"Rob, gw penasaran pengen liat seperti apa vcd gay itu. Tolong dong pinjemin vcd lo...!"
Begitu temanku yang bernama Omar berkali-kali meminta. Dia mengaku bahwa dia seorang straight.
"Gw blum pernah kalau sama co kalau sama ce sih pernah." begitu pengakuannya.
Berhubungan badan pernah. Namun lebih sering kalau dioral saja. Omar belum pernah sekalipun berniat dengan cowok. Sesudah berkenalan denganku, dia jadi penasaran berat. Apa sih yang dirasakan kalau ML dengan cowok.
OMAR, 28 176 65. Begitulah pengakuannya dalam sebuah chating. Foto-fotonya di FS sangat biasa tidak sensual atau mengundang sama sekali. Tapi aku begitu terkesan dengan persahabatan yang dia tawarkan.
"Gw anak tunggal dalam keluarga baik-baik. Gw ga ada masalah dengan orang tua. Kedua orang tua gw juga rukun-rukun hingga sekarang," begitu jawaban saat kutelusuri sejarah kehidupan Omar.
Gw mencari sebuah celah alasan yang mungkin menjadikan Omar memiliki bakat gay atau biseks paling tidak. Aku heran ada straight yang ingin merasakan ML dengan co. Biasanya hanya bi atau gay saja yang mendamba cowok.
"Terus lo mau vcd yang seperti apa?"
"Maksudnya?"
Yah, dia tak tahu jenis-jenis kesukaan gay. Kalau di penjual film-film porno gay resmi di luar negeri pasti akan ada kategori-kategori film. Sperti amateur yang berarti adalah film yang pemainnya bukan bintang profesional. Muscle yang berarti rata-rata bintangnya adalah pria-pria berotot. Black artinya pemainnya adalah pria afro. Ada pula kategori Asia, Euro, Latino. Kategori juga terbagi oleh variasi permainan ada BSDM (Beast Sadomachosism, Liar dan sadis) yang banyak berisi adegan sex yang dari awal hingga akhir ada adegan sadisme seperti cambukan, tusukan, sodomi, pemerkosaan, pemaksaan pada alat kelamin dll.
"Ya elo pilihin aja deh!"
Akhirnya aku memilihkan kategori muscle kegemaranku. Beberapa hari kemudian Omar menerima kiriman cd yang kusamarkan sebagai paket. Cakram Padat itu berisi film dan beberapa gambar yang mungkin bisa memenuhi hasratnya.
"Gimana Mar, dah ditonton?" desakku ingin tahu reaksinya.
"Iya. Gila dan aneh!" komentarnya
Haduh ke arah mana nih gilanya? Tetapi dia menjelaskan bahwa ini pertama kali dia melihat gambar dan film dengan adegan pria dan pria. Dia begitu heran bagaimana pria tertarik dengan pria. Tetapi yang aneh sewaktu menonton, menurut dia, kontolnya bisa ikutan tegang.
"Jadi ingin nih Rob," katanya berterus terang.
Waktu itu aku hanya tertawa. Ah paling dia bercanda.
***
Beberapa bulan kemudian dia meminta untuk diberi film yang lain. Aku sama sekali tidak keberatan karena hubungan kami sudah semakin akrab. Walaupun, hingga saat itu kami sma sekali belum pernah bertemu muka. Melalui webcam pernah sih beberapa kali.
"Begini saja. Kuserahkan CD ini langsung bagaimana?"
"Kapan ke Jakarta?" tanya Omar.
Akhirnya kami berjanji bertemu di suatu mall di daerah Jakarta utara pada hari Jumat awal bulan depan. Pertemuan yang mungkin akan mendebarkan.
Tibalah saat pertemuan. Aku sudah menunggu beberapa menit di tempat yang kami sepakati. Tapi ciri-ciri Omar tak nampak juga. Akhirnya peralatan komunikasi telepon genggam kugunakan.
"Iya, sorry sebentar lagi sampai. Macet nih!"
Memang waktu itu sore jam selesai kantor. Akhirnya aku menggunakan waktu itu untuk membereskan diri. Selain itu aku juga ingin kencing. Masuk ke WC tinggal satu urinoir yang kosong. Langsung saja kugunakan tempat itu.
Kencing yang sudah memenuhi kantung kencing akhirnya terlepas juga. Lama sekali aku mengeluarkan air seni karena begitu banyak. Saat hampir selesai aku baru menyadari kedua orang di kanan dan kiriku belum selesai juga. Tergoda juga aku melirik ke sebelah kiriku. Pria itu seumuran denganku. Pakaiannya seperti orang kantoran. Dia sedang mengurut kontolnya. Itu berlangsung lama sambil melirik kontolku yang masih mengeluarkan kencing
Sebeleh kananku tidak berbeda. Namun dia menggoyang-goyang kontol seperti sedang menuntaskan seni. Duh! Ngapain dua orang ini. Aku sedang tidak berminat. Melihat penampilan mereka aku juga tidak minat. Maka segera kulemparkan pandangan 'Aneh!' pada mereka. Lalu kutinggalkan mereka untuk mencuci tangan. Ingin rasanya cepat-cepat angkat kaki dari toilet mesum ini saja.
Sepanjang menyusuri lorong mall aku merasa aneh. Ada rasanya kekuatan yang menyuruh aku kembali. Ada kenikmatan di sana... begitu kekuatan itu merayuku. Sempat juga kutengok ke belakang untuk melihat apa orang-orang yang tadi mengikutiku. Ada rasa takut tapi juga tertantang. Namun kuputuskan untuk melupakan itu dan berfokus untuk pertemuan dengan sobatku, Omar.
Hapeku bergetar tanda panggilan masuk. 'Pasti Omar!' dan benar memang dia. Kami bersepakat bertemu di cafe internasional dengan kopi sebagai menu utamanya. Seorang pria mendekatiku. Bajunya putih bergaris rapi dengan celana hitam. Dia menenteng tas yang tampaknya berisi laptop. Lalu dia tersenyum padaku.
Aku pun membalas senyumannya. Inilah kopi darat pertama dengan Omar. Tak jauh berbeda dengan foto dan yang tampak di webcam. Orangnya ramah (bukan rajin menjamah) dan mudah akrab. Kami dalam waktu kurang lima menit sudah bercakap seperti layaknya sahabat yang lama tak berjumpa. Omar menunjukkan yang sedang dia kerjakan dan kegiatannya. Satu yang mengagumkan dari sobatku adalah wanginya, ya selama ini aku tidak bisa mencium baunya.
***
"Malam ini lo nginap tempat gw aja Rob!" Omar menawarkan.
"Emmmhh tapi gw gak bawa baju ganti. Kalau gitu kita beli dulu sebentar ya ..."
Kami pun ke bagian baju pria. Omar membeli beberapa kotak celana dalam. Dia bilang kalau aku boleh mengambil satu sebagai kenangan. Jadi aku hanya memnbeli celana pendek, kaus diskonan, dan handuk kecil. Setelah itu kami mampir ke supermarket untuk membeli beberapa keperluan kebersiahan.
Akhirnya kami meluncur ke sebuah apartemen di Jakarta Barat tempat Omar tinggal. Setelah melalui lift khusus penghuni apartemen kami berjalan beberapa belokan ke ujung lorong. Di sisi kanan itu apartemen Omar. Ruangannya tidak terlalu luas tapi bersih dan terkesan lega. Pemandangan di jendela besar adalah gedung-gedung dan jalan dengan mobil sebesar kotak korek api. Lampu merah dan kuning mendominasi.
"Anggap di rumah sendiri ya..." ujar Omar sambil menyimpan laptop dan meletakkan beberapa bundel kertas dan majalah di atasnya.
"Kalau lapar atau ingin makan sesuatu tinggal cari sendiri di kulkas. Mi instan di atas kompor. Minum..." katanya sambil menunjuk.
Aku tersenyum untuk kebaikannya. Kuambil majalah bisnis di atas tas laptopnya.
"Oke! aku mau mandi dulu... ikut?" senyumnya nakal.
Walau kami sudah sangat terbuka di chating bahkan sering saling menggoda namun saat ini aku masih jaim.
"Duluan deh!"
"Oh ya.. kalau mau baca-baca koleksi seru, di laci bawah tv paling bawah sebelah kanan. Kalau ingin nonton TV, remote ada di atas TV. Chanel Fashion ada di nomor 9 sering tanpa bra... he he he..." godanya.
"Oke,oke... udah sana mandi ..."
Kutekuni berita tentang Penemuan Bahan Bakar Baru dalam bahasa Inggris.
***
Setelah terdengar suara shower dinyalakan, berita ekonomi itu jadi sangat membosankan. Majalah seru menjerit-jerit ingin dilihat dari laci paling bawah sebelah kanan. Kucoba membalik majalah ekonomi itu, beritanya sama sekali tidak penting. Majalah seru lebih memerlukan pertolongan. Tanpa perintah dari otak, kakiku bangun dari duduk dan mendekati TV lalu otomatis berjongkok. Laci paling bawah sebelah kanan. Ku tarik bagian itu ada tiga majalah yang langsung meloncat ke tanganku. Rupanya itu laci VCD dan majalah khusus koleksi bujangan.
Dua majalah 'Playboy' edisi Spanyol dan US serta satu majalah Penthouse edisi Australia. Majalah PB banyak berisi artikel dengan sedikit gambar wanita bugil tidak norak di sana-sini. Penthouse lebih menarik karena terdiri dari pasangan lelaki dan wanita bertubuh bagus. Lembar demi lembar penuh gairah. Lelaki dan wanita bertelanjang berpose begitu dekat. Meski mereka sama sekali bugil namun tidak satupun gambar persenggamaan. Kelamin si Pria terkadang tampil dalam keadaan lemas. Tampak sekali majalah ini ingin menekankan estetika bugil yang menimbulkan erotisme tanpa mau terjebak dalam pornografi. Tentu saja pornografi dalam definisi barat.
Namun tubuh dan pikiranku adalah timur. Tetap saja meski tidak bertujuan membangkit birahi, namun siapa tahan melihat tubuh-tubuh pria macho berotot dan wanita yang semlohai berdekatan. Kontolku menyinarkan nuraniku, nurani dasar kebinatangan. Ingin sekali rasanya ikut bersama mereka dalam ketelanjangan dan mengarungi kenikmatan yang mungkin tak terkira.
Kubetulkan kontolku yang tegang tertekuk di dalam celana dalamku.
"Weh .. yang lagi asik ngocok neh!"
Kaget sekali dan segera kutarik tanganku dari sana. Wajahku terasa panas, malu, ah.. tapi kenapa harus malu. Bukankah Omar sudah tahu? Tapi tak urung kuletakkan juga majalah-majalah itu. Omar keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk putih di bawah pusarnya. Tubuhnya ternyata begitu atletis bagus, kencang, tentu saja otot sixpacknya. Kekurangan Omar hanya kulitnya terlihat terlalu putih karena tidak pernah teterpa sinar mentari.
"Gantian mandi dah! Biar rontok tu semua yang ngeres di kepala lo!" kata Omar sambil mengedikkan kepala.
"Ya deh..." akupun bangkit.
"Tapi jangan nonton dulu ya... tunggu gue," sambungku.
Ketika hendak masuk kamar mandi, Omar berteriak lagi dari pintu kamar.
"Rob, lo jangan ngocok ya... nanti kita keluarin sama-sama aja,"
Kututup pintu tapi tak kukunci. Berharap ada kejutan. Di dalam kamar mandi aku tersenyum sendiri ingat pesan omar yang terakhir barusan. Kejutan apa yang akan di berikan oleh Omar ya...? Akupun bertanya dalam diri sendiri.
(Bersambung)
(Bersambung)