27 November 2008

Gara-gara hape


Penasaranku semakin memuncak saat kulihat hape Mas Rebo tergeletak di atas meja. Rasa takut ketahuan dan rasa ingin tahu bertarung dalam dadaku. Mas Rebo kuketahui sedang menonton film dengan desahan-desahan di hape itu sewaktu aku memanggil. Dia sempat gelagapan dan dengan cepat mematikan lalu mengantonginya.

Mas Rebo masih mandi. Semenjak masuk kamar mandi belum terdengar suara siraman air. Mungkin Mas Rebo supir keluarga kami sedang buang air besar. Mas Rebo sudah 3 bulan ikut kami. Gaji yang lumayan membuatnya membeli hape. Sebagai seorang duda yang baru cerai dia pasti masih merindukan kehangatan hubungan seksual yang berbulan-bulan belakangan ini coba dilupakan. Aku kira itu sebabnya dia membeli hape dan mengisinya dengan adegan-adegan syur.

Di dalam kamar yang sempit itu tercium bau keringat bercampur... ahhh bau yang kukenal. Bau seorang pria. Segera kuraih hape itu lalu kubuka menu untuk membuka film. Kubuka salah satu dan langsung saja terdengar adegan hohhh .. hoohhh... yang cukup keras. Aku memencet tombol volume untuk memelankannya. Aku menikmati beberapa adegan dan kontolku menjadi keras.

Aku mematikan hape dan mengembalikan ke meja lagi. Saat aku berbalik hendak keluar pintu, Mas Rebo sudah berdiri di sana melipat tangan dengan hanya mengenakan handuk putih kumal. Aku jadi gelagapan. Bayangkan saja seorang anak SMU ketahuan orang dewasa sedang menonton adegan yang bukan untuk umurnya.
"Mmm tadii..."

"Mas Aril boleh kok kalau mau nonton. Tapi ijin saya dulu.." ujar Mas Rebo.

Mas Rebo meletakkan peralatan kamar mandi di atas lemari yang cukup tinggi. Dia harus menjijit kaki untuk mencapainya. Tiba-tiba saja handuknya terlepas. Gubrak! Peralatan mandi tersenggol dan jatuh berantakan. Aku memalingkan muka dan mataku langsung tertuju pada kontol Mas Rebo. Kontol itu besar menyembul di antara jembut yang tak teratur. Kepala kontol masih memerah dan batangnya lemas, mungkin habis onani.

Entah keberanian dari mana aku mendekat dan meraih kontol itu. Sejenak Mas Rebo memandang ke mataku. Kucoba meremas. Awalnya kupikir Mas Rebo pasrah dan suka.

"Jangan Mas!" kata Mas Rebo sambil menepis tanganku.

Mas Rebo segera mengambil handuk dan kembali menutup aurat sebelum membereskan peralatan mandi yang berserakan. Aku segera berlalu dan tak mau berkonfrontasi lebih jauh. Dalam hati aku berpikir jangan-jangan Mas Rebo mengira aku bagaimana.

***

Seharian terus kepikiran tentang peristiwa Mas Rebo. Malam minggu seperti biasa Ayah dan Ibu ke undangan. Kakakku yang cewek sudah dijemput pacar sedari tadi sore. Kebetulan Ayah ingin membawa mobil sendiri, jadi mas Rebo menganggur. Ah iya, kenapa tidak main ke kamar mas Rebo saja.

"Mas aku mau pinjam hape nih.." kataku saat melihat Mas Rebo di depan kamar sedang merokok.

Dia hanya mengenakan singlet yang menampilkan dadanya yang berisi dan sarung.

"Nonton di dalem aja mas," katanya seperti mengerti maksudku.

Aku segera masuk dan meraih hape Mas Rebo di atas meja. Sambil duduk di atas kasur dan rebah ke tembok mulai kucari file-file seru itu. Salah satu file berjudul 'Rancap'. Kubuka file itu, di sana tergambar kontol yang dikocok. Seperti... milik mas Rebo. Film itu dibuat sendiri sehingga goncangan gambar sangat kentara, sesekali kamera seprti diletakkan sesuatu lalu gambar hilang. Lalu kembali shoot ke kontol lalu ngocok lagi.

Klek! Pintu kamar terbuka dan Mas Rebo masuk. Terburu-buru aku mengganti dengan file lain. Mas Rebo duduk menempel dekatku dan ikut menonton.

"Suka ya Mas?" tanyanya.

Kulihat mata mas Rebo. Wadow! Mukanya kok jadi muka mupeng gitu? Kulirik ke sarung di sekitar selakangan ada yang berdenyut di sana. Wah jangan-jangan Mas Rebo mau neh! Kok aku jadi rada ngeri.

Film habis. Kuklik satu judul tepat diatas kata Rancap. Ya ampun! Ini kan adegan cowok sedang mengulum kontol cowok. Kok bisa adegan begitu ada di situ?

"Eh.. oh.. kok kayak gini, mas?" kataku gugup dengan ekspresi aneh.

Lalu segera kuklik lagi judul di bawahnya. Nampak gambar kontol sedang dikocok. Kadang agak buram.

"Itu punya saya ... ini..." kata Mas Rebo sambil melirik ke bawah perut.

"Masa sih? segede itu mas?" kataku memuji.

"Nggak percaya? Mas boleh lihat supaya percaya," Mas Rebo mengendurkan sarung.

Segera nampak kontol besar dalam keadaan tegang. Ukurannya sekitar 20cm dengan diameter 5cm. Ini pertama seumur hidup. Tampak otot bertonjolan di sana sini membuat batang kontol itu terlihat sangat perkasa ditopang oleh dua bola yang jadi terlihat kecil di bagian bawah. Sementara rambut kemaluan tampak berantakan bagai semak belukar di sekitar pangkal batang.

Mataku melihat mata Mas Rebo.

"Pegang aja kalau masih kurang yakin," ujarnya.

Kuulurkan tangan kiriku. Kugenggam batang kontol itu. Panjang pejal dan kuat. Terasa hangat di telapak tangan. Kontolku ikut menegang dan semakin terasa sakit ingin keluar dari celana dalamku.

"Kok bisa mas, kontolnya segede ini?" tanyaku sambil memijit seluruh bagian dari ujung sampai pangkal.

Ada sirat kebanggaan di rona wajah Mas Rebo.

"Iya emang dari sananya, mas," katanya sambil membiarkan kontolnya tetap kupegang.

"Wah mas suka ya?" mata Mas Rebo melirikku.

"Cowok mana mas yang nggak mau punya kontol segede ini. Buktinya iklan ma erot semakin banyak di berbagai kota," ujarku.

"Emang punya mas kecil banget apa?" ujar Mas Rebo heran.

Kubuka celanaku. Ujung kontolku sudah basah oleh air madi. Mas Rebo segera meraih dan meremas lalu mengocok lembut. Dikocok begitu aja hampir saja aku muncrat. Aku menahan tangan mas Rebo supaya menghentikan kelakuannya. Dia tersenyum mengerti. Tapi tiba-tiba saja bibirnya mendekat ke bibirku. Tanpa dapat kutahan bibirku sudah dipermainkannya.

Desah nafas dari hidungnya dan ludahnya sudah menjadi satu. Bibirku terasa bergetar enak. Ini pertama kali aku mengalami ciuman bibir seperti di film dewasa. Tapi kenapa dari cowok dan bukan dari cewek? Sesekali terdengar kecipak air ludah kami.

"Mas saya suka sekali sama mas," kata Mas Rebo lembut.

Tak tahu harus bagaimana. Disukai oleh pria berstatus duda yang selama ini kukagumi bentuk dada dan kedewasaannya.

Mas Rebo sekali lagi mengecupku. Lalu dia berusaha menindih tubuhku. Dalam hati aku bertanya mau apa ini? Ini pertama kali aku dan laki-laki bertelanjang dan bertindihan. Kurasakan hangat kontol Mas Rebo di perutku. Mengganjal. Kontolku tergencet perutnya yang agak gendut. Lalu pantat Mas Rebo naik turun di atas perutku. Peluhnya mulai keluar di sekitar kening. Sesekali dia masih mencoba menikmati bibirku.

"Mmaaasshh udah ah, berat neh!" ujarku sambil mendorong Mas Rebo.

Badan Mas Rebo yang berat membuat dadaku terlalu sesak untuk bernafas. Mas Rebo rebahan di samping. Lalu aku bangun untuk menciumi dan mengocok kontol Mas Rebo. Selain besar kontol Mas Rebo juga kuat. Aku harus menarik dengan tenaga supaya kontol itu berposisi tegak 90 derajat.

Kudekatkan kontolku sendiri. Bila bersebelahan begini seperti jari manis dan jari kelingking saja. Kukocok kontol Mas Rebo dengan cepat.

"Uuuhh masshh.." lenguhnya sambil memalingkan kepalanya.

Sekarang aku coba menindih dia. Berat badanku lebih ringan tentu tak berpengaruh baginya. Ah, rupanya begini rasa orang bersetubuh. Hangat nikmat dan penuh sentuhan. Mungkin karena inilah orang dewasa banyak yang tergila-gila untuk ngentot.

Kutiru gerakan Mas Rebo tadi. Tiba-tiba aku tidak kuat menahan ejakulasiku lagi. Mani putih tumpah di atas perut Mas Rebo. Aku segera bangun untuk mencari tisu. Lalu kubersihkan sisa mani di kontolku dan di atas perut Mas Rebo.

Mas Rebo meraih hape.

"Eiit mas, jangan ambil foto!" larangku.

"Nggak kok, saya cuma ingin menyelesaikan hajat," ujarnya.

Ah, aku jadi malu sudah berprasangka buruk.

"Oo gitu, ya sudah saya bantu sini mas," kataku.

Mas Rebo menyaksikan adegan entah yang mana. Yang pasti kontolnya mulai tegak lagi dan memukul- mukul perutnya sendiri. Dia mencapai ukuran penuh. Kuraih kontol itu kukocok dengan konstan hampir sekitar 15 menit. Sampai aku berganti tangan 3 atau 4 kali karena pegal. Akhirnya kontol Mas Rebo muncrat juga. Air maninya banyak sekali.
***

"Mas sering ngocok?" tanyaku.

"Ya kadang saja sih..."

"Lain kali kalau mau kita ngocok bareng seperti ini saja. Mau?" aku menawarkan.

"Mau banget mas. Kan aku memang suka sama mas. Kapan saja dan di mana saja saya bersedia, bener, suwer, ..." kata Mas Rebo sambil mengacungkan dua jari.

"Siapa saja yang sering pakai kontol mas?" tanyaku sambil mengelus kontol Mas Rebo.

"Kalau pria cuma mas saja. Tapi kalau wanita banyak. Lha wong mantan istri saya saja kadang masih kangen. Saya pengen pulang, tapi kan sudah janji sama Bapak untuk 3 bulan tidak pulang. Jadi ya paling bulan depan," Mas Rebo menerangkan.

"Terus siapa lagi?"

"Banyak mas. Tuh janda depan rumah," telunjuknya di arahkan ke rumah Tante Maya.

"Haaa bener?!" ujarku terbelalak.

"Mulanya sih saya lagi cuci mobil. Dia panggil terus saya disuruh membetulkan genteng. Setelah itu disuruh copotin beha dan... ya gitu deh!"

(bersambung ke Gara-gara hape 2)

No comments: