10 March 2007

AGI: AKADEMI GIGOLO IMPIAN Seri 2


Seri 2 : Yang kalah dan yang menang

Hari kelima merupakan hari pengambilan gambar untuk babak penyisihan pertama. Dua orang dari lima belas di antara kami harus meninggalkan pulau.
Ahh kalau diingat sepertinya baru kemarin kami berkenalan. Baru saja mulai kenal dan akrab satu dengan yang lain. Kami berlima belas dipilih untuk suatu acara televisi reality show berjudul JANTAN. Secara fisik kami harus macho, berotot, proporsional tinggi dan berat,dan berkepribadian serta berwajah menarik. Paling tidak itu yang tampak dari luar kalau diamati, tentunya panitia punya kriteria lain yang tidak akan diceritakan kepada peserta.
Mungkin karena ini adalah pertama di Indonesia atau bahkan di dunia, maka kami yang dipilih hanya dari sekitar Jakarta saja. Ada Biyu dan Pan dari Bandung, itu karena mereka mendapat undangan. Menurutku tidak satupun yang tidak menerima undangan. Aku tahu paling tidak dari masuknya sobatku, Farid. Kami saling tunjuk tanpa bicara karena begitu kagetnya. Ya, tentu saja kami telah saling berbohong bahwa kami ada acara tertentu sehingga tidak bisa ketemu di fitnes centre seperti biasa.
Setelah kami sedikit bincang dengan Udi, Bob dan Sandi, kami tahu bahwa kami semua diundang. Bahwa kami juga bertemu dengan 'Bos'. Tapi kami tidak berani lebih jauh untuk menyelidik, karena ada kamera dan mic yang selalu mengamati setiap perbincangan dan tingkah laku. Gawat kalau sebelum acara selesai kami harus mengalami diskualifikasi karena perkara kecil seperti ini. Bob pernah diperingatkan hanya karena bergurau agak porno waktu makan malam hari kedua.
Sepanjang minggu ini kami diberi kursus kepribadian, tata cara makan eropa, ilmu bertahan hidup (survival) di pulau kosong dan di laut. Tentunya semua berkaitan dengan proses penyingkiran yang akan terjadi malam ini.

***

Tapi semua itu tidak menarik untuk diceritakan. Pengalaman dengan Dakar teman sekamarku lebih menarik untuk diceritakan. Waktu itu aku sedang ingin kencing tapi Dakar rupanya sedang mandi pagi. Sebagai lelaki normal ada rasa kurang enak, tapi hasrat ini tak tertahan.
"Masuk aja Ri!" katanya setelah kuketuk dan minta ijin. Dakar sedang mandi di bathup, badannya tertutup busa-busa sabun yang tebal. Aku mengambil posisi membelakangi untuk buang air. Tapi sewaktu aku menyudahi ada komentar...
"Kamu sering mencukur jembut (rambut kemaluan) kamu, Ri?" itu membuat terkejut. Lebih lagi waktu aku menengok ke kaca rias di depanku. Sialan! Ternyata percuma membelakangi Dakar. Belum sempat aku menjawab.
"Kontol kamu ternyata gede juga ya..". Apa sebenarnya maksud dari komentar-komentar itu. Seperti peserta lain Dakar seorang yang macho. Mungkin karena tidak ada kamera dan mic, sehingga Dakar berani. Aku hanya terdiam dengan posisi yang masih membelakangi. Bimbang.
"Sini Ri, biar impas, silakan pegang kontol gue kalau kamu mau!" pintanya setengah mempersilakan. Ada jeda waktu yang kaku.
Waktu kubalikkan badan, Dakar menyembulkan bagian kontolnya dari air sabun. Kontolnya memang tidak lebih besar dariku. Tapi panjangnya lebih panjang 2-3cm dengan bentuk yang eksotis.
"Ayo..!" wajah Dakar memandangku. Aku tersenyum dan duduk di sebelah bathup. Waktu kupegang, Dakar mendesah hhhssshhh...ahh! Dia agak menggoyang pantatnya tidak sabar. Kuelus kontol basah di antara buih sabun itu. Erangan-erangan nikmatnya tertahan...
"Thanks Rio. Lebih baik kamu keluar sekarang atau panitia akan curiga!" seketika wajah Dakar berubah agak ketakutan.
Benar saja. Di luar terdengar gedoran keras dari panitia. Ah untung aku tidak kena sangsi atau diinterograsi lebih jauh waktu itu.

***

Minggu demi minggu permainan tambah seru. Minggu keempat peserta tinggal berlima. Aku, Farid, Pan, Biyu dan Dakar. Setelah peristiwa itu aku dipisah kamar dengan Dakar. Tidak pernah ada lagi peristiwa 'penting' sampai awal minggu ini aku disatukan lagi dalam satu kamar.
Pada brifing awal minggu ini, "Panitia akan mengubah pola permainan lebih menarik dan lebih kompetitif. Selain fisik, kematangan pikiran, kecerdasan dan kecerdikan, kemandirian, daya tahan, emosi... kami akan masukkan satu unsur lagi daya tarik kalian baik untuk wanita maupun pria-pria dengan berorientasi seksual terhadap pria. Oleh selama ini kalian telah lolos untuk memikat wanita, maka pada akhir pertandingan unsur ini akan menjadi tambahan penilaian dan tidak akan disiarkan di televisi."
"Apabila ada yang keberatan dengan peraturan ini diharapkan untuk mundur sekarang dan tidak melanjutkan pertandingan. Kami telah persiapkan formulir pengunduran diri beserta opsi alasannya."
Hmm ini baru pertandingan. Berarti nanti mungkin akan disertakan pria-pria homo untuk kami goda. Ah ini sih barang mudah tinggal buka dada atau pantat sedikit pasti mereka sudah tergoda pada kami.

***
Tak ada yang mengundurkan diri. Semua berani. Kami yang tersisa ini hanyalah taktik juri untuk menjatuhkan mental saja. Beberapa kali babak penyisihan menjadikan kami berpengalaman. Tapi tak disangka kalau juri menjadi sungguh-sungguh kali ini.
Malam itu kami kedatangan tamu 4 orang selebritis yang selama ini terlihat macho di layar kaca. Sorry, kami tidak bisa sebut inisial atau cirinya. Mereka begitu terkenal. Beberapa milis sering menyebut nama mereka, tapi tak ada yang terlalu yakin kalau mereka memiliki 'penyimpangan'. Tapi malam itu kami membuktikannya.
Ruang tamu rumah dirubah seperti layaknya diskotik dengann semburan cahaya acak. Musik house bergaung kencang, untung rumah ini jauh dari rumah lain. Tugas para peserta adalah menari striptease. Tugas juri adalah menilai yang paling membuat on.
Mas A, Bang B, Akang C dan tentu saja Koh D yang blasteran, sudah duduk di sofa. Satu persatu peserta maju dengan imajinasinya untuk memperagakan seorang striptis.
Terus terang aku tidak bisa melihat peserta lain karena tidak diijinkan. Tapi aku bisa ceritakan untuk bagianku. Dari tadi kudengar musik rock, pop, jass, dan mandarin. Tapi saat aku masuk musiknya dangdut, 'mati aku!'. Kuliukkan juga mengikuti iramanya. Yang penting lepas semua baju perlahan satu persatu, begitu pikirku.
Tatapan mata para juri yang begitu nafsu membuatku bersemangat. Hingga tak kusadari aku sudah sampai lembar terakhir, celana dalam bikiniku. 'Ini harus jadi poin' pikirku, maka kudekati Bang B yang sering tampil dengan jenggot kambing. Aku tidak mau lancang, itu akan menurunkan rangsangan, tapi juga tidak boleh terlalu takut, tidak seru. Bang B jadi tidak tenang dan kurasa dia ingin menyentuhku. Tiga juri lain juga tidak pindah pandangan dari tonjolan kontolku. Tapi aku tidak boleh mengobralnya. Ini harus menghasilkan.
***

Setelah itu kami dipersilahkan segera ke kamar untuk berberes karena esok pagi salah satu dari kami harus keluar dari karantina ini. Malam itu aku tidur nyenyak sekali sepertinya baru beberapa menit tertidur saat panitia membangunkan kami. Jam di ruang makan menunjuk 4.15 pagi. Gila! Apa lagi yang akan dilakukan pada kami sepagi ini.
"Kenakan ini di penis kalian!" seorang panitia memberikan gelang kerincing, sebuah alat yang biasa digunakan orang sehabis sunat supaya penis tidak bersentuhan dengan kain (apa namanya ya?), dan sarung.
"Ha... " kata Farid bengong setengah tidur. Dia mengangkat kerincingan dan membunyi- kan.
Lalu kami dikumpulkan di ruang tengah. Di sana ada sebuah televisi lengkap dengan DVD dan soundsystem.
"Ini adalah bonus. Kami akan menyetel beberapa adegan film. Tugas kalian hanya membunyikan kerincingan yang sudah terpasang di penis. Tidak boleh menggerakkan tubuh atau otot pinggul dan pantat. Hanya Penis kalian yang boleh naik turun untuk membunyi. Siapa paling banyak akan mendapat tambahan bonus, perjalanan ke Thailand lengkap dengan kunjungan ke klub-klub erotisnya." ujar panitia menerangkan.
"Sebagai percobaan ...." lalu panita memencet tombol PLAY.
Sebuah adegan senggama antara pria dan wanita bule. Segera saja bunyi cring-cring segera bersusulan. Setelah itu disusul suara berisik seperti saling bersusulan untuk bercring.
"Setiap soal harus dipertahankan untuk cring selama 2,5 menit. Mata harus menatap selama adegan berlangsung, tidak boleh menengok. Nilai dihitung apabila masih ada suara Cring setelah 2,5 menit. Siap?"
Tiada peserta yang protes dan bertanya. Sementara suara cring terkadang masih terdengar. Kami saling senyum. Lalu panitia meletakkan semacam mic di depan sekitar penis kami.
Adegan 1 adalah adegan orang sedang mencangkul di sawah. Peserta heran, namun bisa saja semua melewatinya. Terdengar suara cring dari tiap kontol kami. Aku sendiri harus berasosiasi kalau si petani itu sedang ngentot memasukkan penis berulang-ulang.
Adegan 2 adalah adegan lomba renang entah diambil dari adegan di seagames atau di olimpiade. Cring masih terdengar. Kubayangkan pantat si perenang yang montok. Juga ototnya yang bertonjolan. Ah andai otot itu jadi punyaku.
Adegan 3, adegan orang mencuci piring. Disusul adegan yang makin aneh, orang memanjat kelapa, orang memetik cabe dan burung Pinguin yang sedang bertelur. Setelah adegan ketiga semakin jarang terdengar Cring. Bahkan akupun tidak bisa membunyikan kerincing pada adegan orang memetik cabe. Konsentrasi kami kurang karena mengantuk.
"Ini yang terakhir, konsentrasilah!" kata panitia.
Tombol PLAY ditekan, adegan yang terpampang adalah Penis yang sedang dioral seorang pria berkumis. Kumisnya menyentuh batang kontol yang keluar masuk mulut. Segera bunyi Cring terdengar. Kalau tak salah tangkap bunyi cring paling cepat dan paling keras adalah dari kontol Pan. Cringnya tidak berhenti sekali tetapi berkali-kali. Wajahnya bahkan tampak cemas sekali karena teman-teman lain mulai menengok sesekali dan tersenyum.
"Baiklah kami memberi waktu 2 menit untuk kalian berganti celana dan kami akan segera mengumumkan yang akan pulang pagi ini. Kapal jemputan sudah menunggu di dermaga sejak semalam." Ujar panitia.

***
"Pemenang bonus yang akan menemani pemenang utama berlibur ke Thailand adalah.... PAN! dengan 8 poin" kata panitia sambil mengalungkan bunga Kamboja tanda selamat datang di Thailand.
"Sedangkan yang harus pulang pagi ini ...." lama sekali adegan itu ... seperti diulang-ulang
"adalah....PAN dan Biyu!" pernyataan itu membuat kami kaget.
Ternyata Biyu mengundurkan diri dan tak sanggup beradegan striptease semalam. Sedang Pan adalah pemilik nilai terendah. Dua teman kami harus segera meninggalkan kami bertiga. Kami berpelukan, kami sedih karena harus berpisah.
"Pan aku mau jadi pemenang. Kita ke Thailand bersama", kataku memeluk erat Pan terakhir kali. Air mata Pan membasahi telingaku

***

(Bersambung)

3 comments:

Anonymous said...

Kapan neh rob agi yg ke tiga? Gue dah gag sabar neh.

Anonymous said...

sangat menarik, terima kasih

Anonymous said...

yang ke 3 kapan?