dari lubang yang hangat itu.

"Aduuuhh nanggung ini" kataku mencoba memeluk tapi ditolak Pak Robby.

"Jangan cepat-cepat" ujarnya.

Kontolku menggantung mengkilat ingin diselesaikan. Tetapi apa daya lubangnya terlepas.
----------------------

______________________
Aku turun dari sofa.

"Kamu nungging Pin. Biar kontolku sekarang gantian masuk..."

Ripin tampak ragu.

"Aduh. Belum pernah. Jangan ya..."

"Sudah... ayo!"

Ripin pun mengalah dan menungging.

"Pelan ya, Pak" Ripin tampak memohon.

Kuoleskan jelly ke kontolku dan anus ripin lalu kumasukkan jari telunjukku perlahan.
______________________

----------------------
Ternyata Pak Robby ingin melakukan seperti yang kulakukan tadi padanya. Tampaknya sakit tapi dia juga menikmati. Rasa penasaranku timbul juga. Aku pun mengambil posisi menungging seperti yang diinginkannya.

Pak Robby mengambil semacam salep. Lalu mengoleskan ke anusku dan terasa dingin. Hukk! apa ini. Dia memasukkan jarinya ke lubang pembuanganku.

"Rileks Pin..." ujarnya

Uhh rasanya sakit pas mau berak. Lalu jarinya keluar dan aku bisa bernapas lega lagi. Hukk! Jarinya dimasukkan lagi. Rasa tadi berulang lagi...

"Kamu jangan tegang begitu. Nanti juga terbiasa" ujarnya

"Iya tapi rasanya seperti ingin ke belakang, Pak"

"Tadi pagi sudah boker kan?"

"Iya. Sudah Pak." Ujarku sambil meyakinkan kalau itu rasa saja dan bukan ingin boker betulan seperti dugaannya.

Sepertinya Pak Robby menambah salep terus menerus. Mungkin supaya lubangku licin.
---------------------

_____________________
Kulebarkan terus anus Ripin yang masih perawan. Sudah jari telunjuk dan jari tengah masuk. Lumayan lah sebagai peregangan. Kontol Ripin tampak mengecil, mungkin karena ketakutan atau kesakitan. Kontolnya yang hitam menggantung besar di sekitar jembutnya yang tidak terawat dan kedua bola zakarnya yang besar.

Kuoleskan jelly untuk bersanggama ke kontolku yang sudah terbalut kondom. Meski aku tahu kalau Ripin tidak pernah berhubungan tetapi apa salahnya mencegah penularan berbagai penyakit kelamin. Lagipula kondomku cukup tipis dan aku masih bisa merasakan lubang anus Ripin.

Kontolku mengarah pada sasaran tembak. Beberapak kali meleset karena licin. Lalu kulesakkan
kontolku ke lubang yang sangat sempit itu.

"Aaaaarrrrrrrggggghhhhhh!"

Ripin mengejan. Wajahnya memerah dan urat-uratnya bermunculan di sekitar leher. Kontolku baru saja masuk sepertiga waktu itu dan aku berhenti.
_____________________

---------------------
Minta ampun rasanya ternyata. Ini pertama kali dalam hidupku lubang pembuanganku dimasuki benda asing. Kontol lelaki lagi. Pernah dengar ada tetangga yang sakit ambeyen. Katanya waktu diperiksa pakai ditusuk jari dokter. Katanya amit-amit sakitnya.

Ah! kenapa lagi Pak Robby berhenti di ujung situ.

Nafasku kuatur lagi. Setelah tadi menahan nafas karena sakit. Sakitnya minta ampun kalau ditusuk dari belakang. Kutengok Pak Robby dan dia memberi acungan jempol kepadaku. Hampir
dua menit lamanya kami diam dalam posisi itu. Lalu Pak Robby mengoleskan salep ke daerah lubang dan batang kontolnya.

"Aaaaarrrhhhhh!!!" jeritku tertahan ketika sekali lagi Pak Robby menekan pantatnya.
---------------------

_____________________
Gila! Ripin memang benar-benar perawan. Lain dengan para bot teman mainku. Mereka sudah terbiasa dimasuki kontol. Mereka hanya menjerit sedikit lalu keenakan. Memasuki anus Ripin punya kebanggaan dan sensasi sendiri.

Aku harus bersabar atau kehilangan keperawanan lelaki ini. Maka benar-benar kutahan nafsuku. Kubuat Ripin ketagihan nanti dengan kontolku.

Beberapa saat kulihat Ripin semakin rileks. Sementara kontolku di dalam anusnya serasa dipijat-pijat. Ah! Sudah siap rupanya.

Kupompa anus Ripin dengan irama perlahan terlebih dahulu.
______________________

----------------------
Lama-lama rasa sakit itu mulai menghilang. Berganti dengan rasa hangat batang yang berdenyut dalam lubangku. Kubalas saja dengan mengencangkan lubang. Lalu Pak Robby mulai menggerakkan kontolnya menusuk-nusuk. Perlahan sekali geraknya.

Terasa kosong lalu isi lagi. Lama kelamaan aku merasa ada sesuatu yang enak. Ah begini rasa cewek dientot kontol rupanya. Pantesan sih yu Jamu sampai ganjen begitu menginginkan kontolku.

"Ooooowwwhhhh....oooh ohhh" racau Pak Robby saat gerakan menusuknya dipercepat.
----------------------

______________________
Semakin lama semakin enak rasanya. Keluar masuk ke pantat perawan Ripin yang ganteng. Karena begitu eratnya anus Ripin mencengkeram tak lama rasanya aku ingin mencapai puncak orgasme. Segera saja kucabut sebelum orgasme itu sampai.

"Pin, kamu masukkin kontolmu lagi ke aku" perintahku.

Aku menidurkan diri di sofa dan mengangkangkan kaki. Ripin dengan sigap berdiri dan mengocok kontolnya yang setengah ngaceng tadi. Segera saja kontol Ripin mengeras dalam ukuran detik dan mulai diarahkan ke anusku. Kontolku mengacung di atas perutku.

Ripin langsung saja menggenjotku dengan kecepatan tinggi. Nafsunya membara dan ingin menuntaskan permainan
______________________

----------------------
Tak kusia-siakan ketika Pak Robby minta gantian ditusuk. Nafsuku sudah tidak tahan ingin ngecrot rasanya. Kutusukkan kontolku ke lubang Pak Robby tanpa kesulitan dan segera kugenjot dengan nafsu.

"Hoooaaa aaaahhh aahhh ahhhh..." begitu erangku seirama dengan tusukanku.


"Oouhh ouh ouhh...." seru Pak Robby.

Suara lenguhan dan erangan kami memenuhi ruangan.
----------------------

______________________
Kontolku yang terayun-ayun merasakan sensasi hendak orgasme karena kontol Ripin mengenai
gspot aku berulang-ulang.

"Owh owh owh..." enak sekali kurasa...

"Oooohhh Pin aku hampir sampai..." ujarku sambil mataku terpejam keenakan.

"Aku juga Pak!" kata Ripin

"Pin.." belum selesai ucapanku.

"Aaaaaaahhhhhhh.....!!"

Crot crot berulang kali di pantatku. Tubuh Ripin mengejan-ejan di depanku. Maksudku tadi agar
Ripin memuncratkan pejuhnya di dadaku saja.
_______________________

-----------------------
Kuayun terus menerus dengan irama cepat. Kali ini aku tak ingin bilang kalau aku akan sampai
, sebab andai kukatakan pasti Pak Robby akan mencabut kontolku lagi dan ingin gaya lain.

"Pin..." kata Pak Robby.

Tak kupedulikan.

Aku tetap menggenjot pantat orang muda kaya yang putih ini. Aku sampai... crot crot crot. Iya aku memuntahkan maniku dalam pantat lelaki kaya ini. Ahhhh hamil loh!

Ahhhh nikmat sekali rasanya.

"Aaaaaahhhh....!!"
-----------------------

_______________________
Kukocok kontolku sendiri selagi Ripin menyelesaikan muncratan pejuhnya dalam lubang anusku.

"Hoooohhhhhhhh!!!" teriakku mengiringi semburan pejuhku

Cairan putih kental itu mengenai rambut Ripin dan dahinya. Sebagian lagi jatuh di dada dan perutku....

"Ooooohhhhh....." Tubuhku bergetar dan aku rasa ini orgasme terbaik yang sangat memuaskan.
________________________


Sesudah itu Ripin dan Robby membersihkan diri di kolam renang. Lalu Ripin berpamitan hendak
pulang karena sudah sore. Namun Pak Robby menahan dia agar tidur di rumahnya malam itu.

27 November 2008

Gara-gara hape


Penasaranku semakin memuncak saat kulihat hape Mas Rebo tergeletak di atas meja. Rasa takut ketahuan dan rasa ingin tahu bertarung dalam dadaku. Mas Rebo kuketahui sedang menonton film dengan desahan-desahan di hape itu sewaktu aku memanggil. Dia sempat gelagapan dan dengan cepat mematikan lalu mengantonginya.

Mas Rebo masih mandi. Semenjak masuk kamar mandi belum terdengar suara siraman air. Mungkin Mas Rebo supir keluarga kami sedang buang air besar. Mas Rebo sudah 3 bulan ikut kami. Gaji yang lumayan membuatnya membeli hape. Sebagai seorang duda yang baru cerai dia pasti masih merindukan kehangatan hubungan seksual yang berbulan-bulan belakangan ini coba dilupakan. Aku kira itu sebabnya dia membeli hape dan mengisinya dengan adegan-adegan syur.

Di dalam kamar yang sempit itu tercium bau keringat bercampur... ahhh bau yang kukenal. Bau seorang pria. Segera kuraih hape itu lalu kubuka menu untuk membuka film. Kubuka salah satu dan langsung saja terdengar adegan hohhh .. hoohhh... yang cukup keras. Aku memencet tombol volume untuk memelankannya. Aku menikmati beberapa adegan dan kontolku menjadi keras.

Aku mematikan hape dan mengembalikan ke meja lagi. Saat aku berbalik hendak keluar pintu, Mas Rebo sudah berdiri di sana melipat tangan dengan hanya mengenakan handuk putih kumal. Aku jadi gelagapan. Bayangkan saja seorang anak SMU ketahuan orang dewasa sedang menonton adegan yang bukan untuk umurnya.
"Mmm tadii..."

"Mas Aril boleh kok kalau mau nonton. Tapi ijin saya dulu.." ujar Mas Rebo.

Mas Rebo meletakkan peralatan kamar mandi di atas lemari yang cukup tinggi. Dia harus menjijit kaki untuk mencapainya. Tiba-tiba saja handuknya terlepas. Gubrak! Peralatan mandi tersenggol dan jatuh berantakan. Aku memalingkan muka dan mataku langsung tertuju pada kontol Mas Rebo. Kontol itu besar menyembul di antara jembut yang tak teratur. Kepala kontol masih memerah dan batangnya lemas, mungkin habis onani.

Entah keberanian dari mana aku mendekat dan meraih kontol itu. Sejenak Mas Rebo memandang ke mataku. Kucoba meremas. Awalnya kupikir Mas Rebo pasrah dan suka.

"Jangan Mas!" kata Mas Rebo sambil menepis tanganku.

Mas Rebo segera mengambil handuk dan kembali menutup aurat sebelum membereskan peralatan mandi yang berserakan. Aku segera berlalu dan tak mau berkonfrontasi lebih jauh. Dalam hati aku berpikir jangan-jangan Mas Rebo mengira aku bagaimana.

***

Seharian terus kepikiran tentang peristiwa Mas Rebo. Malam minggu seperti biasa Ayah dan Ibu ke undangan. Kakakku yang cewek sudah dijemput pacar sedari tadi sore. Kebetulan Ayah ingin membawa mobil sendiri, jadi mas Rebo menganggur. Ah iya, kenapa tidak main ke kamar mas Rebo saja.

"Mas aku mau pinjam hape nih.." kataku saat melihat Mas Rebo di depan kamar sedang merokok.

Dia hanya mengenakan singlet yang menampilkan dadanya yang berisi dan sarung.

"Nonton di dalem aja mas," katanya seperti mengerti maksudku.

Aku segera masuk dan meraih hape Mas Rebo di atas meja. Sambil duduk di atas kasur dan rebah ke tembok mulai kucari file-file seru itu. Salah satu file berjudul 'Rancap'. Kubuka file itu, di sana tergambar kontol yang dikocok. Seperti... milik mas Rebo. Film itu dibuat sendiri sehingga goncangan gambar sangat kentara, sesekali kamera seprti diletakkan sesuatu lalu gambar hilang. Lalu kembali shoot ke kontol lalu ngocok lagi.

Klek! Pintu kamar terbuka dan Mas Rebo masuk. Terburu-buru aku mengganti dengan file lain. Mas Rebo duduk menempel dekatku dan ikut menonton.

"Suka ya Mas?" tanyanya.

Kulihat mata mas Rebo. Wadow! Mukanya kok jadi muka mupeng gitu? Kulirik ke sarung di sekitar selakangan ada yang berdenyut di sana. Wah jangan-jangan Mas Rebo mau neh! Kok aku jadi rada ngeri.

Film habis. Kuklik satu judul tepat diatas kata Rancap. Ya ampun! Ini kan adegan cowok sedang mengulum kontol cowok. Kok bisa adegan begitu ada di situ?

"Eh.. oh.. kok kayak gini, mas?" kataku gugup dengan ekspresi aneh.

Lalu segera kuklik lagi judul di bawahnya. Nampak gambar kontol sedang dikocok. Kadang agak buram.

"Itu punya saya ... ini..." kata Mas Rebo sambil melirik ke bawah perut.

"Masa sih? segede itu mas?" kataku memuji.

"Nggak percaya? Mas boleh lihat supaya percaya," Mas Rebo mengendurkan sarung.

Segera nampak kontol besar dalam keadaan tegang. Ukurannya sekitar 20cm dengan diameter 5cm. Ini pertama seumur hidup. Tampak otot bertonjolan di sana sini membuat batang kontol itu terlihat sangat perkasa ditopang oleh dua bola yang jadi terlihat kecil di bagian bawah. Sementara rambut kemaluan tampak berantakan bagai semak belukar di sekitar pangkal batang.

Mataku melihat mata Mas Rebo.

"Pegang aja kalau masih kurang yakin," ujarnya.

Kuulurkan tangan kiriku. Kugenggam batang kontol itu. Panjang pejal dan kuat. Terasa hangat di telapak tangan. Kontolku ikut menegang dan semakin terasa sakit ingin keluar dari celana dalamku.

"Kok bisa mas, kontolnya segede ini?" tanyaku sambil memijit seluruh bagian dari ujung sampai pangkal.

Ada sirat kebanggaan di rona wajah Mas Rebo.

"Iya emang dari sananya, mas," katanya sambil membiarkan kontolnya tetap kupegang.

"Wah mas suka ya?" mata Mas Rebo melirikku.

"Cowok mana mas yang nggak mau punya kontol segede ini. Buktinya iklan ma erot semakin banyak di berbagai kota," ujarku.

"Emang punya mas kecil banget apa?" ujar Mas Rebo heran.

Kubuka celanaku. Ujung kontolku sudah basah oleh air madi. Mas Rebo segera meraih dan meremas lalu mengocok lembut. Dikocok begitu aja hampir saja aku muncrat. Aku menahan tangan mas Rebo supaya menghentikan kelakuannya. Dia tersenyum mengerti. Tapi tiba-tiba saja bibirnya mendekat ke bibirku. Tanpa dapat kutahan bibirku sudah dipermainkannya.

Desah nafas dari hidungnya dan ludahnya sudah menjadi satu. Bibirku terasa bergetar enak. Ini pertama kali aku mengalami ciuman bibir seperti di film dewasa. Tapi kenapa dari cowok dan bukan dari cewek? Sesekali terdengar kecipak air ludah kami.

"Mas saya suka sekali sama mas," kata Mas Rebo lembut.

Tak tahu harus bagaimana. Disukai oleh pria berstatus duda yang selama ini kukagumi bentuk dada dan kedewasaannya.

Mas Rebo sekali lagi mengecupku. Lalu dia berusaha menindih tubuhku. Dalam hati aku bertanya mau apa ini? Ini pertama kali aku dan laki-laki bertelanjang dan bertindihan. Kurasakan hangat kontol Mas Rebo di perutku. Mengganjal. Kontolku tergencet perutnya yang agak gendut. Lalu pantat Mas Rebo naik turun di atas perutku. Peluhnya mulai keluar di sekitar kening. Sesekali dia masih mencoba menikmati bibirku.

"Mmaaasshh udah ah, berat neh!" ujarku sambil mendorong Mas Rebo.

Badan Mas Rebo yang berat membuat dadaku terlalu sesak untuk bernafas. Mas Rebo rebahan di samping. Lalu aku bangun untuk menciumi dan mengocok kontol Mas Rebo. Selain besar kontol Mas Rebo juga kuat. Aku harus menarik dengan tenaga supaya kontol itu berposisi tegak 90 derajat.

Kudekatkan kontolku sendiri. Bila bersebelahan begini seperti jari manis dan jari kelingking saja. Kukocok kontol Mas Rebo dengan cepat.

"Uuuhh masshh.." lenguhnya sambil memalingkan kepalanya.

Sekarang aku coba menindih dia. Berat badanku lebih ringan tentu tak berpengaruh baginya. Ah, rupanya begini rasa orang bersetubuh. Hangat nikmat dan penuh sentuhan. Mungkin karena inilah orang dewasa banyak yang tergila-gila untuk ngentot.

Kutiru gerakan Mas Rebo tadi. Tiba-tiba aku tidak kuat menahan ejakulasiku lagi. Mani putih tumpah di atas perut Mas Rebo. Aku segera bangun untuk mencari tisu. Lalu kubersihkan sisa mani di kontolku dan di atas perut Mas Rebo.

Mas Rebo meraih hape.

"Eiit mas, jangan ambil foto!" larangku.

"Nggak kok, saya cuma ingin menyelesaikan hajat," ujarnya.

Ah, aku jadi malu sudah berprasangka buruk.

"Oo gitu, ya sudah saya bantu sini mas," kataku.

Mas Rebo menyaksikan adegan entah yang mana. Yang pasti kontolnya mulai tegak lagi dan memukul- mukul perutnya sendiri. Dia mencapai ukuran penuh. Kuraih kontol itu kukocok dengan konstan hampir sekitar 15 menit. Sampai aku berganti tangan 3 atau 4 kali karena pegal. Akhirnya kontol Mas Rebo muncrat juga. Air maninya banyak sekali.
***

"Mas sering ngocok?" tanyaku.

"Ya kadang saja sih..."

"Lain kali kalau mau kita ngocok bareng seperti ini saja. Mau?" aku menawarkan.

"Mau banget mas. Kan aku memang suka sama mas. Kapan saja dan di mana saja saya bersedia, bener, suwer, ..." kata Mas Rebo sambil mengacungkan dua jari.

"Siapa saja yang sering pakai kontol mas?" tanyaku sambil mengelus kontol Mas Rebo.

"Kalau pria cuma mas saja. Tapi kalau wanita banyak. Lha wong mantan istri saya saja kadang masih kangen. Saya pengen pulang, tapi kan sudah janji sama Bapak untuk 3 bulan tidak pulang. Jadi ya paling bulan depan," Mas Rebo menerangkan.

"Terus siapa lagi?"

"Banyak mas. Tuh janda depan rumah," telunjuknya di arahkan ke rumah Tante Maya.

"Haaa bener?!" ujarku terbelalak.

"Mulanya sih saya lagi cuci mobil. Dia panggil terus saya disuruh membetulkan genteng. Setelah itu disuruh copotin beha dan... ya gitu deh!"

(bersambung ke Gara-gara hape 2)

08 February 2008

PENGALAMAN DI MALAYSIA 3

TOWER HOTEL 2


Rasheed, Dicky dan Robby masih ada di kamar yang sama. Mereka baru saja menuntaskan babak pertama bagi Dicky. Sekeluar Dicky dari kamar mandi. Robby sedang menindih badan Rasheed dan berciuman mesra sekali. Pantat Robby bergerak naik turun bergesekan kontol dengan Rasheed. Bibir mereka berdua terkadang berpagutan lama terkadang saling kecup-kecupan saja.

Dicky mendekati kopernya untuk mengambil Digicam. Sambil tetap bertelanjang disiapkan kamera dan tripodnya. Dicky menyorotkan kamera pada tubuh telanjang Robby dan Rasheed. Lalu kamera didekatkan ke muka dua aktor porno dadakan itu. Sesekali Robby dan Rasheed menengok ke lensa lalu tersenyum. Tapi mereka kemudian lebih menikmati adegan saling cium.

Dicky lalu dengan perlahan menggeser kamera menuju ke pantat Robby yang masih naik turun.

"Fuck me, Rob!" pinta Rasheed.

Robby berdiri untuk mengambil kondom dan pelumas di meja lampu. Dicky mengarahkan kamera ke kontol Robby yang tegang dan berayun-ayun. Robby membiarkan. Ujung tube jeli ditekan ke tangan kirinya. Jeli itu dilumaskan ke lubang dubur Rasheed. Robby mencoba menusuk dengan jari tengah dan masuk. Setelah terasa cukup longgar, dipasangnya kondom di kontol panjang 14 cm dan lebar 3 cm itu.

Batang kontol Robby digoyang-goyang serta sedikit dikocok supaya tegang maksimal. Lalu kontol digenggam dan diarahkan ke lubang anus Rasheed. Perlahan namun pasti ujung kontol Robby masuk dan melesak ke dubur Rasheed. Tak tampak rasa sakit seperti yang dialami Robby tadi. Rupanya Rasheed sudah biasa dianal di Lembah Masyuk. Separuh batang Robby berhenti. Kontolnya terasa dipijit-pijit terutama di bagian pangkal. Robby sampai terpejam-pejam keenakan. Semua adegan ini tak terlewatkan satu frame pun oleh Dicky.

Dicky ikut merasakan kenikmatan itu. Kameranya terguncang. Dicky kaget karena tangan Rasheed telah menggenggam kontolnya tanpa diketahui. Senyum mengembang di wajah Dicky dan Rasheed. Kamera diarahkan ke kontolnya sendiri. Di sana tangan Rasheed mengocok batang kontol naik turun perlahan. Kepala kontolnya membesar dan memerah.

Sementara pantat Robby sudah bergerak dengan harmonis. Kontolnya keluar masuk pantat Rasheed dengan bebas. Setiap hentakan adalah kenikmatan. Tak puas hanya mengocok, kontol Dicky ditarik mendekati wajah dan masuk ke mulut Rasheed.

"Oooaaaahhhhh...." erang Dicky menikmati hisapan mulut Rasheed.

Pipi Rasheed sampai kempot. Pangkal batang kontol digeggam erat sementara kontol Dicky dihisap sambil diputar-putar. Kepala Dicky sampai terlempar-lempar menikmati sensasi itu. Sementara Robby juga tak mau diam. Sementara kontol keluar masuk, lidahnya menjilati puting susu Rasheed. Karena kegelian, sedotan Rasheed makin kencang saja.

Digicam yang masih nyala diletakkan sembarangan di meja lampu. Tangan Dicky menjambak rambut Dicky supaya tidak terlalu banyak bergerak.

"Rash... geli nih.. ahhh.." erang Dicky terbata-bata.

Jam sudah menunjukkan pukul 2.30 dini hari.

Rasheed melepas kontol Dicky yang kini tampak mengkilat berdenyut-denyut ke arah perut.

"Dick, I nak rasakan kontol awak juga..." ujar Rashed serius.

"Two in one?" tanya Dicky memperjelas.

Rasheed mengangguk. Dalam waktu singkat Dicky telah mengenakan kondom dan sibuk mengolesi dengan jeli pelumas. Sementara Rasheed membalik posisi, Robby tetap menusuk anus Rasheed sambil rebah. Rasheed membuka belahan pantat memberi kesempatan pada Dicky untuk ikut memasuki. Sepertinya sudah tidak ada celah lagi. Semua rapat oleh kontol Robby. Maka dari itu Dicky coba memasukkan telunjuk dan merangsang kepala kontol Robby.

"Aaaakkkgghh...sshhh.." seru Rasheed menahan sakit saat satu kontol tambah dua jari coba menerobos.

Setelah masuk cukup lama, lubang dubur Rasheed otomatis melebar.

PLOP! Dikeluarkan dua jari Dicky. Lalu dengan cepat diarahkan kepala kontol ke anus yang masih terisi kontol Robby itu. Pelan tapi...ah macet tidak bisa masuk. Rupanya pelicin kurang sehingga karet kondom milik Robby jadi mengerem laju kontol Dicky.

Ditarik kontolnya dan diolesi lagi dengan jeli. Begitu juga karet kondom Robby yang terlihat.Setelah mencoba sekali lagi dan bles! dua kontol sekaligus di anus Rasheed. Rasheed melakukan gerakan meremas dengan anusnya. Robby dan Dicky mengerang hampir bersamaan. Gila otot-otot Rasheed sangat terlatih.

Robby dalam posisinya tidak bisa bergerak banyak. Tapi dia sangat menikmati sensasi dari Rasheed dan genjotan kontol Dicky. Kontolnya selain ditekan juga dikocok. Robby terpejam-pejam menikmati.

Sementara Rasheed digenjot Dicky, tangan Robby usil mengocok-kocok kontol Rasheed yang mengecil. Segera kontol itu kembali membesar dan menampakkan ukuran aslinya, 17cm diameter 3 cm. Kontol Rasheed dikocok mengikuti gerakan pantat Dicky.

"Aaaahhh aaahhhh ahhhh...." erang Dicky nikmat di setiap hentakan.

G-spot Rasheed tertekan oleh dua kontol dan Rasheed tahu ini akan mengakibatkan orgasme yang hebat. Itulah keuntungan yang dicari para bottom.

"Yesshh terus Rob," pinta Rasheed.

Rasheed sangat menikmati kocokan yang diberikan oleh Robby. Genggaman Robby begitu pas tidak terlalu keras dan tidak terlalu kendur. Rasheed merasa seperti menggenggam kontol sendiri tapi sensasinya berbeda karena kali ini dipegang oleh orang lain. Kocokan Robby menaikkan rangsangan kepada Rasheed sehingga pijatan pada kedua kontol di dalam dubur juga meningkat.Robby dan Dicky merasa kontolnya di sedot-sedot dan dipijat-pijat. Kepala Robby hingga menggeleng keenakan.

Keringat deras mengucur pada ketiga pria kekar itu. Tubuh mereka semakin berkilat dan tampak semakin seksi oleh pantulan lampu yang kuning remang. Dengusan nafsu memancarkan enerji dan kekuatan pria sejati. Kekuatan yang tidak hanya mampu menaklukan wanita tapi juga sesama pria. Kekuatan yang tidak hanya menikmati vagina wanita tapi juga bisa menikmati kontol pria. Seorang penikmat sejati pasti pernah memiliki pengalman pria sejati ini. Kalau hanya bertualang dari satu wanita ke wanita baru bisa disebut pria lurus (straigth) tapi bukan pria penikmat sex sejati. Rasheed, Robby dan Dicky adalah penikmat sex sejati.

"Ooowwwhhh ... hampir..." tiba-tiba Rasheed menjerit mengagetkan Robby yang sedang mengocok.

Tiba-tiba otot-otot di tubuh Rasheed mengejang.

"Oohhh .. ah....."

Mani Rasheed memancar dari kontolnya. Robby meneruskan mengocok hingga semua isi kantong peler Rasheed seperti terkuras. Dicky menyaksikan semprotan demi semprotan yang tidak hanya tumpah di perut tapi juga di dada. Bahkan tampak kilatan di dagu Rasheed, semprotannya sampai ke situ.

Kontol Rasheed melemas.

"Aku mau fuck kamu dari belakang," ujar Robby.

Rasheed merubah posisi dia bersiap untuk doggy style. Dicky pun mengikuti arah mulut Rasheed. Dicky memukulkan batang kontol ke pipi Rasheed lalu setelah tegang slup dan hilang di antara dua bibir.

Lima menit lubang atas dan bawah Rasheed dihajar. Kontol Rasheed menegang lagi. Rasheed dengan nafsu menyedoti kontol Dicky hingga si pemilik tak tahan.

"Owww ohh oww aahhh... ahhh... " erang Dicky yang sampai ke puncak orgasme.

Semua mani tanpa sisa dilalap Rasheed. Dicky pun mengecup bibir Rasheed sebagai ucapan terima kasih. Sementara Robby masih menghajar dubur Rasheed tanpa ampun. Dicky kembali mengambil handycamnya.

Lensa menyorot ke tubuh Robby yang berkilat. Robby tak acuh terhadap sorotan kamera. Ah, seperti aktor porno profesional saja. Rasheed tak membiarkan Robby mencapai puncak sendiri. Kontol yang sudah tegang dikocok dengan cepat.
"Haahhh ooohhh mau keluar nih!" teriak Robby.

Kontolnya dikeluarkan dari pantat lalu dilepaskan kontom yang melekat. Rasheed sekarang dalam posisi tiduran sambil mengocok kontolnya. Crott... Robby melepas mani di atas perut Rasheed. Sebentar kemudian disusul mani Rasheed yang menjadi satu dengan mani Robby.

Suara kepuasan Robby dan Rasheed masih menggema kalau rekaman Dicky diputar lagi.

Mereka bertiga akhirnya tidur kelelahan masih dalam keadaan telanjang. Pukul 10 siang baru mereka pergi dari hotel. Siang itu juga Dicky harus melanjutkan perjalanan ke London. Namun sayang Robby juga tidak bisa bertemu dengan Rasheed karena kesibukan pekerjaan. Pihak Jakarta minta training dipercepat dan Robby harus lembur untuk menjelaskan segalanya.

Berkali-kali Rasheed memohon untuk berjumpa. Robby menolak karena pekerjaan yang padat menuntut stamina prima. Hingga Robby kembali ke Jakarta lagi.

(Selesai)


24 November 2006

Curug Sewubanyu

Liburan kemarin adalah yang paling mengesankan sepanjang umur hidupku. Aku diutus keluargaku mengunjungi kakek di salah satu kota kecil di Jawa tengah. Sementara keluargaku pergi ke Palembang untuk bersilaturahmi dengan keluarga Ayah di sana. Ayah sangat otoriter sehingga ibu pun tidak bisa bertemu dengan ayahnya dan hanya mengutusku.

Aku anak tunggal dan sebenarnya ibu tidak rela melepasku sendirian ke tempat kakek. Meskipun umurku sudah hampir menginjak kepala 2 tapi terkadang ibu masih mengkhawatirkanku seperti anak SD saja. Berbeda dengan ayahku yang cukup keras kepadaku dan mendorongku supaya lebih mandiri. Dua sifat berbeda ini sering menjadi pertentangan bagi mereka. 

Aku tahu mereka orang yang sangat menyayangiku. Sayang dengan cara yang berbeda, bahkan bertolak belakang. Terkadang aku merasa Ayah terlampau kejam terhadapku, namun di balik itu semua aku juga merasakan manfaat yang tak ternilai. Aku jadi lebih berani dan lebih jantan dan tidak manja. Andai tak ada Ayah mungkin aku sudah ikut kelompok banci dan dandan seperti mereka. Untung saja Ayah menyelamatkanku. Dalam diriku aku memiliki ketegasan dan keberanian Ayah dan juga kelembutan dan keromantisan dari ibu.

Kembali ke kakek. Beliau memang sudah cukup umur dan tidak sesehat sewaktu muda. Kakek tiggal bersama Pak lik Danu, adik bungsu yang sekarang belum juga berkeluarga. Umurnya sudah tigapuluhan dan bila didesak dia akan bilang belum bertemu jodoh. Kami cukup akrab sebab semasa sekolah SMA dia ikut keluarga kami. Orangnya baik dan suka 'ngemong' istilah jawanya (mengayomi/melindungi). 

Kembali lagi ke kakek. Pernah ibu dan ayah untuk menawari tinggal bersama kami , namun dia tidak mau karena banyak alasan. Yang kebunnya tidak terurus, yang Pak Lik sendirian, yang nanti rumah berantakan dan lain lain. Intinya beliau tetap ingin hidup di desa. Nenek sudah lama almarhum.

***

"Ya sudah sana Rob kalau kamu mau istirahat dahulu", bola matanya melirik ke kamar yang sudah disiapkan bagiku. Aku sampai jam 3 pagi dan sempat menunggu 2 jam untuk angkutan pedesaan pertama.

"Nanti saja lik, saya mau mandi saja dahulu", memang rasa keringat semalam belum hilang. Belum bau rokok dan bau keringat yang mengering.

"Ya sudah sana siapkan bajunya. Nanti Pak lik yang timbakan airnya"

"Nggak usah lah! Nanti saya timba sendiri", kataku sungkan.

Aku masuk ke kamar untuk meletakkan ransel sekaligus mengambil handuk dan pakaian ganti. Tak lupa juga mengecas hape yang batrenya sudah mati.

Sesampai di kamar mandi aku kaget karena ternyata bak sudah penuh dengan air yang masih bergoyang-goyang tanda baru saja diisi. Airnya bening dan pasti segar sekali. Sementara Pak Lik sudah tidak kelihatan kemana.

Segera kututup pintu kamar mandi sederhana itu.Atapnya dari seng plastik sehingga tampak terang sekali. Kubuka kaus hitamku, terasa hembusan angin dingin segar menerpaku. Dalam sekejap aku telah bertelanjang. Ah, kontolku terlihat menyusut entah karena kepanasan atau karena celana dalamku terlalu ketat. Di celana dalamku terlihat sedikit bekas mazi hasil lamunanku di bis semalam.

Air segar pegunungan segera kusiram ke seluruh tubuhku. Ahhh segar sekali. Kububuhkan sabun cair pria yang mengandung mint. Hmmm sangat segar dan maskulin baunya. Sensasi kesegarannya mengembalikan semangat lesu karena kelelahan.

Saat dua siraman untuk membersihkan sabun, kudengar suara kayu patah cukup keras. Krak dan suara orang mengaduh di tahan. Kutajamkan telingaku. Sepertinya ada orang berlari menjauh dari kamar mandi. Segera kubuka pintu, ingin tahu siapa yang telah mengintip. Ada seorang anak sebaya denganku berjalan cepat menjauh. Dia menggunakan celana pendek. Sinting! Ternyata di desa ini ada homo suka mengintip.

Kuselesaikan mandiku dengan cepat dan segera menuju ke dalam rumah. 

"Kamu sahur tadi pagi kan?" tanya kakek.

"Alhamdulillah kek, tadi pagi ada warung dekat terminal yang buka."

"Syukurlah kalau begitu kamu puasa kan?"

" Ten.. tentu dong kek. Saya kan sudah dewasa." Kakek teringat dua tahun lalu aku ketahuan tidak puasa oleh kakek.

***

Setelah tidur sampai jam 9.30, aku mencoba mengisi aktifitas hari ini dengan berjalan-jalan ke dekat danau kecil sana. Danau itu luasnya tak lebih besar dari danau Sunter di Jakarta sana. Ada satu tempat cerukan danau yang cukup asri . Di sana banyak pemuda sering berenang kalau sore atau siang kala bulan puasa seperti saat ini.

Aku berjalan ke sana. Kalau cukup sepi aku ingin berendam. Sekedar menenangkan diri dan berekreasi. Danau kelihatan tenang dan bening. Di cerukan itu memang ada satu mata air yang tak pernah kering. Banyak penduduk desa yang belum mampu 'nyelang' mengambil air secara langsung di sendang itu.

Benar saja dugaanku, jalan setapak di kerubungi oleh karpet rumput hijau dengan beberapa pohon rindang di dekatnya. Cerukan itu cukup aman meski untuk mandi telanjang bulat. Aku melihat keadaan dan menunggu keadaan benar-benar aman sambil menikmati surga kecil itu sebentar.

Ternyata keadaan cukup aman. Aku memutuskan membuka semua pakaianku dan berendam telanjang di salah satu tempat yang cukup dalam. Ahhh nyaman sekali. Udara yang bersih dan hangatnya sinar matahari. Kolam yang bening dengan beberapa ikan air tawar berkeliaran di dasar dekat bebatuan bulat-bulat. 

Kudengar krasak-krusuk agak kasar. Lalu kecipak air. Hei! ada pengunjung lain yang berendam juga... Ya, seorang pemuda seusiaku. Kami bertukar senyum dan saling menyapa sekadar seperti adat desa umumnya. Namanya Heru, hmm tubuhnya lumayan kekar dan hitam. Sempat kulirik bagian bawahnya, masih tidur tapi ah ukurannya lebih besar dariku. Tapi aku tidak mau berpikiran lebih jauh, takut jadi tegang dan membatalkan puasa.

Di akhir percakapan Heru mengajakku bertaraweh bersama. Dia berjanji menjemputku nanti. Ah orang yang baik hati.

***
Pertemananku dengan Heru bertambah akrab. Lebaran kedua pagi ini kami berencana pergi ke air terjun yang jarang dikunjungi karena jauh dan susahnya perjalanan. Ya, daerah itu tidak terkenal. Tetapi menurut Heru indahnya tidak kalah dengan air terjun lain yang terkenal secara nasional. Nama air terjunnya adalah Curug Sewu Banyu.

Banyak fakta yang aku ketahui tentang Heru. Kami bahkan sangat terbuka, Heru mengatakan kalau dia suka pria dan pernah ml dengan seseorang. Oh ya ada satu hal, Heru sering mengintip Lik Danu. Waktu kedatanganku, Heru hendak mengintip Lik Danu tapi dia kaget ketika diintip ternyata orang lain. Lalu dia terpeleset. Heru pernah bilang kalau suka melihat aku telanjang. Tapi aku ragu kalau aku akan ml dengan dia. Ah, pembaca pasti mengerti keraguanku.

Curug Sewu Banyu ditempuh dua jam berjalan kaki. Menurut Heru jalan setapak lebih sepi dari biasa. Orang-orang desa tidak ke ladang dan kebanyakan berwisata ke kota atau ke tempat handai taulan di desa lain. Curug Sewu Banyu sendiri terletak jauh dari lokasi pemukiman desa. Bahkan ladang pertanian pun tiada di dekat Curug. Keadaannya begitu perawan.
Wow .. wow... wow... wow begitu berkali-kali aku terkagum. Air terjun itu alami dan sangat indah. Hampir mirip dengan wallpaper yang kupasang di monitorku. Tapi ini asli dan indah. Airnya banyak bahkan di tengah musim kemarau begini. Mungkin karena penggundulan hutan belum merambah mata airnya. Limpasan airnya membentuk butir-butir embun yang membiaskan warna-warna pelangi. Mungkin inilah tempat mandi bidadari dalam kisah Jaka Tarub.

Tanpa malu lagi Heru menelanjangi dirinya dan berlari mendekat ke air terjun. Suasananya jadi asri. Rasanya segar. Aku ikut menelanjangi diri dan bergabung dengan Heru berdiri dekat-dekat jarum-jarum air yang jatuh dari atas. Kolam di kaki kami hanya sedalam paha tidak bisa untuk menyembunyikan kontol kami. Tapi kami tidak berpikir ke sana. Kami membiarkan semuanya seperti wajarnya. Heru menyipratkan air segar itu ke tubuhku yang sudah basah. Aku membalasnya. Rasa riang menyelubungi kami. Kami tertawa terbahak dengan gembira. Kami bebas tanpa ada kehadiran orang lain satupun di situ.

Rasa janggal dimulai saat aku membenamkan diriku. Entah kenapa tiba-tiba kontolku menegang tanpa terkendali. Sh*t! Aku merasa tidak enak hati pada Heru. Namun justru sebaliknya Heru menangkap kejanggalan yang semakin nyata ini dan kami terdiam. Heru mendekatiku. Mataku tak bisa kutahan untuk tidak melirik bagian kemaluan Heru. Sh*t! milik Heru sudah mulai membesar. 

"Her!..." kutahan dadanya supaya tubuhnya tidak lebih mendekat. Mata Heru tajam membuka kunci hatiku. Mulut Heru diam terkatup tapi matanya bicara banyak, 'Biarkanku memuaskanmu. Aku suka kamu. Aku ingin mencurahkan sayangku dan nafsuku ini untukmu'. Tatapan itu... membuat tangan yang menahan dada Heru berubah menarik punggung Heru untuk mendekat. Kami melakukan ciuman bibir yang sangat lama di bawah Curug Sewu Banyu. Momen ter*** (tak terdefinisi) selama aku hidup.

Sebentar saja tubuh depan kami sudah saling melekat. Merasakan hangatnya tubuh yang bersatu. Ya, masih di tengah desau air terjun Curug Sewu Banyu hanya kami berdua. Tangan bergerayang memijat punggung Heru yang kekar. Sementara Heru memelukku kencang sampai nafasku terasa sesak.

Aku masih ingat desah nafas kami. Pandangan kami. Seakan kami saling mencurah jiwa kami supaya dimengerti. Hasrat kami supaya dipuaskan. Segala keinginan kami untuk ditanggapi. Dengan ciuman yang panjang, elusan dan gesekan kontol, kami merasa semuanya lengkap. Kami saling mengerti, memahami, menerima, dan mampu melengkapi yang kurang pada kami. Ini bukan sekedar memuaskan nafsu sex tapi lebih jauh dari itu.

Tubuh bagian belakangku terasa dingin. Heru mengamitku untuk ke pinggir. Ah.. tapi saat kulirik kemaluan Heru masih merah berdenyut ke atas. Tanda dia masih ingin. Kontolku pun begitu. Kami berjalan beriring melompat bebatuan ke pinggir sungai. Dekat pakaian kami ada satu tempat yang landai dinaungi sebuah pohon besar yang tak kuketahui namanya.

Heru menghamparkan tikar dari dalam ranselnya. "Hei! Kamu sudah merencanakan ini semua ya?" tanyaku.

"Ah tidak juga. Hanya sekedar jaga-jaga." Heru tersenyum maniss sekali.

Dia mengerinkan tubuhnya dengan kibasan lalu berbaring di tikar. Aku melongo.

"Ayo kemarilah!" ajaknya.

Aku ragu, tapi tak tahan melihat Heru yang memainkan kontolnya sendiri memancingku. Aku duduk di sebelahnya. Heru menarik tanganku supaya menggenggam kontolnya. Segera akupun mulai mengocok kontol Heru. Ahhh! Heru melenguh keenakan. Matanya terpejam saat kupandang.

Tanpa mempedulikan bagaimana tanggapan Heru, kuhisap kontol itu. Ahh ini rasanya menghisap kontol pria seperti di film-film biru yang kadang kutonton. Ada rasa hangat, kulit bergelambiran, rasa yang aneh. Ah kalian yang belum pernah, coba rasain sendiri deh! Kuhisap kontol itu, kulirik kepala Heru yang dilempar ke kanan dan ke kiri. Tangannya mencoba menahan kepalaku supaya tidak menghisap. Tubuh Heru bergetar. Pantatnya ikut terangkat mungkin karena keenakan.

Tangan kananku yang menggerayang di dada Heru dipegang erat sehingga tak bergerak. Tangan kiriku terjepit di antara selakangan saat kurangsang lubang pantatnya. Satu-satunya jalan melepas keduanya adalah hisapan agak longgar dengan cepat. Slurrp! jlep! Sluurp jlep! begitu kira-kira bunyi yang membuat seluruh tubuh Heru kehilangan koordinasi. Tanganku bebas menjelajah lagi. Namun sejenak kemudian dia tersadar dan mulai bertahan lagi. Kulakukan oral lagi. Heru terlena. Saat jariku ke pantatnya dia tersadar dan bertahan lagi. Kejadian itu berlangsung berkali kali. Hingga akhirnya Heru mengerti dan membiarkan jariku menembus lobang pantatnya.

Heru pasrah menikmati tiap hisapan mulutku. Bibirnya digigit sendiri menahan nikmat birahi. Jemari kananku memainkan puting dan terkadang meremas dadanya. Jemari kiriku sibuk merangsang lubang dubur dan titik g spot di bawah bola-bola kemaluan. Setelah Heru mampu menyesuaikan diri dengan birahinya, dia juga tak mau kalah mengonani kontolku yang bebas tegang. 

Sekarang ganti aku terkadang harus berhenti menghisap untuk mengendalikan birahi. Remasan dan kocokan Heru begitu pas, seperti mengocok sendiri saja. Terkadang tangan kiri Heru berhenti mengocok untuk memberi kesempatan pada ibu jarinya memutar-mutar titik pertemuan kepala dan batang kontol. Rasanya hmmm...

Setelah pipiku terasa agak pegal dan bibirku baal karena terus menerus mengisap, aku memberanikan diri berganti posisi menindih Heru. Kontol kami berdua kugenggam erat. Sebetulnya tak terlalu erat karena tak muat pada satu genggaman tangan. Kukocok kontol kami sambil kumaju mundurkan pantatku. Posisi tak stabil tapi sepertinya Heru senang karena dia tersenyum dan merengkuh tubuhku lebih mendekat ketubuhnya.
Kelamaan kontol Heru yang semula licin mulai mengering karena hembusan angin dan panas tubuh kami berdua. Sekarang gantian keringat di badan Heru dan badanku melicinkan badan kami. Kubiarkan kontol Heru menggosok perutku dan kontolku menggosok perut Heru. Licin dan hangat rasanya. Ada getaran-getaran enak di kepala kontolku. Tiap gesekan menghasilkan satu getaran sehingga tak ingin rasanya mengakhiri.

"Mau yang lebih enak Rob?" tanya Heru tiba-tiba.

"Apa?"

Heru mendorong tubuhku supaya ke pinggir. Dia sendiri lalu menungging.

"Ayo.." Heru mempersilahkan. 

Aku mengerti lalu aku mendekatkan kontolku ke lubang duburnya. Aku mencoba memasukkannya. Terus terang ini pertama kali aku main anal. Biasanya paling cuma saling menggesek saja. Ah, ternyata tidak semudah tayangan di film biru. Lubang itu terasa keras dan sepertinya tidak mungkin dimasuki, apalagi oleh kontolku. Wajah Heru pun tampak kesakitan saat aku mencoba menembus lobang berkerut itu. 

"Tak usahlah Her..." aku merasa kasihan.

"Ayo coba terus, nanti pasti bisa." Heru memberi semangat.

Aku mencoba lagi. Memang tidak mudah. Kontolku kuludahi seperti di beberapa cerita yang pernah kubaca. Ujung kepala kontolku tepat kuletakkan di bagian pusat lubang lalu kutekan dengan perlahan. Heru menjerit tertahan. Kontolku pun terasa agak sakit terjepit. Aku berhenti sebentar untuk menahan sakitku. Lalu kulanjut lagi. Yah, paling tidak sekarang sudah separuh masuk. Masih menurut beberapa cerita, aku harus berhenti sebentar supaya lubang dubur Heru agak terbiasa.

Menyenangkan melihat punggung Heru yang memerah tercetak pola tikar. Keringat yang mengkilat di tengguknya. Bisep dan trisepnya yang nampak seksi karena posisi menunggingnya. Juga pantatnya yang berisi penuh sedang di tengahnya ada kontolku yang sudah masuk separuh.

Kutarik kontolku sedikit supaya tidak lepas dari lubang sempit itu. Waaa hh rasanya ... kumasukkan lagi, wuaahhh dua kali ahh! Kutarik lagi enak sekali rasanya.. kumasukkan lagi, dua kali enak sekali. Semakin sering semakin enak dan dalam waktu singkat rasanya mau orgasme. Rojokanku semakin cepat, Heru tampaknya sudah mulai menikmati. Sekarang bukan lagi separuh yang masuk melainkan sudah hampir semua. Aku senang dengan bentuk kontolku sendiri saat ditarik keluar dari pantat Heru. Tampak mengkilat dan kencang sedikit berurat.

"Her.. aku hampir nihh" kataku sedikit bergetar. 

Heru tak menjawab. Dia menikmati setiap hempasan kontolku dalam duburnya. 

"Her.. sekar....ahhhhh" tak sempat aku menyelesaikan pemberitahuanku. Maniku menyemprot kencang ke dalam perutnya. Kupeluk punggung Heru erat untuk menumpahkan segala kenikmatanku. Hampir semenit aku memeluknya. Lalu tangan kananku meraba bagian kontol Heru... Loh kontolnya sudah menyusut, ada cairan kental di ujungnya. 

"Kau... kapan?" sambil tanganku sedikit mengocok kontolnya. 

Heru merebah ke samping. Aku pun tetap menempel di punggungnya. Kontolku masih di dalam dubur Heru. Kepalanya menengok ke kepalaku. Dia tersenyum lalu menggigit lemah bibirku.

"Aku suka sekali sama kamu" senyumnya manis sekali.

Kami menyudahi permainan itu dengan mandi bersama di Curug Sewu Banyu sekali lagi. Kami mandi telanjang di bawah air terjun. Terkadang di selingi ciuman dan rangkulan. Tapi kami tidak melakukannya lagi.

***
Selesai.

13 May 2006

MENGANTAR KATERING MENUAI NIKMAT

Seri 3: Olahraga Pagi

Matahari pagi sangat terang menerpa wajahku yang baru bangun. 

"Mmmhh jam berapa ini?" tanyaku pada si pembuka jendela. 

Dia adalah Dragna. Di pundaknya terkalung handuk putih pendek. Dragna baru saja pulang Joging pagi.

"Ini sudah jam 8 lebih." katanya sambil membuka kaos kutung putih yang basah oleh keringat. 

Dibuka juga training dan celana boxer hingga telanjang tanpa selembar benang pun di tubuh kekarnya. Ya, polos dan itu rupanya hal wajar bagi dia. Bahkan di dipan orang yang baru dikenalnya semalam.

Kulit tubuhnya coklat mengkilat bagus karena basah keringatnya tertimpa sinar matahari. Perut sixpacknya tampak lebih tajam. Wah kalau dia mau, maka majalah kebugaran pria akan berebut menjadikannya cover. Karena bisep dan trisepnya pun terbentuk dan keras.

Dia melakukan push up dengan kaki di jendela dan tangan di tanah dengan tetap bertelanjang. Aku rasa kontolku yang tiap pagi biasa tegang, kali ini tambah tegang saja. Wajah Dragna memerah karena darahnya mengalir ke bawah. Kontolnya yang setengah tegang memukul-mukul perut tanpa lemak itu. 

Dragna melirikku dari sela rambut gondrongnya ditengah hitungan. Dia paham kalau aku kagum pada badannya yang besar dan berotot. 

"Kontolmu ngaceng berat ya?" katanya melirik selimutku yang kelihatan berdenyut-denyut. 

Di bawah selimut, aku tidak memakai pakaian karena takut kusut waktu pulang nanti. Aku hanya tersenyum dan mengamati kegiatan Dragna yang hitungannya entah mencapai berapa puluh. 

"Tiap pagi kegiatanmu begini?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Tidak juga. Tapi harus diusahaakan kalau kau mencari nafkah di dunia entertaint seperti ini." jawabnya dengan terpotong-potong hembusan nafas. 

Ingin sekali rasanya mengocok kontolnya yang lurus dan besar itu atau meremas dan memegang paling tidak. Tapi aku rasa dia akan tersinggung karenanya, maka kubatalkan. Tentu saja kebebasan kami semalam tidak terkurangi, namun aku masih menjajagi apakah Dragnya juga bi seperti aku? Dia tampak jantan dan hanya ingin wanita sebagai teman sex. Tapi tidak tahu dalam pikirannya.

Dengan bersarung selimut tipis warna putih itu aku menuju kamar mandi untuk memenuhi 'morning call'ku. Aku punya kebiasaan rutin untuk buang air besar tiap pagi. Sampai Dragna akhirnya mengetuk beberapa kali karena dia ingin cepat-cepat berendam di bath up kamar mandi. Kuselesaikan cepat kegiatanku dan aku keluar.

"Sori, bukannya mau berebut kamar mandi, tapi aku hanya ingin berendam di bath up. Kalau kamu mau melanjutkan kegiatanmu silakan." 

Dragna meletakkan tangannya yang hangat di dadaku, menahan supaya aku tidak keluar kamar mandi. Saat berpapasan itu kami berdua dalam keadaan telanjang bulat.

"Terus terang aku juga ingin mengamati kontolmu!" kalimat yang meluncur dari mulut Dragna membuatku melongo. 

Tapi Dragna tidak memaksaku. Dia memberi kesempatan berpikir sembari dia mulai memenuhi bath up dengan air dan wewangian.

Sangat sayang kalau kesempatan seperti ini diabaikan. Kubalikkan badanku dan aku menutup pintu kamar mandinya. Lalu aku melangkah ke bagian shower untuk membasuh diriku yang semalam berkeringat karena pertunjukan streaptease dan malam yang tak terlupa. Shower kusetel tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas. Tetapi lama di shower bukannya membuat kontolku terkendali. Malah semakin menjadi. Sementara Dragna begitu tenang berendam, terkadang dia memejamkan mata untuk menikmati wewangian. Hmm tapi jadi aku sendiri yang belingsatan. AKU MENGINGINKAN TUBUHNYA. AKU MENGINGINKAN KONTOLNYA!

Teriakan hatiku tidak kutahan lagi. Kukenakan handuk putih yang tersedia di villa itu lalu kudekati Dragna.

"Apa benar kau tertarik pada kontolku?" tanyaku was-was takut dia tertawa. 

Aku duduk di pinggiran bath up. Di dalam air keruh di dalam bath up tubuh Dragna yang kurasa sempurna sedang menikmati kerja sabun yang membersihkan.

"Kalau iya kenapa? Kontol kamu yang bengkok itu menarik. Lagian kamu harus berbagi rahasia kenapa kamu bisa lebih lama dariku."

Dibasahinya lagi rambutnya dengan air di jari tangan dan diseka wajahnya. Aku terdiam menunggu kata-katanya.

"Banyak orang, ketika kontolnya masuk memek maka langsung muncrat. Aku rasa aku sudah cukup lama dibandingkan Acoy atau pria lain. Tante-tante yang kulayani juga mengakui kalau pelayananku lebih memuaskan karena lebih lama dari suami-suami mereka. Tapi kenapa kontol kamu ini lebih lama dariku kemarin? Apa karena bengkoknya itu?" Dragna menganalisa masalahnya sendiri sambil sesekali memijat kontolku.

"Kurasa bukan itu. Aku sering onani." kataku menutupi kalau ada sisi gay dalam kehidupanku.

"Maukah kamu mengonani kontolku?" 

wow .. ini bagai pertanyaan mau kalau kuberi emas? tentu saja segera kuanggukkan kepalaku dan tanganku mulai menyusuri dada, perutnya dan segera kutemukan kontolnya. Ternyata sudah sangat keras. Entah kapan mulai membesarnya. Kontol yang bagus mungkin panjangnya lebih dari 18 cm dan hampir 4 cm diameter pangkalnya. Aku meremasnya perlahan dan mengamatinya. Ingin rasanya memasukkan ke dalam mulutku seperti adegan di web-web yang sering kususuri tiap malam minggu.

Tanganku mulai mengocoknya. Dragna memejamkan mata menikmati setiap hentakan yang kubuat. Air di bath up berkecipak. Tangan Dragna tidak diam, tangannya menyusuri dadaku dan memainkan putingku. Terasa geli dan ahhhh....

Sebentar saja aku sudah bertelanjang bulat. Tangan Dragna pun sudah mulai mengocokku seirama kocokanku pada kontolnya. Di bibirnya tersungging senyuman senang. Kubalas. Ahh saat menyenangkan. Andai saja handycam Jo masih ada pasti tidak kulewatkan momen ini.

Setelah terasa bosan Dragna berdiri di bath up dan memintaku mengemut kontolnya. Sebelumnya kubersihkan kontol itu dari sabun dengan air. Kupegang erat bagian pangkalnya dan mulai menciuminya. Dragna memperhatikan segala tingkahku dan dia menikmatinya. Ada perasaan jantan pada setiap pria top (sepertiku juga) kalau sedang dinikmati sesama pria. Aku yakin kalau rasa jantan itu sedang memuncak di otak Dragna. Kalau sering para wanita ditaklukkannya maka sekarang kaum pria pun ditaklukkannya.

Kontol itu mulai kujilati. Setiap jilatanku melalui dekat lubang kencing, semua darah Dragna kumpul di situ membuat kontolnya tambah keras. Saat seperti ini aku mengamati tato kecilnya dari dekat. Itu lambang Superman. Pria ini memang super dalam bidang sex atau 'S' itu artinya sex? Entah karena menyenangkanku atau karena nikmat, setiap hisapanku diiringi lenguhan pelan Uuuhhh uuhhh....

Tiba-tiba alunan musik 'Crazy frog' dari Axel f terdengar di hape Dragna di kamar sana. Dragna mendorong kepalaku dengan lembut dan dikenakannya kimono putih dan keluar.

".. oo elo si Erik yang baru married itu kan? .. gak .. elo butuh gue juga atau ada hal lain yang mesti gue kerjakan? ... oke ... oke... jumat atau sabtu malam... oke ... gampang lah! ... oke ... yup ... beres... oke....", begitu Dragna menjawab telepon dari Erik. 

"Erik siapa Drag?" tanyaku sambil membelai dadanya. Kubuka kimononya. 

Tubuh telanjangnya terlentang di atas seprei putih. Sixpacknya masih tampak jelas. Kontolnya masih bertahan tegang. Dragna memang sudah terlatih untuk mempertahankan ereksi selama mungkin, walau tanpa rangsangan tentunya.

"Kamu tahu kan .. selebritis yang baru married beberapa waktu lalu? Nah ini suaminya. Dia pengusaha .. jadi gak terlalu terkenal. Dia menginginkanku untuk main bertiga di Bali sabtu besok." 

Katanya tetap tenang meski dalam keadaan terangsang. Begitu biasa menjawab segala pertanyaanku. Kuciumi dadanya dari atas lalu perutnya dan tak lupa juga kontolnya yang besar itu... 

"Drag.. boleh?" sambil kusentuhkan jariku pada lubang pantatnya.

"Sorry sebenarnya gue ga pernah dipake orang begituan.. tapi buat elo .. silahkan!" Bibirnya tersenyum. 

Tangannya meraih sesuatu di dalam tas dekat kasur kami. Ahh itu kan jelly pelumas.

"Biar ga sakit.. ", katanya menyerahkannya padaku. 

Kakinya mengangkang, dia menyerahkan lubangnya. Bentuknya seperti odol tetapi bening... ah dingin ketika Jeli itu kusekakan pada kontolku. Aku juga memberikan jeli itu pada pantatnya yang berbulu itu. Tangan kanannya mengocok kontol. Sedang tangan kiri merabai dadaku yang tentu belum sebagus dadanya. Hmm nikmat rasanya ketika dia memainkan putingku. Ada perasaan melayang menerpa.

Kuarahkan kontolku yang berbentuk bengkok ke kanan ke arah lubang itu. Lubang itu begitu rapat. Sulit rasanya menembus. Wajah Dragna terlihat meringis. Kutambahkan jeli pada lubang itu. Kucoba memasukkan satu jari... berhasil! Dua... berhasil juga. Wajah Dragna memerah tapi sudah tidak lagi sakit. Lubang itu sudah mulai terbiasa...

Sekali lagi kukendalikan kontolku memasuki lubangnya.... kepala kontolku berdenyut merah mencoba mendesak lubang sempit itu. Hmm .. ini lebih sempit dari memek Ann atau Alice. Inilah kenikmatan bisex. Bisa merasakan semua lubang yang ada, baik mulut, memek, maupun pantat. Kapan-kapan kuceritakan perbedaan sensasi masing-masing.

Beberapa kali mencoba aku gagal. Tapi aku tidak putus asa. Tetap kuarahkan kepala kontolku ke sana. Dragna mencoba tenang dengan mengocok kontolnya sendiri lambat-lambat. Kini perlahan mulai kupaksakan masuk. Yah.. sekarang masuk setengah dan tak lama kemudian kontolku telah menghilang di antara lubang itu. Pantatku mendorong batang kontolku memasuki lobang lebih jauh. Lalu aku diam sebentar menikmati sensasi sempit itu .... ahhh ini lebih enak dari remasan onani. Uhh uhh...

Entah karena sakit atau bagaimana kulihat kontol Dragna mulai loyo. Tentu saja dia belum orgasme saat itu. Sampai sekarang aku tidak tahu apa yang dia rasakan. Kenapa dia pasrah dimasuki tapi gairahnya malahan menghilang. Kutepis semua rasa dengan nafsuku. Kenikmatan itu menghilangkan empatiku. Aku mulai memajumundurkan pantatku .. uhh nikmat sekali lobang ini ahhh... hmmm seperti terbang ke langit tujuh.. ahhh gak ada bandingnya.

Dragna menikmati pemandangan itu. Dia melihat aku yang terpejam -pejam keenakan. Dia tersenyum dan mungkin mencoba merasa. Ah kulihat dia mulai ngaceng lagi. Ya.. kontolnya bersemangat lagi. Denyutannya ahhh yess. yess... dia mempercepat kocokan kontolnya seirama dengan hentakan pantatku kepadanya. Ahh enakk sungguh!

Kini kucoba kuraih bibir Dragna. Aku tidur di atas perut dan kontolnya... tentu pantatku tetap bekerja memompa kontolku di anusnya. Ahh Bibirnya kulumat. Dragna memberi respon. Kini kakinya bersilang di belakang pantat ikut mengendalikan irama entotanku. Dia menginginkan kontolku masuk lebih dalam. Di perutku Dragna melepas kontolnya dan membiarkan keringatku juga perutku dan perutnya memberi kenikmatan. 

Kuciumi Dragna. Dia pria yang sempurna. Yang mendapat segala kenikmatan sex di dunia. Pria dan Wanita. Muda dan tua. Juga uang dan kenikmatan dunia. Mudah baginya melampiaskan nafsunya meskipun bukan dalam ikatan. Dia pria jantan yang bebas. Kuda sex yang tidak pernah puas. Dragna ingin kumiliki tapi tak mungkin karena masa perbudakan telah berlalu... tapi dengan mengentot pantatmu, ini memberiku kepuasan tersendiri. Seakan kunikmati segala kenikmatan yang pernah kau nikmati.

Aku masih memajumundurkan pantatku ketika terasa kehangatan di dadaku. Kehangatan semprotan mani pria jantan. Waktu itulah aku tersadar di antara kenikmatan persanggamaan. Ahh sepertinya aku baru setengah jalan... ketika ketukan pintu sialan itu.

Tok .. tok.. tok.. "Heiii sarapan sudah siap, ayo bangun!" rupanya Ann mengira kami semua masih tidur.

"Ya! Kami segera ke sana!" sahut Dragna yang tersenyum puas.

Kulepas kontolku yang belum puas dari pantatnya. Sialan! Lagi lagi! Sekilas Dragna mencium bibirku dan berlalu untuk menyiram tubuhnya dan kembali ke bath up. Ketika aku masuk ke kamar mandi itu. Dragna sudah di bath up untuk menikmati sisa waktu berendam.

Tubuh yang berlepotan mani ini kusiram bersih-bersih. Ingin sekali beronani untuk menuntaskan keinginan libidoku. Tapi terasa segan melakukan di depan Dragna. Aku merasa rasa kagumnya pada kehebatan sexku akan runtuh seketika.

Setelah sarapan aku dapati mobilku sudah siap dan bersih. Aku mengucap terima kasih pada Jo dan semua tim penari untuk pengalaman yang tidak terlupa. Tentu saja aku mendapatkan kartu nama mereka kalau sewaktu-waktu aku memerlukan jasa mereka. 

"Beres deh! See you soon all!" seruku melambai pada mereka yang juga sudah bersiap meninggalkan villa.

Aku menyetir dengan senyum terus tersungging di bibir sampai saat aku hampir memasuki gerbang tol. Sebuah pengendara mobil Jeep yang mirip punyaku menyetop mobilku. Aku berhenti dan mencoba mencari tahu maksudnya.

"Ah, aku kira Anda juga ikut klub! Kebetulan tiba-tiba mesinku susah distater. Ini memang Jeep tua. Dan aku baru masuk klub, jadi belum pengalaman. Bisa bantu kan?" katanya memohon.

Wajahnya mirip Moreno, pembalap itu. Hmm bodynya cukup keren dan kulitnya bersih. Naluri gayku berjalan, mataku melirik bagian rahasianya... alamak! Dia lupa menaikkan resleting dan ... dia tidak pakai celana dalam hmmmm...

"Aku coba deh..." Kataku sambil membuka kacamata hitamku.

TAMAT