28 February 2011

Gay Backpacker 3


KETIKA MALAM TIBA

"Beni tidak kembali lagi... dia langsung mengantar Nando ke Jakarta" ujar Pak Doni mengulang berita yang dibacanya di sms.

"Sepertinya gawat ya... padahal jatuhnya biasa" ujar Andra yang melihat kejadian.

Andra, Awang, Hendra, dan Aldy sedang bermain kartu. Rudi dan Andre entah ke mana mungkin sedang ML sedangkan Zaky tadi pamit mencari makan. Tidak kenyang makan seafood tadi. Padahal sudah nambah berkali-kali. Uh dasar perut gentong!

"Kata Beni ada pecahan tulang yang harus diangkat jadi ada operasi" Doni menambahkan.

Tak ada yang mau membahas tentang jatuhnya Nando lagi setelah itu.

"Wah padahal kan Beni yang paling tahu lokasi sini nih.." keluh Aldy si penyanyi bar.

"Ya tidak apa-apa kan? Namanya juga backpacker... kita sekalian berpetualang. Lagian tinggal besok saja. Setelah melihat Sunrise .... oh ya kita bangun jam 4 buat yang mau lihat sunrise... makan pagi dan setelah itu kita ke stasiun ciamis..."

"Tahu jamnya?" tanya Andra.

Doni tampak agak kebingungan. Hmm kalau dilihat mukanya ganteng sekilas mirip suami BCL.

"Nanti kutanyakan sama Beni lagi..."

***

Malam itu Aldy mengajak semua kelompok ke karaoke dengan berjalan kaki. Untung saja lokasinya tidak jauh dari hotel. Pak Doni menolak ikut dia memilih di hotel saja untuk koordinasi dan mengatur semua untuk besok. Andre dan Rudi bergabung. Tampaknya mereka benar-benar habis ML. Rudi bule sudah tampak semangat dan ceria lagi tidak seperti saat ke Green Canyon tadi.

Suasana sepanjang perjalanan mengingatkan mereka seperti di Kuta Bali. Banyak outlet di sepanjang jalan.

Setelah melihat karaoke yang ada dan tampaknya sepanjang karaoke akan didominasi oleh Aldy, maka si kembar, Awang dan Rudi memutuskan untuk cabut. Mereka jalan ke diskotik Gay yang ada di dekat daerah karaoke. Kali ini justru si kembar yang tahu, mereka banyak info terutama dari para pelanggan fitnes.

Lokasinya hanya beberapa belokan dari tempat karaoke. Diskotik Arjuna namanya. Pemberian nama yang bagus. Arjuna dalam dunia pewayangan terkenal sebagai pria yang berjiwa ksatria namun memiliki wajah tampan dan kulit yang halus dan bersih, gambaran pria metrosexual jaman ini. Pria-pria tampan yang memiliki gaya hidup menjaga kebersihan, kebugaran, dan kesehatan dari luar hingga ke dalam.

Setelah membayar tiket mereka memasuki lorong yang segera saja terdengar suara dentum-dentum dari sound system. Andre dan Andra sudah mulai menggoyang badan bahkan sebelum memasuki pintu.

Cinta satu malam... oh indahnya....

"Wowww... pas banget nih..." ujar Rudi menyusul si kembar.

Segera saja berempat bergabung dengan banyak pria-pria yang sudah ada di lantai diskotik. Ada juga beberapa wanita di situ, kalau tidak salah, atau mungkin itu para banci entahlah. Tubuh dan wajah mereka benar-benar wanita jadi sulit membedakan. Gaya menari mereka tidak kalah berani beberapa kali berpelukan dengan pasangannya.

Pada break seasons 1 sekitar jam 10 malam diisi dengan tari daerah berpasangan pria dan wanita (atau lagi-lagi banci, entahlah). Berempat mengambil softdrink gratis di counter pengambilan. Rudi bule mengeluarkan kotak rokoknya.

"Duh kok ngerokok di dalam sih... keluar ruang sana..." sergah Andre.

Rudi jadi tidak enak tapi setelah matanya berkeliling dia menemukan ada beberapa perokok di ruang itu. Begitulah... para perokok belum banyak yang sadar untuk tidak merokok di ruang tertutup di tempat umum seperti itu. Hal ini membuat banyak orang menjadi perokok pasif. Resikonya tidak kalah buruk dengan perokok aktif. Rudi tetap menyalakan rokoknya... Andre dan Andra pergi menjauh. Awang mengikuti si kembar meninggalkan Rudi sendiri. Kalau memang tidak bisa dikekang dengan perkataan lebih baik ditinggalkan.

Sementara itu diumumkan akan ada tarian striptis Pria pada break kedua nanti. Awang melihat jam tangan, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas. Disk Joki diganti dengan pendatang dari Bandung. Katanya dj terkenal, namun karena Awang jarang dugem jadi tidak pernah mendengar nama itu. Not bad! Segera saja musik pengiring menghentak mendidihkan darah muda untuk segera menari, meliukkan badan mengikuti irama dan hentakan.

Awang berpamitan pada teman-teman yang lain untuk pulang dahulu karena dia ingin ikut melihat Sunrise di pantai Batu Karas besok pagi. Andra memutuskan untuk ikut pulang bersama Awang.

***

Sesampai di Hotel mereka masuk ke kamar masing-masing. Saat di pintu...

"Mau temani aku dulu, Wang?" tatap Andra penuh arti.

Awang ingin, tapi waktunya tidak tepat. Dia menolak. Masuk ke kamar ternyata Zaky sudah tidur. Benar saja Zaky tidur mendengkur. Setelah membersihkan diri, bersikat gigi dan ganti baju, Awang segera membaringkan diri mencoba tidur. Dengkuran Zaky semakin berisik, tidak hilang bahkan saat Awang sudah menutup kepalanya dengan bantal.

Sebelum terlambat lebih jauh, Awang memutuskan untuk pindah ke Andra saja. Dengan senyum lebar Andra membukakan pintu bagi Awang.

"Tidur ya... gak macam-macam..." ujar Awang.

"Iya... cuma satu macam saja kok..." batin Andra.

Setelah sepakat, akhirnya Andre menyalakan lampu tidur saja.

"Ndra kalau Andre pulang bagaimana?"

"Ya biar saja dia tidur di kamar Rudi saja... toh tadi dia juga tidur di sana. Lagian Beni juga tidak kembali, jadi pasti Rudi sendirian saja"

"Eh?! Jadi benar mereka tadi ML ya..."

Andra menganggukkan kepala

"Kenapa?"

"Kalian ini bersaudara kok bisa sama-sama homo sih?"

"Emang orang kembar tidak boleh homo? Aku dan Andre kebetulan kembar identik dari satu sel telur..."

"Jadi kapan kalian tahu kalau kalian sama-sama suka cowok?" potong Awang dengan pertanyaan.

"Ini sebenarnya rahasia... aku dan Andre seperti satu jiwa. Aku tahu apa yang Andre rasakan. Bahkan tadi waktu dia ML dengan Rudi pun aku merasakan orgasmenya. Makanya aku sangat tidak konsentrasi main kartu"

Awang takjub dengan cerita Andra.

"Jadi dia juga tahu kalau kamu benar menelan maniku?"

"Tentu saja. Kami tidak bisa menutupi hal-hal semacam itu meskipun kami berjauhan. Seperti sekarang... aku tegang, Andre juga pasti tahu kalau aku sedang ingin. Maka kadang kami juga saling bantu..."

"Saling bantu bagaimana? saling onani begitu?" Awang jadi ingin tahu lebih jauh.

"Lebih dari itu... kadang kami ML..."

"Hah?"

"Bagaimana lagi... ini sudah kebutuhan..." ujar Andra

"Eh kamu kenapa tegang?" tanya Awang

"Kan ada kamu..." Andra tersenyum mesum.

Awang segera menahan dada Andra yang mendekat ingin memeluknya.

"Sssttt... tidur... besok kita bangun pagi mau lihat sunrise" bisik Awang.

"Sebentar aja Wang... ayolah... aku cuma ingin peluk kamu kok"

"Ya udah peluk aja ... trus tidur ya...."

Andra sudah dikuasai nafsu kepada Awang sejak semalam. Dia tidak hanya memeluk tapi mencium pipi Awang dan menggigit bibir Awang. Sebaliknya Awang dalam bimbang antara harus cepat tidur namun juga menikmati Andra seperti sejak pertama dia inginkan. Awang membalas ciuman panas Andra.

Saat lepas berciuman dia memperhatikan benar telinga kiri Andra. Dia ingin memastikan apakah dia sedang bersama Andra atau Andre. Awang memegang telinga Andra.

"Aih..  ck! ini aku Andra... beneran Andra yang semalam sama kamu... yang isap ini kamu" ujar Andra nakal sambil meremas kontol Awang.

Awang menepisnya

"Ah ga pakai celdam ya... ternyata kamu juga sudah siap nih... sudah ga sah malu-malu dehhh" ujar Andra.

"Enak saja. Aku memang kalau tidur ga pakai celdam. Sudah kebiasaan.." elak Awang.

"Sudah Ndra... kita tidur... besok pagi banget bangunnya loh..."

Tiba-tiba terdengar duk duk duk... berirama dari kamar sebelah, kamar 205. Mata Awang membelalak menatap ke Andra.

"Siapa di sebelah?" tanyanya.

"Seingatku Pak Doni... tapi aku lupa sama siapa" Andra tersenyum.

"Mereka..."

Awang ikut tersenyum.

"Memang kalau kalian Backpack selalu begini ya...?"

"Ya... ga juga sih... yang penting mau sama mau saja. Waktu pertama aku ikut, aku juga tidak ML sama sekali. Andre tuh yang berkali-kali sama Roby... seperti pengantin baru saja mereka"

Roby tidak ikut di Gay Backpacker ke Pangandaran ini. Alasannya karena ada saudara yang datang dari luar negeri dan dia harus menemani. Menurut Andra, Andre agak kecewa dan hampir batal ikut ke Pangandaran. Namun karena Andra meminta maka Andre menyetujuinya. Itupun karena ada taruhan untuk menenggak mani dari Awang yang akhirnya dimenangkan Andra.

"Wang, terus terang aku suka kamu..." Andra menatap Awang.

Di dalam hati Awang melonjak kegirangan. Awang juga suka Andra. Meskipun fisiknya hampir sama tapi Andra lebih sabar dan dewasa, sedangkan Andre lebih emosional. Andra dan Andre memiliki fisik berotot yang bagus karena latihan di gym milik mereka sendiri yang juga merupakan bisnis bersama.

"Jiaah dirayu kok cuma ngelamun gitu... ga respon sama sekali..."

"Aku juga suka kamu tau..." kata Awang pelan sambil menyentuh dada Andra.

"Apa? Aku ga denger..."

"Ya ga denger... sepertinya mereka sudah berhenti ... atau berganti posisi?" Awang mengalihkan pembicaraan karena malu.

Memang saat itu sudah tak terdengar duk duk duk dari kamar Pak Doni.

"Wang..." panggil Andra.

"Hmmm" balas Awang.

"Awang sayaaang..."

"Iya Andra ganteng... ada apa?"

Awang memberi kode dengan kepala dan mata kalau dia ingin seperti di kamar sebelah.

"Apa sih.." Awang menggoda pura-pura tak mengerti.

"ML yuukkk..."

"Ya sudah... matikan lampu sana..."

"YESH!" Andra meloncat dan mematikan lampu.

***

Bisa dipastikan kalau Andre di dengah dentuman diskotik juga pasti merasakan kegembiraan dan kegairahan saudara kembarnya.

"Kita pulang Rud... !!" teriaknya di telinga Rudi

"Nanti Wang... kita liat striptis saja dahulu..."

Andre jadi gelisah. Dia mengira Andra telah melewati Ronde pertama. Sedangkan pertunjukan Striptis masih sejam lagi. Dia juga inginkan tidur bersama Awang meskipun tadi sudah puas dengan Rudi. Nafsu mudanya menuntut lebih. Dia sangat menginginkan trisome bersama Awang dan saudara kembarnya.

Kontol Andre menegang dan perasaannya jadi tidak karuan. Dia sangat bergairah. Akhirnya dia memilih untuk menepi sendiri. Dia sampai berpikir kalau dia akan coli saja. Waktu pun jadi lambat sekali. Hatinya ingin pulang tapi dia merasa tidak enak untuk meninggalkan Rudi.

Setelah beberapa kali melambai mengajak Andre untuk kembali ke lantai dansa, Rudi mendekat ke tempat Andre.

"Kamu gak apa-apa kan, Ndre?" punggung tangan Rudi ditempelkan ke dahi Andre yang berkeringat.

Andre tampak agak kebingungan seperti memikirkan sesuatu atau tepatnya mencemaskan sesuatu. Berkali-kali Andre memperhatikan jam tangan yang jarumnya tidak bergerak.

"Hmm mungkin aku perlu udara segar saja Rud..." kita ke belakang sebentar yukk...

Rudi mengikuti Andre yang berjalan ke arah pintu keluar.

***

"Awang sayang kamu Top atau Bot?" tanya Andra yang meniduri Awang

Andra menindih Awang. Tangannya membelai pipi Awang sambil sesekali mereka berciuman bibir.

"Aku Top.." Awang tersenyum dan tampak menikmati pelukan Andra.

Tangan Andra memeluk ke punggung Awang. Bibir mereka menempel. Bibir Awang merasakan hangat dan licinnya bibir Andra begitu juga sebaliknya. Nafsu mereka memburu. Jiwa mereka mengerti kalau di tiap diri mereka ada sesuatu yang sedang terisi. Ruang kosong yang menginginkan kasih dan limpahan cinta. Nafsu yang membara tak mampu terpadamkan sebelum ledakan orgasme itu datang.

***

(bersambung)

1 comment:

Anonymous said...

Robbbbbbbbbbyyyyyyy....
Udah kelamaaaaaaannnnn neh nungguin lanjutannya......arrrggghhhh........cepetan dunk upload......

-D-