Pada seri 1 sudah diceritakan latar belakang Robby dan Ripin. Inilah seri paling menegangkan mengenai dua tokoh ini.
==============
Setelah sarapan pagi, Ripin menyiapkan semua gunting, gergaji, pisau, cangkul dan peralatan taman lain. Tak lupa diangkut pula dua pot tanaman Euphorbia pesanan Pak Robby. Dinaikkan semua barang-barang ke atas motor butut yang tak jelas lagi mereknya. Lalu dia melaju ke perumahan elit tempat Pak Robby tinggal. Ini hari janjian untuk merawat taman Pak Robby selama 3 hari ke depan.
Ting tong... ting tong... diamati sekali alamat rumah itu. Ah benar kok! Sebuah rumah yang cukup mewah untuk seorang bujangan. Berada di hook dengan seberang jalan adalah tepi perumahan. Jadi rumah Pak Robby termasuk di pojok. Bila diamati dari luar taman Pak Robby tidak terlalu besar seperti yang disangka semula. Bila ditambah dengan taman kolam yang ada di belakang. Mungkin kerja 3 hari bisa diselesaikan dalam 1 atau 1,5 hari saja.
"Cari siapa ya?" tanya seorang lelaki yang mengenakan sarung bali dengan kaus ketat di bagian atas.
"Ini saya pak, Ripin. Kita su.."
"Ooohh kamu Pin. Masuk, masuk, kirain siapa." Kata Pak Robby sambil membuka pagar lebih luas.
Ripin memasukkan motor buntut dan diparkir dekat pintu.
"Sudah sarapan belum? Kebetulan saya sedang sarapan." Ujar pak Robby sambil menepuk punggung Ripin yang liat.
Ripin jadi sungkan. "Sudah, sudah Pak." tukasnya.
Mereka lalu berhenti sebentar. Pak Robby tampak berpikir.
"Baiklah kalau begitu langsung saja kamu mulai membereskan taman depan dahulu. Silakan!" tangan Pak Robby terbuka ke arah taman.
"Baik Pak, mari.." Ripin segera ke arah motor lagi untuk mengambil peralatan
.=================
___________________
Ini hari libur pertama untuk hari kejepit. Ahh enaknya tanpa kesibukan kantor. Sebetulnya bukan tanpa kesibukan kantor sama sekali. Karena sore nanti aku ada janji menemani customer dari italia. Kami akan membicarakan sebuah tender perusahaan di Italia selatan. Rencananya perusahaan kami akan bermitra dengan perusahaannya. Aku suka orang Italia, sexy, termasuk si Rodrigress ini.
Pagi ini aku berencana berjemur telanjang sambil menikmati roti Croissant dan kopi dari Toraja. Ahh kenikmatan tiada tara. Seperti biasa kulakukan semuanya dengan bertelanjang. Aku suka bertelanjang di dalam rumah. Tapi tentu tidak sampai ke luar rumah atau aku akan ditangkap petugas dinas sosial.
Pada awal telanjang di dalam rumah, kontolku selalu menegang. Tetapi lama kelamaan biasa dan kontolku tidak mudah mengegang lagi, kecuali seperti kuinginkan. Kontolku dan pelerku ikut bergoyang-goyang seksi. Terkadang kalau lewat cermin, kontolku mengegang karena sepertinya da pria telanjang yang menemaniku
Ting tong... "aduhh siapa lagi pengganggu di hari libur begini sih?!" kataku kesal.
"Iya iya..." aku berkata sambil menuju ke pintu. Kubuka sedikit tirai jendela ada seorang lelaki bertopi di depan sana.
Lalu aku berbalik ke kamar untuk mengambil sekadar pakaian. Kutemukan sarung bali dan kaus ketat.
"Ooo ternyata kamu Pin. Masuk yuk!" kuajak masuk tukang kebunku setelah aku mengenali.
Kurangkul dia. Wah tiba-tiba saja kontolku berontak ingin keluar dari sela-sela sarung. Untung saja bentuk kain bukan putih polos. Jadi gundukan kontolku tak kentara. Ahh aku jadi tak bisa konsentrasi lagi. Ingin rasanya langsung kupeluk dan kucium lelaki ini untuk adu kontol mencari kepuasan seperti DVD yang semalam kutonton.
Kuajak sarapan dia menolak. Ya sudah ... kusuruh dia langsung kerja saja. Lagian sudah beberapa minggu kebunku menunggu disentuh. Sebenarnya aku juga ingin disentuh. Sudah beberapa bulan aku tidak ml dengan wanita ataupun lelaki.
Kuajak sarapan dia menolak. Ya sudah ... kusuruh dia langsung kerja saja. Lagian sudah beberapa minggu kebunku menunggu disentuh. Sebenarnya aku juga ingin disentuh. Sudah beberapa bulan aku tidak ml dengan wanita ataupun lelaki.
_________________
===============
Udara terasa panas menyengat. Bajuku telah kuyup dengan keringat. Aku berusaha bekerja secepat mungkin. Botol minum air putihku hampir kosong. Seperti biasa aku menggunakan celana panjang dan baju panjang usang sebagai seragam kerjaku. Pertimbangannya tidak sayang apabila terkena tanah atau lumpur atau kotoran lain. Sementara ini hampir dua pertiga taman depan hampir selesai dibereskan. Saat itulah Pak Robby keluar.
===============
_________________
Setelah berjemur sampai jam 9 aku lanjut dengan berenang setengah jam. Tiada hari tak kulewati tanpa berenang di pagi dan sore hari, kecuali waktu sakit atau tak enak badan. Jam 10an aku masuk untuk membuat sarapan daging Salmon dengan salad buah. Minumnya jus Alpukat, sungguh nikmat. Sedang setengah makan aku teringat kalau di depan ada tukang kebun. Ya ampun dia belum kuberi minum.
Aku memakai celana boxer tanpa atasan. Lalu kuambil sebotol air minum dan dua apel sekedar untuk jajan.
"Pin, nih minumannya...!" teriakku ke seberang taman.
Sejauh ini sudah lumayan rapi. Aku suka kerja si Ripin cepat dan bisa memperindah taman. Wajahnya penuh keringat yang telah diseka berkali kali pada kausnya. Bajunya pun basah oleh keringat. Hmm keringat seorang lelaki jantan. Ah tiba-tiba kontolku berdiri lagi.
Segera kuambil posisi duduk di tangga ke taman untuk menenangkan kontolku. Ripin menghampiri minuman yang ada di dekatku.
"Panas Pin?" tanyaku basa-basi.
"Iya pak. Tapi biasa lah.. namanya juga orang kerja di taman." jawabnya polos.
"Kalau gerah copot baju saja. Tidak usah sungkan. Lagian kan kita seumuran dan sama-sama lelaki. Terkadang kalau di rumah aku saja lepas baju, malah terkadang telanjang karena tak tahan." kataku terus terang memancing.
Ripin membuka kancing bajunya tapi tak semuanya. Dada tampak berisi, sementara otot perut terpahat baik seperti aktor porno yang gambarnya sering kuunduh dari komputer. Kulitnya coklat tua agak hitam. Dikeluarkan sebatang rokok.
Ripin membuka kancing bajunya tapi tak semuanya. Dada tampak berisi, sementara otot perut terpahat baik seperti aktor porno yang gambarnya sering kuunduh dari komputer. Kulitnya coklat tua agak hitam. Dikeluarkan sebatang rokok.
"Pin, jangan merokok! Itu tak sehat loh!" sergahku sebelum Ripin mengambil korek apinya.
Ripin merasa sungkan lalu menyimpan rokoknya kembali.
_________________
===============
Kudekati Pak Robby yang membawa segelas air es segar dan dua buah berwarna merah, sepertinya apel mahal. Boleh nih untuk yang sedang haus begini. Waktu aku mendekat Pak Robby duduk di tangga dengan kaki terkangkang. Tampak bulu jembutnya dari pinggir celana. Sepertinya dia tidak memakai celana dalam di balik celana pendeknya.
Kuambil air minum dan kuposisikan dudukku untuk bisa mengamati isi celana dalam itu dengan lebih fokus. Pahanya dan badannya putih bersih, berototot. Tampak sekali kulitnya terawat seperti wanita. Aku suka yang seperti ini. Bahkan karena pikiran yang melayang-layang tanpa sadar kubuka kancingku untuk membiarkan badanku didinginkan angin.
Seperti reflek tanganku mengambil rokok. Sedang mataku kadang masih terpaut ke arah dekat paha yang tidak lagi mengangkang lebar. Sampai Pak Robby mengagetkanku untuk tidak merokok.
"Kamu sudah beristri Pin?" tanya Pak Robby mengagetkanku lagi.
"Be be.. lum pak." aku jadi salah tingkah karena tak ada rokok.
Pak Robby menyodorkan apel sebagai pengganjal perut. Kuambil dan langsung kugigit tanpa sungkan.
"Jadi sering onani atau ngeloco dong!" tuduhnya
"Iya lah... apalagi kalau melihat bawahan saya. Mereka membuat saya tak tahan....." tiba-tiba suasana hening.
Ada suatu pertemuan pengertian antara aku dan Pak Robby.
Kuberanikan berbicara dengan lebih berani.
"Sering masturbasi dong...?" tanyaku mengambang setelah kutahu kalau Ripin belum beristri.
"Iya Pak. Apalagi sewaktu melihat anak buah saya." katanya melanjutkan keterangan cerita kemarin di telepon.
Tiba-tiba pandangan Ripin menusuk hatiku. Ada nafsu di matanya. Nafsu yang sama seperti yang sedang membara saat ini. Ingin kualihkan pandanganku tapi terkunci oleh pesonanya. Aku menginginkan pria di hadapanku ini.
"Kita ke dalam saja yuk ... nggak enak kalau disini." ajakku.
Ripin mendahuluiku dan kututup pintu rapat di belakangku. Tiba-tiba Ripin berbalik dan berdiri sangat dekat denganku. Kurasakan hawa hangatnya. Kurasakan keinginan dan nafsunya. Dengusan nafas penuh birahi. Kami berdiri sangat dekat.
___________________
=================
"Pin tiba-tiba aku kepingin ngeloco, bisa bantu?" tanya Pak Robby setelah di dalam.
"Saya....?" tiba-tiba saja aku jadi lebih bodoh dari biasanya.
"Iya, kalau kamu tidak keberatan. Aku kepingin merasakan seperti yang dirasa kontolmu waktu diloco sama tanganmu." kata Pak Robby menarik tanganku diarahkan ke gundukan kontolnya.
Ada sesuatu keras dan berdenyut di sana. Entah belajar dari mana tiba-tiba saja tanganku sudah mulai meremas-remas dan menarik kontol Pak Robby. Memang benar di belakang celana tipis ini tidak terdapat celana dalam.
"Aaahhh enak Pin. Terus Pin..." tapi rasa sungkanku masih ada. Kuhentikan perbuatan itu.
"Pin, kamu tidak usah sungkan. Aku suka badanmu dari sejak pertama kita bertemu. Aku suka kamu. Berikan aku kenikmatanmu Pin.... kubuka bajumu ya...?"
Pak Robby membuka bajuku satu persatu.
=================
___________________
___________________
Kubuka baju Ripin. Ah dadanya yang gempal dan kulitnya yang gelap hmmm jantan sekali. Kilat karena keringat masih nampak sisanya. Perutnya membentuk petak-petak bujur sangkar sebanyak enam buah.
Kutarik celananya dan kupelorotkan. Ternyata tidak ada celana dalam di sana. Kontol Ripin yang juga sudah tegang berayun-ayun ke perutnya. Jembutnya tak tercukur dan dibiarkan menggondrong liar. Aku berlutut hendak mencium kontolnya tetapi tangan Ripin menahanku.
"Pak..." cegah Ripin tampak keberatan.
"Tenang aja Pin, tak apa-apa ..." ujarku meyakinkan seraya menyingkirkan tangan Ripin dari pipiku.
Bibirku menempel pada batang kontolnya yang besar dan berwarna coklat tua. Bau khas kelamin lelaki jantan terhirup dari antara jembut keriting yang tumbuh di sekitar pangkal batang kemaluan. Ciumanku membuat napas Ripin jadi tak teratur.
__________________
================
Dibuatnya aku tanpa selembar benang pun. Aku tak berdaya. Tak ada keinginanku mencegahnya. Aku menyayanginya dan membiarkan dia melakukan yang dia mau terhadap tubuhku. Tiba-tiba Pak Robby berlutut dihadapanku. Aku kaget.
"Jangan Pak..." larangku ketika dia mendekatkan wajah ke kontolku.
Aku merasa sungkan, masakan kontolku yang biasa untuk kencing diciumi Pak Robby. Aku rasa itu tak pantas.
"Tenang aja Pin, tak apa-apa..." kata Pak Robby sambil memandangku meyakinkan.
Akhirnya kubiarkan kontolku diciumi. Aku jadi ingat ketika si Parno hendak mencium kontol Tejo.Ternyata rasanya uuuhhhh nikmat. Kontolku yang sudah tegang jadi lebih tegang lagi. Apalagi ketika dikecup, lemas rasa lututku.Ahhhh...hhh...
Apalagi ketika kurasa kontolku ada di dalam lubang hangat dan basah. Ya, ketika kutengok kontolku telah lumat amblas di dalam mulut Pak Robby. Bibirnya yang merah ada di sekitar batang kontolku yang kecoklatan dan nampak berurat mengkilat. Tak tahan untuk tidak terpejam saat itu. Wuuuuu hhh ahhhh ... terasa sengatan-sengatan halus di sekitar batang kontolku. Uuuuuhhh heeennnaaakkkkkk ahhhh....
==================
____________________
____________________
Kudorong Ripin ke sofa kulitku yang berharga di atas 10 juta. Badannya matching sekali dengna warna coklat sofa yang klasik. Kugenggam pangkal kontolnya. Kujilati kontol besar itu dari bawah ke atas. Kontolnya sangat nikmat. di samping badannya yang begitu pejal enak di remas sana dan sini. Ripin mendesah tertahan keenakan, sepertinya ini pertama dia merasakan diberi kenikmatan.
Ujung payudara Ripin kupijit-pijit lembut. Dia bergelinjang menikmati kenikmatan ganda. Aku senang membuatnya tergelinjang begitu.
_____________________
===================
Pak Robby memang gila. Aku didorong duduk di sofanya yang empuk dan hangat. Kontolku dijilatinya dan ujung tetekku dipilin-pilin. 'Uuuhhhh gila.... enaaaakkkk bangethhhh!'. Sudah tidak ada lagi rasa malu bertelanjang dan dijilati pria. Hanya ada kenikmatan belaka.
Tubuhku terasa melayang. Aku kehilangan berat badanku. Tak peduli yang Pak Robby lakukan. Aku hanya menikmati dan menikmati. Haahhh haahhh uhhh.....
===================
_____________________
Tak tahan untuk tidak meniduri Ripin. Kubuka celana boxerku, seketika kontolku yang sudah tegak sedari tadi teracung. Kurebahkan ripin dan kutindih di atasnya. Kontol kami bersentuhan , hangat rasanya. Kuciumi muka Ripin, badannya terasa agak lengket karena keringat. Aku tak peduli. Ripin tampak kegelian.
Tangan Ripin tak bisa diam, rupanya dia juga sudah ingin menikmati tubuhku. Punggung dan kepalaku dielus sayang. Seperti gerakan seorang suami kepada istrinya. Sayaanngg sekali... Sebenarnya aku agar risih diperlakukan seperti wanita. Tapi kubiarkan supaya aku tetap bisa menikmati tubuhnya.
Dalam kurun waktu sebentar saja. Ciuman pipi, hidung dan kening sudah berubah jadi ciuman bibir yang ganas. Ripin yang semula diam kini ikut ganas menyedot bibirku. Yang terdengar hanya suara tertahan. hmmppff h... hmmm dan kecipak bibir yang terlesaps sesekali..
_____________________
===================
Sedang enak-enaknya kontolku dikulum Pak Robby, tiba-tiba dia berhenti. Badannya menunduk dan melepas celananya. Kami sama-sama telanjang. Pak Robby naik ke atas sofa juga lalu menindihku. Sekilas tampak kontolnya yang panjang dan berwarna memerah bersunat juga. Bau wangi segar segera tercium saat kepalanya mendekati kepalaku.
Sementara kontol Pak Robby terasa hangat mengganjal hingga menyentuh pusarku. Badannya putih bersih dan benar, kulitnya halus seperti dugaanku semula. Pak Robby menyiumi tiap senti wajahku. Awalnya aku merasa geli, namun setelah kubalas keliarannya... hmmmfff kupagut bibirnya dan ahhh nikmat benar bibir merahnya.
Bibir kami beradu seperti ikan cupang. Kusedot bibirnya, Pak Robby tampak birahi sekali kepadaku. Aku pun demikian. Aku menyayanginya. Badan Pak Robby terasa hangat, halus, harum. Ahhh .... Yu jamu kalah harum, heiii kenapa aku berpikir tentang Yu Jamu?
Sementara Pak Robby sibuk dengan bibirku, aku menggerayangi punggung hingga pantatnya. Kucari lubangnya dan kutusuk-tusuk dengan jariku.
====================
_______________________
Sensasi ditusuk jari Ripin sangat bebeda ketika ditusuk jari Doni teman kencanku. Jari Ripin itu keras dan kasar. Anusku sampai terkedut kaget karena itu. Ripin paham dan dia berlaku lebih lembut setelah itu.
Aku suka yang Ripin lakukan tapi aku tak ingin cepat-cepat menyelesaikannya dengan satu semburan sperma. Aku berhenti dan berdiri dari tubuh Ripin.
_______________________
====================
"Maaf, Pak kalau saya sudah keterlaluan" kataku sambil berusaha mencari celanaku.
"Tidak. Tidak.. tidak begitu Pin. Aku tidak masalah kalau kau ingin anal .... e... ingin nusuk aku. Tapi nanti, jangan cepat-cepat." ujar Pak Robby.
Sungguh aku tidak mengerti maksud Pak Robby. Kenapa kalau kita sedang nikmat harus berhenti di tengah jalan begini? Kan nanggung jadinya.... Di wajah Pak Robby memang tak nampak kemarahan sama sekali.
"Kita berenang saja dulu yuk... nanti kita lanjut" ajaknya.
"Renang ???"
===================
_____________________
Ripin tampak kebingungan. Aku hanya ingin jeda sebentar. Ini adalah taktikku mendapat kenikmatan lebih lama dari Ripin.
_____________________
(Bersambung)
nb: Bagi yang sudah tak tahan mau onani ya... silakan aja. Tapi sorry ceritanya memang sepertinya harus bersambung sampai di situ. Klo kalian bisa sabar... tunggu!