05 June 2006

AGI: AKADEMI GIGOLO IMPIAN

Seri 1 : Yang terpilih

Sepulang fitnes seperti biasa Rio dan Farid mangkal di Cafe XXX. Seperti biasanya pula mereka memesan satu porsi steak dengan kadar lemak rendah dan segelas susu khusus penambah otot. Kegiatan ini rutin dilakukan hampir setengah tahun terakhir. Mereka saling memacu dan menyemangati. Farid dan Rio memperoleh hasil yang positif dari pertemanan mereka. Otot-otot mereka tumbuh bagus dan proporsional.

Rio, 27 th 172 cm 65 kg berkulit putih dengan rambut cepak. Rio mengaku bekerja pada sebuah perusahaan asuransi yang cukup maju. Wajahnya manis sehingga banyak cewek yang kadang suka nekat untuk berkenalan dengannya.

Farid, 29 th 175 cm 80 kg kulit sawo matang. Wajahnya tegas tapi hangat, kalau boleh disamakan hampir mirip Kristianto pemenang cover MHI tahun 2005. Pekerjaannya model dan penari latar.

Ada betulnya juga pengakuan tentang pribadi mereka. Tapi satu yang sama-sama mereka rahasiakan... mereka punya pekerjaan sampingan sebagai Gigolo, pria pelayan nafsu wanita dan mungkin juga pria. Rio dan Farid tidak pernah membahas hal ini. Setiap pertemuan mereka diisi dengan membahas tentang gerakan, otot ini dan itu, lalu renang, tempat fitnes baru dan sebagainya. Tak pernah sama sekali membahas tentang sex. Asal tahun saja, mereka berdua maniak dalam batas wajar. Farid dan Rio sebenarnya pernah bersanggama sesama pria dan juga dengan wanita.

Seperti biasa mereka makan dengan berlambat untuk membatasi kalori yang masuk dengan menimbulkan rasa kenyang. Gelas susu dan gelas air putih sudah tandas. Mereka bertanding panco untuk memancing pembakaran energi. Alhasil mereka lebih berpamer bisep dan trisep daripada panco betulan.

Beberapa wanita paruh baya dengan dandanan banyak perhiasan berbisik dan melirik dua pemuda lajang ini. Juga ABG di ujung lain, mereka mengikik dan mungkin bertaruh siapa yang berani berkenalan. Ada juga dua wanita karier lajang yang sengaja duduk bersebelahan agar bisa menikmati ketampanan Farid dan Rio. Sedang di ujung lain dekat bar ada seorang pria berkacamata hitam dalam ruangan. Dia sendiri.

***
Seperti biasa Farid mengantar Rio ke rumahnya, sebelum balik ke apartemennya di sebuah kawasan perkantoran. Farid sudah berlalu, rio menutup pintu pagarnya, ketika ...

"Pak, tunggu pak!" pria berkacamata hitam mendekat. Dia membuka kaca mata itu. Rio mendekat ke pagar lagi.

"Ada apa ya?" tanyanya heran. Rio merasa tidak pernah mengenal orang ini.

Orang itu menunjukkan sesuatu dan memberikan kartu namanya. Lalu orang itu berlalu dari tempat itu menuju sedan Altis warna hitam. Rio membaca kartu nama itu sebentar lalu masuk rumah.

***
Di dalam kamar Rio memeletakkan tasnya dekat pintu. Di depan cermin besar di sebelah tempat tidur dibukalah semua bajunya. Dia bertelanjang bulat dan mulai mengamati tubuhnya. Secara kuantitatif besaran otot-ototnya bertambah, itu tercatat di lembaran fitnesnya. Secara kualitatif dia juga bertambah pede untuk berkaus ketat. Dia tidak canggung lagi untuk memamerkan badannya baik di kolam renang maupun di pantai.
Bahkan dia memasang beberapa foto setengah telanjangnya di friendster. Banyak pria dan wanita tertarik menghubungi dia. Dari situlah Rio mendapat banyak kawan dan relasi hingga akhirnya terjun ke dunia gigolo hingga sekarang. Dia pintar menjaga rahasia sehingga banyak uang yang mengalir. Beberapa istri pejabat pernah dilayaninya, ada kalanya mereka main bertiga, istilah kerennya trisom (threesome, red).

Ya, tubuh ini sudah mendatangkan banyak keuntungan. Beberapa kali Farid mengajaknya untuk ikut semacam kompetisi dari majalah MHI tapi dia menolak. Farid mengikutinya tapi kurang beruntung sehingga belum terpilih sebagai juara.

Digerak-gerakkan lengannya dan dicarinya posisi pose yang tepat. Dia merasa puas dengan pencapaiannya setahun ini. Tapi melihat teman lain dia masih merasa kurang. Terutama di bagian perut. Garis garis vertikal dan horisontalnya masih kurang tegas. 

Kontolnya yang tidur panjangnya sekitar 9 cm berwarna kehitaman. Kontras dengan kulitnya yang terang. Disentuhnya dari pangkal batang ke ujungnya.

***

Rasa penasaran Rio untuk menelepon memuncak. Jam 7.25 paginya Rio memencet nomer di kartu nama.

"Iya ini Rio. Kemarin saya mendapat kartu nama bapak dari seseorang. Dia... ya ... ya ... maksudnya?" Rio bercakap dengan lawan bicara semakin akrab. 

Rio merasa tidak mengerti. Mereka bilang dari sebuah perusahaan periklanan mengadakan sebuah kompetisi untuk bintang iklan sebuah produk. Mereka membutuhkan seorang pria jantan dan sexy. Untuk setiap peserta yang diundang dan bersedia menandatangani kontrak akan mengikuti sebuah 'training camp' di sebuah pulau tertentu selama 1 bulan penuh. Di sana mereka mereka akan dilatih bermacam ketrampilan dan diuji. Semua kegiatan akan dipantau dari sebuah pulau lain melalui kamera. Tidak ada biaya apapun yang ditarik kecuali waktu.

Sorenya Rio yang merasa penasaran karena dia dianggap salah satu calon bintang 'jantan dan sexy' mendatangi sebuah rumah di kawasan perumahan elite di barat Jakarta. Namun tampaknya hanya dia sendiri di sana. Sebuah rumah dengan halaman besar, halamannya lebih luas dari seluruh rumahnya. Taman depan rumah itu indah dan sangat terawat. Tidak ada rumput yang tumbuh tak pada tempatnya. Semua pohon tergunting rapi membentuk sebuah bentuk yang tentu diinginkan. Dari luar ruang tamu sudah terasa kesejukan seluruh rumah, sepertinya AC menyala di seluruh ruang. 

Rio ditemui seorang 'Bos' masih muda berumur awal kepala 4. Wajahnya simpatik dan ganteng seperti ... Pak Asep petir. Di belakangnya dua orang bodyguard dengan badan kekar seperti pasukan kopasus dahulu.

"Rio telah melalui sebuah seleksi ketat dengan berbulan-bulan pengamatan. Tidak mudah untuk sampai di sini. Tapi kamu mendapat sebuah kesempatan istimewa itu. Banyak referensi yang kami terima tentang kamu. Ya... aku rasa mereka benar tentangmu." 'Bos' mengawali penjelasannya.

Dalam otak Rio berkecamuk seribu pertanyaan pada setiap pernyataan Bos. Kapan dia diamati? Oleh siapa? Kesempatan apa? Referensi dari siapa? Acara apa dan apa yang dimaksud benar? Tapi dia menahan dan hanya menunggu sampai 'Bos' selesai menjelaskan segalanya.

"Kami banyak tahu dari kegiatan rahasia yang tidak pernah kamu ceritakan kepada orang lain. Kami juga memiliki beberapa foto tentang kisah cintamu." 

Bos mengulurkan tangan kepada bodyguard. Dia meletakkan beberapa lembar foto di hadapan Rio dengan sopan. Itu foto-foto kencan Rio dengan beberapa orang wanita dan salah satunya dengan Farid saat bertanding panco, semalam. 

"Ya.. beberapa benar dan beberapa bukan." kata Rio. Namun Bos tidak memberi reaksi sama sekali.

Rio disodori surat kontrak.

"Silakan dibaca dengan cermat sebelum tanda tangan. Selama kamu membaca saya akan menemui calon lain. Silakan!"

Rio ditinggal sendiri dan mulai menelusuri lembaran kontrak huruf demi huruf. Ketika sudah bosan dengan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi, Rio beralih segera ke hak-hak peserta. Peserta yang menang dalam kompetisi dan penilaian juri akan mendapat: a. Hadiah utama sebesar 100 juta rupiah sudah termasuk pajak. b. Sebuah motor senilai 20 juta rupiah c. Hak kontrak dengan produk tertentu dipotong 30% untuk penyelenggara d hingga f berisi hadiah hadiah kecil dari sponsor. Rio kembali menelusur ke bagian Kewajiban untuk membandingkan dengan benefit yang diperoleh. Salah satu yang cukup berat adalah adanya kontrak ekslusif dengan penyelenggara selama setahun penuh. 

Beruntung pekerjaan di bidang asuransi tidak terlalu menuntut masuk ke kantor. Hanya terkadang saja dia harus membereskan surat-surat klien baru atau beberapa klaim. Sebelum dia menandatangani dia sekali lagi berpikir dan membaca dengan teliti.

***

"Bagaimana? Ada yang perlu ditanyakan terlebih dahulu dari kontrak itu?" Bos menyelidik.

"Tidak .. tidak Pak. Semua jelas."

Bodyguard mengambil kontrak dari tangan Rio dan menyerahkan pada Bos. 

"Baiklah. Untuk melengkapi data-data yang sudah ada silakan kamu masuk untuk menjalani pengukuran fisik."

Mata Bos menatap tajam mata Rio dan menyodorkan surat kontrak ke bodyguard.

Rio mengikuti salah satu bodyguard ke sebuah kamar pakaian. Rio duduk di tempat yang dipersilakan dan menunggu lagi. Tak lama kemudian seorang sepertinya dikenal masuk dengan membawa meteran. Sepertinya seorang perancang busana atau penjahit. Dia mengambil data-data yang harus diisi.

"Nama saya Dito. Saya akan mengukur badan kamu untuk keperluan busana dan pengamatan perubahan fisik." Dito mengulurkan tangannya untuk bersalaman. 

"Silakan semua busana dibuka. Tak usah malu karena di ruangan ini hanya kita berdua dan saya laki-laki juga." Kata kata Dito tampak bercabang. 

Rio mematuhinya dan menyisakan celana dalam sebagai bagian yang menurutnya tak perlu ditunjukkan. Dito mulai mengukur dari kepala hingga ujung kaki. Semua data-data dimasukkan ke formulir yang dipegangnya dengan hati-hati. Selama pengukuran Dito mengajak banyak mengobrol dan itu membuat Rio tenang dan santai.

"Beberapa data belum saya dapat. Sorry, ini yang paling pribadi. Silakan celana dalamnya dibuka." Dito berkata dengan santai.

"Bantu saya." kata Rio singkat.

Dito dengan sigap menurunkan celana dalam Rio. Sekejap Rio dalam keadaan telanjang bulat. Dito segera mengukur kontol Rio dalam keadaan tidur. Panjang dan diameternya. Dia harus bekerja cepat sebelum keadaannya berubah lebih besar atau lebih kecil. Berikut juga diameter skortum atau lonceng. Panjang rambut kemaluan. Karena tersentuh-sentuh tangan Dito, kontol Rio bertambah panjang.

"Trimakasih karena saya juga perlu pengukuran penis dalam keadaan tegang. Hmm lumayan ... 14 cm ... dan 3,4 cm diameter. Bagus!" 

Tangan Dito mengelus kontol Rio dua atau tiga kali. Wajah Rio kemerahan tapi merasa keenakan. Jadi serba salah. Setelah itu kontol Rio ditarik ke bawah lalu dilepas begitu saja. Segera kontol yang sedang tegang itu memukul perut dan Rio berteriak pelan "Aw!" Rio mencatat beberapa data lalu berkata pada Rio untuk mulai beronani karena akan mengadakan pemeriksaan sperma.

Dito menunggu Rio beronani di luar ruang. Dalam sendiri, Rio mencari beberapa imajinasi yang bisa meningkatkan libidonya. Ya, salah satunya majalah berisi gambar wanita dan pria telanjang. Sebenarnya ada beberapa pilihan tapi dia memilih itu karena Rio juga suka pria kekar telanjang. Dalam lima menit Rio sudah menyerahkan sampel sperma dan berpakaian kembali.
***

Lama setelah peristiwa pengukuran itu tidak ada kabar lagi kelanjutan dari lomba yang mungkin diadakan. Sampai tepat dua bulan sesudah tanggal pemeriksaan Rio kembali mendapat telepon. Kali ini dia kaget karena panitia mengetahui no hpnya. Seingat otak, tidak pernah Rio memberikan no hape kepada panitia.

"Masih ingat dengan pencarian pria jantan dan sexy? Anda sudah mengikuti babak penyisihan dan kami hendak memberitahu bahwa Saudara Rio terpilih mengikuti babak berikutnya, yaitu karantina di sebuah pulau." suara pria di seberang sana tampak datar. Semua keperluan dan surat ijin harus sudah diselesaikan dalam minggu ini. Kalau Rio memerlukan surat-surat pengantar untuk kantor atau instansi lain mereka bisa memberikannya dengan syarat Rio mengambil di Rumah Besar itu. 

Karantina dimulai Senin depan tepat pukul 9 pagi. Itu artinya Rio harus memberitahukan perkara ini hari ini juga. Semoga Bos mengijinkan.

Hari Sabtu 3 hari sebelum berkumpul di sebuah dermaga di Tanjung Priok, Rio bertemu dengan Farid di fitnes terakhir. Di kafe yang biasa Rio berpamitan kalau dia akan ada kesibukan di luar kota jadi tidak bisa berpartner terlebih dahulu.

***
Bersambung

No comments: